Rabu, 12 Juni 2013

5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 04 AUW YANG HONG )

PAGI itu Auwyang Hong sedang bermain dimuka halaman rumahnya ditemani Hek Lotoa. Mereka sedang bermain kelereng, walaupun Lotoa telah berusia tiga puluh tahun lebih, dia selalu dikalahkan oleh Auwyang Hong, yang selalu tepat menyentil kelerengnya.
Sedang asyik-asyiknya mereka bermain, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara orang berteriak-teriak : „Tangkap kuda liar….. ! Kuda liar mengamuk…… ! Tangkap kuda itu…….!” dan serombongan orang terdiri dua puluh orang lebih penduduk daerah itu tengah mengejar seekor kuda yang sebentar-sebentar mengamuk dengan tendangan dan amukannya. Ada salah seorang diantara rombongan orang itu yang cukup berani mendekati kuda itu, namun nasibnya sial, perutnya kena ditendang kaki belakang kuda itu, sehingga orang itu terpelanting sambil meringkuk 17:memegangi perutnya dengan kedua tangannya.

Auwyang Bun dan isterinya yang mendengar suara ribut-ribut seperti itu telah keluar untuk melihat. Betapa terkejut kedua suami isteri ini waktu melihat seekor kuda liar tengah mengamuk dan mendekati kerumah mereka.
„Hong-jie…., anakku …….ooh…….cepat masuk Hongjie……!” teriak nyonya Auwyang dengan suara berkuatir bukan main waktu melihat Auwyang Hong sedang berdiri dipelataran rumah mereka memandangi kuda yang tengah mengamuk itu.
„Jangan kuatir Ma, kuda itu tidak bisa mencelakai aku !” kata Auwyang Hong, dia bahkan telah melompat keluar dari halaman pelataran rumahnya menantikan kuiia liar itu.
Auwyang Bun kaget tidak terhingga, sampai mukanya menjadi pucat pias.
„Hongjie,…… engkau jangan dekati kuda itu, ayo cepat masuk !” teriak sang ayah berkuatir sekali, sedangkan isterinya telah menangis.
Auwyang Hong melihat kuda liar itu mendatangi dekat padanya, maka anak ini telah menekuk kedua kakinya berjongkok, membuat semua orang jadi berkuatir sekali.
Hek Lotoaa telah berteriak-teriak memanggil-manggil majikan kecilnya tanpa berani mendekati.
Kuda liar itu melihat anak kecil tersebut, telah berlari Iebih cepat lagi, dia akan menerjang dengan sepakan kedua kaki dimukanya.
Tetapi waktu kuda liar itu berlari Iebih dekat lagi, disaat itu Auwyang Hong telah meluruskan kedua tangannya mendorong kedepan, dia tetap dalam posisi berjongkok.
aAneh sekali!
Dengan mengeluarkan suara “Bukk……!” yang cukup keras, kuda itu meringkik terpelanting jatuh ditanah, dan tidak bergerak lagi, karena kuda itu seketika mati terkena angin serangan Ha-mo-kang yang dilancarkan Auwyang Hong !
Semua orang jadi memandang takjub dan heran, segera juga para penduduk telah memuji-muji Auwyang Hong sebagai anak yang ajaib.
Sedangkan ayah dan ibu Auwyang Hong berdiri tertegun dengan napas tertahan, mereka heran Auwyang Hong bisa memukul kuda liar itu dengan dorongan kedua tangannya dan kuda itu terbinasa.
Sedangkan Hek Lotoa melihat kuda itu terguling, telah cepat-cepat mendekati majikan kecilnya itu, sambil menarik tangannya.
„Kongcu, ayo masuk, nanti kuda itu bangun lagi kita bisa celaka…
Tetapi Auwyang Hong telah tertawa.
„Kuda itu telah mati…!”
„Mati ? “
“Ya, aku telah membinasakannya !”
Hek Lotoa mengawasi Auwyang Hong dengan tatapan mata tidak mempercayai.
Sedangkan Auwyang Hu-jin (nyonya Auwyang) telah berlari-lari merangkul anaknya.
„Hongjie, lain kali engkau tidak boleh melakukan perbuatan nakal seperti tadi…… engkau tahu betapa berkuatirnya kami akan keselamatanmu………!”
Sedangkan Lo Sin yang telah keluar juga, hanya tersenyum-senyum saja.
Memang Lo-Sin mengetahui bahwa Auwyang Hong dalam waktu dua tahun dididik olehnya telah memiliki kepandaian yang tinggi sekali, kepandaian yang sulit ditandingi jika hanya oleh jago2 yang tanggung memiliki kepandaiannya.
Auwyang Bun menghampiri anaknya.
„Hong-jie, engkau katakan terus terang, dari siapa engkau mempelajari ilmu itu ?” tanyanya dengan muka yang keren dan mata menatap tajam.
Semula Auwyang Hong ingin berdusta, tetapi melihat sikap ayahnya seperti itu, dia tidak berani. Maka ditunjuknya Lo Sin, sambil katanya : „Lo Sin suhu yang telah mengajari aku…….”
Lo Sin cepat-cepat maju, dia telah bilang : “Benar, Loya (tuan besar), aku yang telah lancang mengajarinya ilmu silat ! Tetapi aku telah berpesan kepadanya, ilmu silat yang kuturunkan ini bukan untuk berkelahi, hanya untuk mensehatkan tubuh saja……! “
Sambil berkata begitu, Lo Sin telah menjura.
Muka Auwyang Bun telah berobah biasa lagi, dia bilang kepada Lo Sin : „Aku tidak akan memarahi kalian, justru aku girang si Hong telah memiliki kepandaian yang tinggi seperti itu diluar tahuku, sehingga seekor kuda yang ganas tengah mengamuk itu bisa dihadapinya dengan sekali pukul saja……!”
„Ya, ilmu yang dipelajari Hong-jie hanya untuk membela diri jika diperlukan…. ” kata Lo Sin.
Begitulah sejak hari itu, Auwyang Hong tidak perlu sembunyi-sembunyi mempelajari ilmu silat dari Lo Sin. Hanya satu pesan Lo Sin bahwa Auwyang Hong tidak boleh memberitahukan para pelayan dirumahnya dan tidak boleh memperlihatkan lagi ilmu silatnya.
Auwyang Hong telah memberikan janjinya dan meminta maaf kepada gurunya, karena tadi dia sangat tertarik melihat kuda liar yang tengah mengamuk itu, maka dia ingin coba-coba tenaga dalam yarig telah dimilikinya. Sang guru juga tidak menegurnya, hanya dia dipesan wanti-wanti tidak boleh sembarangan mempergunakan ilmunya jika tengah main-main bersama anak-anak sebaya dengannya, karena bisa bahaya, dimana jika Auwyang Hong terlup dan dia menggerakkan tangannya, bukankah kawan sebayanya itu akan binasa seperti yang dialami kuda liar itu ? -
Telah dua tahun lagi lewat dengan cepat, dan kepandaian Auwyang Hong kian bertambah tinggi saja, karena Lo Sin memang mraewarikan seluruh kepandaiannya. Dalam usia Iima-belas tahun Auwyang Hong sudah merupakan seorang jago muda yang jarang sekali tandingannya.
—oo0oo—

(Bersambung Ke Bagian 05)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular On Relatemein