Kamis, 13 Juni 2013

5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 58 )



ANG BIAN sendiri tidak tinggat diam, karena dengan mempergunakan kipasnya yang memiliki bentuk begitu aneh, ia melancarkan totokan dan kibasan yang cepat dan mengerikan kearah laher lawannya. Jika sampai kibasan kipas aneh tersebut mengenai sasarannya, niscaya akan membuat korbannya berlumuran darah pada lebernya.
It Han beberapa kali mengeluarkan perintah nya yang beruntun, memerintahkan saudara2 seperguruannya mengatur diri. Jurus demi jurus telah dilewatkan dengan cepat, dan juga waktu itu memang terlibat jelas Ong Tiong Yang memiliki kiamhoat (ilmu pedang) yang meyakinkan, karena ia memang bisa menggunakan pedangnya untuk menyerang dan menangkis terjangan lawannya dengan baik, walaupun didesak dengan gencar.

Sedangkan Ang Bian bertempur dengan mempergunakan cara yang lain dengan Ong Tiong Yang, karena beberapa kali ia berusaha untuk dapat menindih lawannya dengan gerakan yang benar2 agak ganas, dan ilmu kipasnya itu merupakan ilmu yang agak telengas.
Namun It Han dan kesembilan saudara seperguruannya memang memiliki kepandaian yang tinggi, disamping itu mereka juga memiliki kerja sama yang baik dan ketat sekali, sehingga mereka bisa saling tolong satu dengan yang lainnya.
Semakin bertanding, Ang Bian jadi semakin sengit, jurus2 yang dipergunakannya juga merupakaa jurus2 yang mematikan lawannya.
„Tetapi justru Ong Tiong Yang yang mu1ai terdesak, karena It Han, Jie Han, Cit Han dan Kiu Han telah melancarkan desakan yang ber-tubi2 dan rapat sekali kepadanya, mereka rupanya lebih memberatkan diri tojin ini, karena mereka tabu, jika Ong Tiong Yang berhasil mereka rubuhkan, tentu Ang Bian mudah saja dihadapi, karena walaupun kepandaian Ang Bian, lebih tinggi dari Ong Tiong, tokh kepandaiannya itu tidak lebih aneh dari ilmu pedang Ong Tiong Yang, disamping memang Ang Bian juga kurang cerdas seperti Ong Tiong Yang.
Keenam pendeta dari Cap Han tersebut mengepung Ang Bian. Gerakan2 bokkie mereka merupakan gerakan2 mengancam dan memiliki banyak perobahan. Hal ini membuat Ang Bian tidak bisa berlaku lengah.
Nona Ong berulang kali menghela napas, karena ia benar2 menyesal melihat kedua orang penolongnya itu tidak bisa menberantas kesepuluh hweshio itu, atau se-tidak2nya merubuhkan kesepuluh pendeta tersebut.
Disampidg perasaan menyesal dan kecewa, nona Ong juga diliputi kekuatiran, karena ia kuatir kalau2 Ong Tiong Yang dan Ang Bian akan terluka kan ditangan lawan2nya itu.
Pertempnran berlangsung terus, sampai akhirnya It Han berseru dengan suara nyaring. ,,Berhenti, mundur semuanya!”
Jie Han, Sam Han dan lain2nya telah mundur cepat sekali, gerakan mereka gesit, membuka lingkaran jadi, melebar.
It Han telah berkata kepada Ong Tiong Yang. „Baiklah, dengan memandang kepandaian kalian yang tinggi, kami bersedia untuk mengalah dengan merobah sedikit keputusan kami! Nona Ong itu bersedia kami berikan kesempatan untuk bertemu dengan ayahnya, tetapi dengan syarat bahwa ia harus berusaha sedapat mungkin membujuk ayahnya, agar dapat membuat ayahnya itu mengerti dan mengembalikan pusaka kami yang telah diambilnya.”
Girang sekali Ong Tiong Yang, cepat2 dimasukkan pedangnya kedalam sarungnya, ia merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat.
„Terima kasih….terima kasih atas pengertian Tai su ….!” dan setelah berkata begitu. Ong Tiong Yang menoleh kepada nona Ong sambil katanya: „Nona Ong, kau telah mendengar sendiri, kau diijinkan bertemu dengan ayahmu, tetapi engkau harus mempergunakan kesempatan ini sebaik mungkin dengan membujuk ayahmu mengembalikan, barang milik para Tai su tersebut, jika memang benar2 ayahmu itu telah mengambilnya….!”
Sigadis yang tengah girang juga mengangguk cepat sambil katanya : „Baik, baik….Siauw moay tentu akan memperhatikan pesan Totiang “
It Han menoleh kepada Sam Han dan Liok Han, katanya dengan suaranya yang sabar : „Antarkan nona Ong pergi menemui ayahnya, jika memang Ong Mie Tu bersedia mengembalikan barang kita, bebaskan dia……tetapi jika memang Ong Mie Tu tetap berkeras tidak mau mengembalikan putaka kita itu, nona Ong harus segera dibawa keluar pula…..!”
Sam Han dan Liok Han mengiyakan, mereka segera mengantarkan sigadis she Ong itu wasuk kedalam kuil. Sedangkan Ong Tiong Yang dan Ang Bian menantikan dengan hati agak berdebar. Karena disinilah penentuan dibebaskan atau tidaknya Ong Mie Tu.
Waktu itu, tampak it Han berusaha ber-calap2 dengan Ong Tiong Yang, beberapa kali ia bertanya ini dan itu mengenai perkembangan didunia persilatain. Sedangkan Ang Bian lebih banyak berdiam diri, karena memang It Han dan Cap Lo Sian Han lainnya tampak nya segan mengajak Ang Bian untuk bercakap-cakap, karena rupanya mereka, memang lebih menghormati 0ng Tiong Yang, yang dianggapnya bijaksana dan memiliki pemikiran yang jauh.
Disaat itu, dari dalam tampak keluar sigadis she Ong dibawa oleh Sam Han dan Liok Han. Wajahnya berseri-seri dan dia berkata kepada Ang Bian :„Ang Bian Lopeh ayah telah dibebaskan…..!”
Ang Bian dan Ong Tiong Yang. menyambut hal itu dengan gembira. karena mereka melihat perkembangan yang baik untuk urusan ini.
Sam Han dan Liok Han telah menghampiri It Han dan memberikan laporannya.
„Sesungguhnya memang Ong Mie Tu mengatakan ia benar2 mengambil pusaka kita, dan ia pua dengan memandang muka puterinya, bersedia mengembalikan barang itu kepada kita, hanya sayangnya barang itu tidak berada ditubuh-nya. maka ia meminta kesempatan untuk membebaskan guna mengambil barang itu !”
It Han tersenyum, dia bilang: „8agus ! Dengan maksud baiknya ingin mengembalikan barang kita yang telah diambilnya itu, berarti Ong Mie Tu akan memperoleh kebebasannya, tetapi sayang sekali, permintaannya itu tidak bisa kami penuhi, ia hanya boleh menyebutkan dimana pusaka kami itu disimpannya, dan biar kami yang mengambilnya, setelah terbukti kebenaran perkataannya, kami tidak akan ingkar janji dan akan mengembalikan kebebasan dirinya …..! “
Ong Tiong Yang dan Ang Bian menganggap perkataan itu memang ada benarnya juga dan pantas. Maka mereka mengangguk.
,,Hanya sulit-nya,” kata Sam Han. Justru ia tidak mau menyebutkan tempat dimana ia menyimpan barang itu, karena ia beranggapan hanya dia yang patut pergi mengambil barang itu, sebab Ong Mie Tu tidak bisa mempercayai kita, dimana ia tidak bisa mempercayai sepenuhnya janji kita, ia kuatir begitu telah memberi tahukan tempat menyimpan barang- tersebut, kita tidak membebaskannya . . .!”
It Han tersenyum.
,,Jika memang demikian adanya, sebagai jaminan tentunya kita harus memperlunak kembali keputusan kita, deegan memberikan ijin ke pada Ang Bian Siecu, agar memberikan pengertian kepadanya!”
Ang Bian girang dengar keputusan It Han, ia mengangguk katanya: „Tepat, jika memang begitu…. mari kita berangkat…..!”
Disaat itu, Ong Tiong Yang merangkapkan tangannya memberi hormat, sambil katanya: „Terima kasih atas kesediaan Tai su yang telah mengambil keputusan yang bijaksana seperti itu.”
It Han cepat2 membalas hormat Ong Tiong Yang, dia berkata kepada Sam Han, Liok Han dan Cit-Han, agar mengantarkan Ang Bian kedalam kuil, dengan syarat setelah memberikan jaminan kepada Ong Mie Tu dan Ong Mie Tu telah menyebutkan tempat dia menyembunyikan barang yang dicurinya, Ang Bian harus keluar pula.
Begitulah, Ang Bian telah diantar oleh ke tiga orang Cap Lo Sian Han. Mereka memasuki kuil itu tidak lama dan telah kembali lagi.
Sam Han welapor lagi kepada It Han : „Menurut pengakuannya, kitab pusaka kita itu disimpannya didinding sebelah kiri pekarangan kuil kita…. karena waktu itu ia mencurinya belum sempat dibawanya dan telah kitab tersebut disembunyikannya disudut dinding pekarangan kuil…..!”
It Han mengangguk girang, ia perintahkan Liok Han dan Sie Han untuk mengambil barang itu, tidak lama Sie Han dan Liok Han kembali dengan membawa sejilid kitab.
It Han tampak girang, ia memperhatikan Kitab itu dan mengenalnya bahwa benda tersebut memang merupakan kitab pusaka milik per guruannya.
„Terima kasih…. terima kasih….. akhirnya kami bisa memperoleh kembali kitab pusaka kanmi…. !” kata It Han. „Nah Sam Han dan Liok Han, pergi kau bebaskan Ong Mie Tu Sie cu…..!”
Kedua orang saudara seperguruan It Han mengiyakan dan mereka masuk kedalam kuil. Tidak lama kemudian muncul kembali bersama seorang lelaki tua berpakaian thungsia panjang, yang memelihara jenggot dan kumis yang panjang. Pada wajahnya tidak terlihat keluar biasaannya. Tetapi ia melangkah dengan ringan, menunjukkan bahwa ginkangnya memang tinggi sekali. Ketika tiba diluar, per-tama2 ia berkata sambil tertawa lebar kepada It Han.
„It Han Tai su, sesungguhnya aku hanya bergurau, dan aku puas, selama aku ditahan oleh kalian, ternyata diperlakukan baik sekali. Terima kasih atas pelayanan semua itu….!”
It Han juga membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
„Dengan kesediaan Sie cu mengembalikan kitab pusaka kami maka tidak ada ganjalan pula diantara kita.. bukan?” tanya-nya.
Ong Mie Tu mengangguk.
„Benar … namun dalam hal ini aku hendak, menegaskan, dilain waktu, jika memang benda itu kalian anggap sangat berharga, tempat penyimpanannya harus dirahasiakan benar, dan jangan terlalu sembarangan!”
Terima kasih,” kata It Han ….. saran Sie cu akan kami, perhatikan,”
Setelah bicara dengan lt Han, Ong Mie To menoleh kepada Ang Bian, katanya:„Terima kasih atas maksud baikmu yang telah menolong aku dari kurungan para pendeta itu…. Saudara Ang Bian, apakah engkau sempat bertanding mengadu kepandaian dengan mereka?”
Ang Bian mengiyakan, kemudiain katanya: „Jika memang demikian halnya engkau ternyata sehat dan tidak kurang suatu apapun selama ditahan oleh para Tai su itnu …..!”
„Ya, mari kita pergi, aku memang telah bosan dikurung begitu terus mcnerus…..!”
Begitulah mereka telah pamitan pada It Han dan pendeta lainnya.
Sedangkan It Han dan pendeta2 lainnya mengantarkan mereka sejauh dua lie, dan baru kembali kekuil mereka.
Sepanjang perjalanan, banyak yang dicerita kan oleh Ong Mie Tu selama ia ditahan oleh para pendeta itu. la mengatakan, memang semula ia menganggap urusan itu adalah urusan penasaran, karena dirinya dirubuhkan dengan cara dikeroyok. Tetapi setelah bertemu muka dengan puterinya, pikirannya segera berobah, karena ia tidak mau mencari urusan lagi dan mengaku dirinya yang bersalah mengambil kitab pusaka milik para pendeta itu. Jika memang ia tidak akan diperlakukan begitu pula oleh para pendeta tersebut.
Setelah satu harian mereka berkumpul, Ong Mie Tu pamitan untuk melakukan perjalanan ber-sama2 dengan puterinya.
Begitulah, mereka telah berpisah, sedang Ong Tiong Yang melanjutkan perjalanan dengan Ang Bian.
—oo0oo—
(Bersambung ke bagian 59)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular On Relatemein