ONG TIONG YANG menghela napas. „Memang tidak ada peraturan seperti itu, yang melarang seorang Tojin melakukan perjalanan bersaman deogan seorang gadis cantik. namun … namun karena aku seorang tojin dan engkau seorang gadis, terpaksa pinto harus memikirkan nama baikmu.
Bagaimana jika sampai terjadi engkau melakukan perjalanan bersama denganku dan nama baikmu jadi rusak karenanya, bukankah hal itu harus dibuat sayang ….. ?”
Ong Tiong Yang setelah berkata begitu meoghela napas dalam2 sambil menoleh memandangi sigadis she Ong tersebut.
Ong Kiet Mei menundukkan kepalanya.
„Apakah dengan melakukan perjalanan dengan seorang tojin, maka bisa merusak nama baikku?” seperti menggumam sigadis berkata.
Ong Tiong Yang mengangguk.
„Ya, urusan itu memang tidak pantas jika dilihat sepandang mata, karena engkau
seorang gadis dan aku seoraog Tojin, yaitu seorang lelaki, malah usia masih sama2 muda, inilah yang membuat pinto harus berpikir dua kali jika harus melakukan perjalanan dengan nona…. untuk menjaga nama baikmu!”
Sigadis menghela napas dalam-dalam.
„Jadi Totiang memang tetap dengan keputusaamu tidak bersedia melakukan perjalanan bersamaku?”
„Bukan begitu!” kata Ong Tiong Yang.
„Lalu?”
„Sesungguhnya nona Ong, engkau harus memikirkannya dengan baik-baik, karena semua ini untuk kebaikanmu juga … aku tidak mau jika nanti kau dibicarakan orang karena tindakan kita melakukan perjalanan berdua, tentu nama keluargamu bisa rusak karenanya……!”
Sigadis tertawa.
„Totiang, Yang terpenting, kita tidak melakukan sesuatu yang melanggar bukan? Dan, apa kata orang, mengapa kita harus memperdulikannya?”
„Tetapi walaupun bagaimana, seorang tosu muda dan nona secantik kau, melakukan perjalanan bersama tentu akan memberikan kesan yang lain, dan dengan sendirinya akan membuat pinto tidak leluasa juga ……. “
Sigadis menghela napas.
„Jika memang demikian, baiklah… aku mengerti Totiang memang tetap menolak keinginanku untuk melakukan perjalaaan bersamamu..!” dan berkata sampai disitu, sigadis menangis lagi.
Ong Tiong Yang jadi sibuk membujuknya.
Tetapi gadis she Ong tersebut menangis terus dengan suara isak tangis yang semakin lama semakin keras.
„Baiklah, pergilah kau Totiang…l” kata gadis itu diantara isak tangisnya. Tinggalkan aku.
„Mengapa nona harus bersikap begitu walaupun kita tidak melakukan perjalanan bersama, tokh kita masib tetap bersahabat?”
Namun sigadis meng-geleng2-kan kepalanya terus menerus, sambil katanya: „Pergilah tinggalkan aku…l” tampaknya gadis she Ong tersebut memang merasa kecewa sekali.
„Nona Ong, kau masih berusia muda engkau masih memiliki banyak kegembiraan mengapa engkau harus mengambil sikap seperti ini, bukankah jika kita memiliki jodoh untuk bertemu lagi,kelak kitapun bisa berjumpa pula?”
Ong Kiet Mei meng-geleng2-kan kepalanya terus sambil menangis tak hentinya, malah ia berulang kali juga berkata: „Tinggalkan aku…. pergilah tinggalkan aku ….!”
Ong Tiong Yang menghela napas dalam lagi, lalu katanya : „Baiklah nona Ong, semoga kelak engkau bisa berpikir lebih jauh dan juga mau mengerti duduk persoalan ini, baik-baiklah engkau membawa diri, tentu ayahmu telah merindukan benar padamu…. alangkah bijaksananya jika nona kembali pulang kesisi ayahmul”
Sigadis menyeka air matanya.
„Totiang tidak perlu menasehati aku… aku tahu apa yang harus dilakukan….!” dan sigadis melompat berdiri, ia telah berlari pergi.
Ong Tiong Yang berdiri menjublek ditempat-nya beberapa saat lama-nya, pikirannya jadi agak kalut dan akhirnya ia menghela napas, sambil melangkah per-lahan2 melanjutkan perjalanan-nya, ia bernyanyi dengan suara yang perlahan.
Waktu itu hari sudah menjelang sore dan juga sinar Matahari senja yang memerah menye babkan padang rumput itu indah sekali, di-mana helai2 rumput yang tumbuh tinggi itu telah ber-gerak2 dihembus oleh siliran angin.
Keadaan seperti ini membuat Ong Tiong Yang tambah berduka.
la menyadari, dan meolak keinginan gadis she Ong untuk melakukan perjalanan bersama-nya, merupakan urusan yang menyakiti hati gadis tersebut, yang terluka perasaannya, namun Ong Tiong Yang tetap dengan pendirian-nya, karena ia tahu, jika sigadis melakukan perjalan bersamanya, bukan saja akan mnembuat dia jadi begitu kikuk dan bergerak tidak leluasa, pun tidak baik menurut pandangan umum.
Ong Tiong Yang melangkah terus dengan pikiran yang tidak menentu, melakukan perjalanan dengan bayangan Ong Kiet Mei selalu melekat dipelupuk matanya, dimana ia berkasihan mengingat bahwa gads tersebut masih berusia muda dan juga menangis kecewa begiiu sedih, tetapi Ong Tiong Yang memang terpaksa sekali mengeraskan hatinya, menolak permitaan Ong Kiet Mei.
HARI demi hari telah lewat cepat sekali, tahun demi tahun telah berlalu juga, selama itu di dalam rimba persilatan bermunculan banyak sekali jago2 rimba Persilatan yang memiliki ke panadian tinggi. Dan juga didalam kalangan Kangouw selalu terjadi urusan yang tidak beres karena tidak pula hanya, jago2 rimba persilatan yang mengambil jalan Hek-to, yaitu jalan hitam. Dalam keadaan demikian, memang selalu muncul banyak kekacauan didalam rimba persilatan.
Tetapi dari sekian banyak jago2 muda yang memiliki kepandaian luar biasa, tersebutlah lima Pendekar Muda dan nama mereka menonjol sekali, sebagai Pendekar Muda yang memiliki kepandaian hebat sekali, karena dalam hal ini kelima jago itu yang masing-masing memiliki watak dan sifat berlainan, merupakan jago yang banyak melakukan pekerjaan besar, membela kebenaran dan ke-adilan. Kelima jago tersebut adalah Oey Yok Su, Ong Tong Yang. Auwyang Hong, Ang Cit Kong dan Toan Hongya. Kelima jago inilah yang memiliki kepandain aneh dan juga luar biasa, dimana mereka selamanya belum pernah dirubuhkan lawan, bahkan tindakan mereka juga aneh dan sulit diterka.
Dengan demikian, tampak jelas betapa kelirra orang pendekar muda yang namanya sangat menonjol itu merupakan tokoh2 rimba 13ersiiatan yang banyak diperhatikan oleb orang orang riniba persilatan
Mereka Juga merupakan tokob-tokoh bukan sembarangan, sebab dalam hal mi memang mereka memiliki kepanjaian tinggi dan banyak jago-jago tua dari go!ongan Cianpwee yang sulit menghadapi mereka. Hanya beberapa tokoh sakti saja yang bisa menandingi mereka.
Dari tahun ketahun kelima jago luar biasa tersebut melatih diri dan menciptakan ilmu2-nya yang baru, dimana mereka semakin lihay.
Dengan keadaan seperti ini, tampaknya ke lima jago luar biasa tersebut memang semakin tinggi saja kepandaiannva.
Jika Ong Tiong Yang mulai mengurus kuil Coan Cin Kauw, sedang kan Oey Yok Su telah hidup mengasingkan diri dipulau To Hoa To, dan hanya se-kali2 datang kedaratan Tionggoan untuk mengembara.
Ang Cit Kong telah diserahi tugas sebagai Pangcu Kay-pang diseluruh daratan Tionggaan menjadi Pangcu pusat, dimana memang kepandaiannya luar biasa hebatnya. la jarang muncul, dalam rimba persilatan, jika memang Kay pang bukan tengah menghadapi urusan besar.
Sedangkan Auwyang Hong telah menetap digunung Pek-to-san, untuk meyakinkan ilmunya lebih dalam.
Toan Hongya yang menjadi raja Taili tetap memerintah dengan arif bijaksana, disamping itu, ia pun merupakan seorang raja yang sangat rajin melatih ilmunya. Kepandaiannya dari hari kehari semakin meningkat.
Mereka berlima juga telah saling mendengar nama masing2, memang dalam rimba persilatan hanya mereka berlima yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan sulit sekali untuk ditandingi.
Begitulah, diantara kelima jago inipun sering berkeinginan untuk saling bertemu, guna suatu waktu mereka mengukur kepandaian mereka, supaya mengetahui siapakah diantara mereka berlima yang memiliki kepandaian yang paling tinggi.
Untuk itu, kelima jago ini melatih diri terus dengan giat, untuk memperdalam dan mempertinggi kepanaian mereka. Dan juga tampaknya mereka berusaha untuk dapat saling bertemu dengan yang lain.
Namun usaha mereka untuk berkumpul masih juga belum berhasil, walaupun mereka telah semakin terkenal didalam rimba persilatan.
Ong Tiong Yang sebagai Ciangbunjin dari Coan Cin Kauw berusaha mendidik beberapa orang murid yang akan mewarisi kepandaiannya.
Dan ia juga telah menerima seorang murid yang bernama Ciu Pek Thong.
Namun Qng Tiong Yang menganggapnya bukan sebagai murid, tetapi hanya sebagai adik seperguruannya, sebab Ciu Pek Thong masih memiliki hubungan dengan Sam Kie, pernah menerima pelajaran dari Sam Kie, salah seorang guru Ong Tiong Yang, walaupun tak resmi terikat sebagai murid dau guru.
Justru Ong Tiong Yang anggap Ciu Pek Thong sebagai adik seperguruannya, sebagian besar kepandaian Ciu Pek Thong diperolehnya dari Ong Tiong Yang, yang mendidiknya langsung menaiki guru-gurunya.
Ang Cit Kong yang memimpin Kay-pang, semakin lama semakin. terkenal namanya.
Karena dibawah pimpinannya, Kay-pang maju dengan pesat sekali, dengan jumlah anggota yang makin meningkat dan kian banyak.
Dengan demikian, Ang Cit Kong merupakan Pangcu Kay-pang yang paling berhasil mengembangkan kekuasaan Kay-pang sampai kes-luruh daratan Tionggoan.
Oey Yok Su yang hidup mengasingkan diri dipulau To Hoa To, justru giat sekali mempelajari berbagai ilmu yang aneh, karena ia memang cerdas sekali, dengan sendirinya ia bisa menciptakan ilmu yang serba aneh dan liehay.
Dengan demkian kian hari Oey Yok Su semakin gagah dan perkasa. Dan juga merupakan seorang jago muda yang sulit sekali ditandingi. Walaupun oleh kaum Cianpwe.
Auwyang Hong sendiri yang mendiami Pek to-san sebagai pesanggrahannya juga telah melatih diri dengan rajin. Karena ia memang merupakan seorang tokoh persilatan yang tidak kalah cerdasnya dengan Oey Yok Su, banyak ilmu aneh yang diciptakannya. Namanya juka menonjol sekali dalam rimba persilatan.
Hanya setahun atau dua tahun sekali Auwyang Hong datang kedaratan Tionggoan, namun walaupun demikian, dia sangat terkenal bukan main, karena kepandaiannya yang begitu tinggi. Iapun merupakan seorang jago yang beraliran agak sesat, karena semua ilmu yang diciptakan-nya berbau sesat. Sampai2 tenaga sinkangnya, walaupun dilihatnya dengan bersih, tak urung didalam setiap bagiannya terdapat bagian2 yang sesat.
Dengan demikian membuat semua orang jadi kurang menyukai-nya.
Walaupun Ang Cit Kong, Oey Yok Su, Ong Tiong Yang dan Toan Hongya belum pernah bertemu dengannya, tokh mereka kurang menyukai Auwyang Hong. Ter lebih2 lagi, setelah Auwyang Hong mempergunakan julukannya sebagai See-tok, dia melatih ilmu racun yang kian sesat.
Berlainan depgan Toan Hongya, yang berusaha melatih ilmu yang lurus dan bersih. Maka telah diusahakannya mencari guru-guru pandai untuk dapat mempelajari ilmu yang lebih tinggi. Sisik-sisik yang terdapat ditubuh Toan Hougya, akhirya bercopotan sendirinya. Waktu Toan Hongya berusia dua puluh lima tahun, waktu itu ia telah berhasil melatih sinkang dari aliran lurus dan bersih yang sempurna dan tinggi sekali. Dengan demikian walaupuo sisiknya. icu telah bercopotan, terlepas dari sekujur tubuhnya, tokh Toan Hongsya masih kebal jika menghadapi senjata biasa atau totokan tangan dari orang yang memiliki sinkang biasa saja.
Sisik2 disekujur tubuh Toan Hongya terbuka semuanya, dan dengan demikian menggerakkan otot-otot ditubuhnya, yang akhirnya menggetar-kan permukaan kulitnya. Dengan demikian sisik2 tersebut rontok terlepas.
Dengan giat Toan Hongya melatih diri terus menerus, dari kepandaiannya setingkat memperoleh kemajuan yang pesat sekali.
Nama Toan Hongya juga sejajar dengan nama Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang, Auwyang Hong maupun Oey Yok Su, walaupun ia merupakan Kaisar Taili, namun karena ia memang menyukai ilmu silat, seringkali Toan Hongya meninggalkao kerajaannya, mengembara didaratan Tionggoan, melakukan banyak perbuatan besar menolongi orang2 yang tengah dalam kesulitan.
Dengan caranya seperti itu, Toan Hongya berhasil mengangkat nama didaratan Tionggoan.
Sesungguhnya yang paling menonjol adalah Ong Tiong Yang.
Karena memang tampak
0ng Tiong Yang mamiliki kepandaian yang paling-lurus.
Hal ini disebabkan Ong Tiong Yang merupakan seorang pendeta yang memiliki pikiran terang juga bersikap welas asih, malah ia tidak pernah, mencampuri lagi urusan duniawi setelah mendidik beberapa orang muridnya dipintu perguruan Coan Cian Kauw yang dipimpinnya.
Dengan demikian seluruh waktunya bisa dipusatkan untuk melatih diri, dan kepandiannya mengalami kamjuan yang pasti sekali.
Ong Tiong Yang telah berhasil menyempurnakan latihan Sinkangnya, yang dari Tantian berhasil didorong sampai naik kepangkal kepalanya, urat nadi besar dipunggungnya dan juga berhasil membuka bian-meh, yaitu jalan darah terpenting, sehingga dengan terbukanya bian-meh Ong Tiong Yang berhasil mengalirkan kekuatan sinkangnya pada jalan darah terpenting itu.
Dengan demikian, berhasillah Ong Tiong Yang untuk mencapai tingkat tertinggi latihan sinkang-nya.
Yang kurang padanya adalah latihan-latihan untuk memperkokoh sinkangnya.
Tetapi walaupun demikian, sulit sekali mencari orang yang bisa menandingi Ong Tiong Yang diwaktu itu.
Ong Tiong Yang bukan berhasil melatih sinkangnya belaka, karena ia juga telah berhasil menciptakan ilmu pedang aliran Coan Cin Kauw yang sangat lihay sekali, sulit untuk di lawan oleh orang-orang sembarangan.
Bahkan ilmu pedang yang diciptakan oleh Ong Tiong Yang merupakan kepandaian andalan dari murid Coan Cin Cin Kauw, yang mempergunakannya sebagai kepandaian tunggal mereka, dimana kepandaian ilimu pedang tersebut akan merupakan kepaadaian yang sangat tinggi dan baik sekali.
Begitulah semakin lama ……. dari hari kehari …… ke lima jago muda tersebut telah menanamkan nama mereka dalam rimba persilatan dan semakin ter kenal saja……….
WAKTU itu burung gagak berterbangan diatas hutan yang cukup lebat yang terdapat diluar kota Tiung-cie-chuan. Sebuah kota yang besar dan luas, yang memiliki penduduk cukup padat, disamping itu memang banyak penduduk yang mendirikan rumah diluar kota. Juga banyak para petani yang membuka sawah dan ladang mereka luas sekali diluar kota ini.
Dengan demikian, sepanjang jalan orang yang tengah melakukan perjalanan menuju kekota tersebut, akan melihat pemandangan luasnya sawah dan ladang.
Diantara suara burung gagak yang terdengar riuh sekali dan juga diantara cuaca yang menjelang malam hari, tampak beberapa sosok tubuh tengah berlari-lari dengan gesit, disaaping itu tampak mereka memiliki ginkang yang tinggi, karena kepandaian mereka yang tinggi menyebabkan mereka bisa berlari lengan cepat begitu, seperti juga kaki mereka masing2 tidak menginjak tanah.
Dalam keadaan seperti ini, memang terlihat jelas sekali, betapa sosok tubuh yang berjumlah delapan oraug itu, telah berlari dengan mempergunakan ginkang yang tinggi dan menuju kesebuah tampat, yaitu tempat tanah pekuburan yang berada disebelah barat dari hutan itu.
Seteiah tiba ditanah pekuburan, tampak delapan sosok tubuh yang semuanya berpakaian baju hitam, telah menghentikan lari mereka.
Semuanya berdiri diam beberapa saat, mengawasi keadaan disekitar tempat itu.
Setelah saling berdiam diri selian lama, tampak delapan orang itu saling pandang dan menganggukkan kepala mereka masing2.
Semuanya bergerak cepat sekali melompat kesebuah kuburan yang paling depan, berkata dengan suara perlahan: „Ini dia . . .!”
„Ya…… ini dia……!”
„Tidak salah lagi…, memang inilah kuburan yang kita cari……!”
„Hemm, kita bongkar sekarang?” tanya salah seorang diantara mereka.
„Tunggu dulu…!” cegah salah seorang diantara mereka dan telah memandang sekelilingnya.
Mereka melihat tanah pekuburan itu sepi sekali, tidak terlihat seorang manusiapun juga.
Setelah yakin tidak ada orang yang melihat apa yang mereka lakukan, barulah lelaki yang memakai baju hitam yang tadi mencegah kawan2 nya, berkata lagi: „Mari kita mulai bekerja!”
Kedelapan orang berpakaian serba hitam itu mengeluarkan sesuatu dari saku baju mereka masing-masing.
Diantara mereka ada yang mengeluarkan sebatang pedang, ada yang mangeluarkan Poan Koan Pit, ada yang mengeluarkan Tiat Leng So dan ber-macam2 lagi senjata lainnya.
Kedelapan orang itu juga telah berdiri dengan sikap yang bersiap sedia. Mereka mengawasi kuburan itu dengan sikap yang tegang.
Dan dalam kuburan itu terdengar suara orang mengerang dengan suara yang perlahan dan kemudiah sunyi lagi.
„Mengepa engkau tidak Lekas keluar…..ka mi telah datang…….!”
Mendengar suara erangan lagi, kemudian di susul dengan kata2: „Baiklah …… kalian terlalu mendesak diriku, aku sudah tidak memiliki jalan lain, terpaksa aku melayani kalian.”
Dan membarengi dengan perkataan seperti itu, tampak tanah peku-buran didepan kedelapan arang berpakaian serba hitam tersebut bergerak peclahan-lahan.
Rupanya pada kuburan yang satu itu memang telah dipa:angi alat rahasia.
Kemudian setelah tanah kuburan itu dibuka, tampak didalam kuburan tersebut sebuah peti mati berwarna coklat-tua.
Kedelapan orang berpakalan hitam tersebut mengambil sikap bersiap sedia.
Lain salah seorang diantara mereka berkata: „Mengapa masib tidak keluar? Apakah perlu kami mempergunakan kekerasan?”
Terdengar suara erangan lagi.
Tahu-tahu tutup peti mati tersebut menjeblak terbuka, dan dari dalam peti mati itu melompat keluar sesosok tubuh kecil dan pendek.
Waktu kedelapan orang tersebut melihat sosok tubuh itu, mereka bergerak mengururgnya.
Sedangkan orang yang baru keluar dari peti mati tersebut hanyalah seorang lelaki tua yang memiliki bentuk tubuh yang pendek kecil disamping itu jenggotnya panjang sekali, sampai kedada-nya.
Dengan demikian, sepanjang jalan orang yang tengah melakukan perjalanan menuju kekota tersebut, akan melihat pemandangan luasnya sawah dan ladang.
Diantara suara burung gagak yang terdengar riuh sekali dan juga diantara cuaca yang menjelang malam hari, tampak beberapa sosok tubuh tengah berlari-lari dengan gesit, disaaping itu tampak mereka memiliki ginkang yang tinggi, karena kepandaian mereka yang tinggi menyebabkan mereka bisa berlari lengan cepat begitu, seperti juga kaki mereka masing2 tidak menginjak tanah.
Dalam keadaan seperti ini, memang terlihat jelas sekali, betapa sosok tubuh yang berjumlah delapan oraug itu, telah berlari dengan mempergunakan ginkang yang tinggi dan menuju kesebuah tampat, yaitu tempat tanah pekuburan yang berada disebelah barat dari hutan itu.
Seteiah tiba ditanah pekuburan, tampak delapan sosok tubuh yang semuanya berpakaian baju hitam, telah menghentikan lari mereka.
Semuanya berdiri diam beberapa saat, mengawasi keadaan disekitar tempat itu.
Setelah saling berdiam diri selian lama, tampak delapan orang itu saling pandang dan menganggukkan kepala mereka masing2.
Semuanya bergerak cepat sekali melompat kesebuah kuburan yang paling depan, berkata dengan suara perlahan: „Ini dia . . .!”
„Ya…… ini dia……!”
„Tidak salah lagi…, memang inilah kuburan yang kita cari……!”
„Hemm, kita bongkar sekarang?” tanya salah seorang diantara mereka.
„Tunggu dulu…!” cegah salah seorang diantara mereka dan telah memandang sekelilingnya.
Mereka melihat tanah pekuburan itu sepi sekali, tidak terlihat seorang manusiapun juga.
Setelah yakin tidak ada orang yang melihat apa yang mereka lakukan, barulah lelaki yang memakai baju hitam yang tadi mencegah kawan2 nya, berkata lagi: „Mari kita mulai bekerja!”
Kedelapan orang berpakaian serba hitam itu mengeluarkan sesuatu dari saku baju mereka masing-masing.
Diantara mereka ada yang mengeluarkan sebatang pedang, ada yang mangeluarkan Poan Koan Pit, ada yang mengeluarkan Tiat Leng So dan ber-macam2 lagi senjata lainnya.
Kedelapan orang itu juga telah berdiri dengan sikap yang bersiap sedia. Mereka mengawasi kuburan itu dengan sikap yang tegang.
Dan dalam kuburan itu terdengar suara orang mengerang dengan suara yang perlahan dan kemudiah sunyi lagi.
„Mengepa engkau tidak Lekas keluar…..ka mi telah datang…….!”
Mendengar suara erangan lagi, kemudian di susul dengan kata2: „Baiklah …… kalian terlalu mendesak diriku, aku sudah tidak memiliki jalan lain, terpaksa aku melayani kalian.”
Dan membarengi dengan perkataan seperti itu, tampak tanah peku-buran didepan kedelapan arang berpakaian serba hitam tersebut bergerak peclahan-lahan.
Rupanya pada kuburan yang satu itu memang telah dipa:angi alat rahasia.
Kemudian setelah tanah kuburan itu dibuka, tampak didalam kuburan tersebut sebuah peti mati berwarna coklat-tua.
Kedelapan orang berpakalan hitam tersebut mengambil sikap bersiap sedia.
Lain salah seorang diantara mereka berkata: „Mengapa masib tidak keluar? Apakah perlu kami mempergunakan kekerasan?”
Terdengar suara erangan lagi.
Tahu-tahu tutup peti mati tersebut menjeblak terbuka, dan dari dalam peti mati itu melompat keluar sesosok tubuh kecil dan pendek.
Waktu kedelapan orang tersebut melihat sosok tubuh itu, mereka bergerak mengururgnya.
Sedangkan orang yang baru keluar dari peti mati tersebut hanyalah seorang lelaki tua yang memiliki bentuk tubuh yang pendek kecil disamping itu jenggotnya panjang sekali, sampai kedada-nya.
Mungikin jika ia tidak memiliki jenggot dan kumis seperti itu, ia akan diduga seorang anak lelaki berusia delapan atau sembilan tahun.
„Kalian telah datang untuk mendesakku. maka terpaksa aku melayaninya.” kata orang bertubuh pendek itu.
Sedangkan kedelapan orang berpakaian serba hitam tersebut beberapa kali mengeluarkan Suara dengusan, malaa salah seorang diaotara mareka rupanya sudah tidak sabar, is telah mengeluarkan suara bentakan keras, tahu2 pedang ditangan kanannya bergerak cepat sekali menikam.
Orang tua bertubuh pendek tersebut melihat manyambarnya serangan ia berkelit. Gerakannya sangat lincah sekali.
„Hmmmi…..” dengus orang tua bertubuh pendek itu.
„Jika demikian, kalian ternyata bendak main keroyok lagi seperti beberapa saat yang lalu!”
Dan setelah berkata begitu, tubuh orang tua itu bergerak cepat sekali, setiap gerakannya memang bisa menggertak kedelapan orang itu untuk mundur, tetapi orang tua bertubuh pendek tersebut tetap dikurung dan dikepung, dengan ketat sekali, kedelapan orang itu selalu mempergunakan sentjata mereka masing –masing saling berganti melancarkan tikaman, tebasan dan totokan.
Tetapi kenyataan yang ada, orang tua ber-tubuh pendek itu selalu berhasil mengelakkan diri, dan ia melompat kesana-kemari dengan gerakan gesit sekali.
Karena mengandalkan kegesitannya itu, membuat kedelapan orang yang mengurungnya tidak bisa untuk terlalu mendesaknya.
Walaupun bagaimana memang tertihat jelas orang tua bertubuh pendek itu memiliki ginkang yang tinggi dan telah berulang kali menerobos kesana kemari dengan gerakan yang cepat sekali.
Tetapi lewat belasan jurus, tampaknya orang tua bertubuh pendek itu tidak mau berdiam diri terus, ia menggerakkan tangannya. Tahu2 dari kedua telapak tangannya meluncur keluar kekuatan tenaga yang hebat sekali menerjaeg kedua lawannya.
Begitulah, kedua lawannya yang menerima pukulan seperti itu tidak berani berdiam diri, karena mereka memang mengetahuinya bahwa tenaga pukulan yang dilancarkan orang tua bertubuh pendek tersebut merupakan kekuatan yang bisa mematikan jika saja mengenai diri mereka.
Dengan menggerakkan Poan Koan Pit pedang mereka segera keduanya menyerang.
Dalam waktu yang singkat, segera terjadi pertempuran seru antara siorang tua bertubuh pendek dikeroyok oleh kedelapan orang itu.
Waktu itu, salah seorang diantara kedelapan orang pengeroyok itu mengeluarkan suara siulan nyarng, tahu2 tubuhnya melompat ketengah udara dengan gerakan yang ringan bukan main, dan ditangannya yang tercekal Tiat Leng So, digerakkan untuk melibat leher dari orang tua bertubuh pendek itu. Gerakan itu di lakukan dengan tiba2 sekali dan juga mengandung tenaga sinkang yang kuat.
Kalau memang leher orang tua bertubuh pendek tersebut terkena lingkaran Tiat Leng So tentu ia segera akan binasa.
Tetapi orang tua itu bukan orang sembarangan, ia bisa mengelakan diri dengan cepat.
„Aku walaupun tengah terluka parah, tetapi aku tidak akan sudi menyerah kalah kepada kalian ……” kata orang tua bertubuh pendek itu dengan suara Ong sengit.
„Kalian boleh mempergunakan seluruh kepandaian, kalian untuk mengeroyok diriku, tetapi aku akan memberikan per-lawanan terus!” dan seperti kata2-nya itu orang tua bertubuh pendek kecil tersebut menggerakan lagi kedua tangannya, malah kedua kakinya juga bergerak lincah, sehingga tubuhnya bergerak kesana-kemari dengan gesit, malah kedua tangannya itu ber-gerak2 menimbulkan angin yang berkesiuran sangat kuat.
Dalam keadaan demikian, tampaknya memang jelas sekali bahwa kepandaian yang dimiliki oleh orang tua itu sangat luar biasa sekali, namun karena ia dikeroyok oleh kedelapan orang pengeroyoknya, yang rata2 memiliki kepandaian tinggi, maka ia tidak bisa merubuhkan lawan-lawannya itu.
Diwaktu itu, mendadak sekali, dua orang pengeroyoknya telah menerjang, maju dengan senjata masing2 yang menikam kebagian yang mematikan. Orang tua itu berkelit lagi.
Namun dari arah belakangnya tahu? menyambar sebatang poan-koan-pit, dan tampak tubth orang tua itu terhuyung mundur beberapa langkah.
Sebelum ia rubuh ter-guling, masih sempat ia menyampok kebalakarig, pada penyerangnya.
Seketika itu juga tuhuh penyerangnya ter-pelanting dan rubuh tidak bergerak, pingsan.
Sedangkan orang tua bertubuh pendek itu juga telah tertotok tidak bisa bergerak. diam tidak bergeming lagi.
Ketujuh sisa pengeroyoknya jadi girang. Dua orang dari mereka segera memeriksa kawan yang
pingsan, sedangkan lima orang lainnya menghampiri orang tua-bertubuh pendek itu.
Dengan senjata masih tercekal ditangan mereka masing2, kelima orang yang telah mengurung orang tua pendek yang dalam keadaan tertotok tersebut, mengawasi mendelik dan salah seorang diantara mereka, yang mencekal Poan-koan-pit, telah berkata dengan suara yang bengis : „Engkau mpnyerah kalah atau tidak? Jika engkau masih tetap tidak mengakui bahwa kepandaian kami berdelapan berada diatas kepandaianmu, hemm…, hemm, biarlah engkau kami binasakan saja….!”
Walaupun dalam keadaan tertotok seperti itu, tetapi orang tua bertubuh pendek. teraebut bisa,berbicara, mulutnya bisa digerakkan, dengan sengit dan mengandung kemarahan ia telah berkata: „Walaupun bagaimana tidak bisa aku mengakui bahwa kalian berdelepan memiliki kepandaian yang lebih tinggi dariku ! Hemmni……, kalian berjumlah delapan orang, sedangkan aku seorang diri, maka jika memang kalian bisa memperoleh kemenangan pada diriku, itlah merupakan kemenangan orang2 pengecut, karena dengan jumlah banyak kalian – berdelapan mencari keumenangan….! Hemmm…., sungguh tidak tahu malu….! Manusia2 bermuka kulit badak, setelah mengandalkan jumlah banyak untuk menindas orang yang sendirian ini, kalian masih memiliki muka hendak mengagul-agulkan diri bahwa kalian telah menang? Sungguh tidak punyu malu! Cissss ……!”
Bukan mein marahnya kelima orang itu, mereka telah melirik kepada kedua kawan mereka yang tengah menolongi seorang kawan mereka yang masih dalam keadaan tertotok. Tampaknya kedua kawan mereka itu tidak berhasil untuk membuka totokan pada diri orang itu, dimana kawan mereka yang seorang itu tetap rebah tidak bisa bergerak walaupun tubuhnya telah diuruti disana-sini dengan mempergunakan Lwekang.
Apa yang mereka lihat.menambah kegusaran mereka.
„Baiklah, jika kau berkepala batu tidak mau mengakui bahwa kepandaian kami berada diatas kepandaianmu.
Hemm…, engkau akan kami binasakan……!” dan orang yang bersenjata poan-koan-pit tersebut telah melangkah maju sambil menggerakkan senjata ditangannya, ia bermaksud akan menotok jalan darah. „Eng-tian-hiat” dan memang jika jalan darah tersebut pada tubuh seorang manusia tertotok pecah atau hancur atau juga putus, tentu menyebabkan korban totokan tersebut akan binasa disaat itu juga.
Tetapi orang tua bertubuh pendek terlebut tidak merasa takut, wajahnya malah memperlihatkan perasaan marah dan mengawasi meluncurnya poan-koan-pit lawannya sama sekali ia tidak merasa gentar.
Sedangkan Poan-koan-pit itu telah meluncur dekat sekali, hanya terpisah, beberapa dim lagi dari jalan darah yang mematikan itu.
Waktu jiwa lelaki itu bertubuh pendek tersebut terancam kematian, mendadak sekali, dari balik sebuah kuburan yang terpisah belasan tombak, meluncur dua butir batu kecil, yang terbang cepat sekali.
Batu yang satu menghantam poan-koan-pit yang tengah muluncur untuk membinasakan orang tua bertubuh peodek itu, sedangkan batu yang satunya lagi telah menyambar ketubuh orang tua pendek itu, dengan demikian ia terbebaskan dari totokan dan bisa melompat berdiri.
Sedangkan orang yang bersenjata Poan-koan-pit itu, waktu Poan-koan-pitnya terhantam balik itu, terdengar suara „trang……” yang nyaring sekali, dan Poan-koan-pit itu telah miring arah menyambar pemiliknya juga merasakan telapak tangannya jadi pedih bukan main, karena benturan batu itu kuat sekali memiliki tenaga luncuran yang hebat bukan main.
Dangan mengeluarkan suara seruan yang mengandung perasaan terkejut orang itu melompat mundur dengan muka yang padam, ia memandang marah kearah dari mana datangnya batu-batu itu.
Keempat orang lawannya juga telah memandang kearah mana tadi dua butir batu tersebut menyambar datang.
Dan mereka melihat seorang pemuda berwajah tampan dengan sepasang alis yang tebal dan baju berwarna hijau, merupakan pakaian panjaog, tengah berdiri dengan sikap yanq tenang dan ditangannya tercekal sebatang seruling, yang di-gerak2-kan perlahan.
Matanya memandang dingin.
Dengan marah, orang bersenjata poan-koan pit tersebut telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat kedekat pemuda berpakaian warna hijau tersebut, ia membentak bengis : „Siapa kau pemuda kurang ajar? Sungguh berani mati mencampuii urusanku……!”
PEMUDA BERBAJU HIJAU itu telah tertawa tawar, ia melirik kepada kawan2nya orang yang bersenjata poan-koan-pit itu, katanya dengan suara yang dingin : „Kalian berjumlah delapan orang, mengeroyok seorang lelaki tua seperti itu, apakah engkau dan kawan2mu memang memiliki kulit muka terbuat dari kulit badak heh…?”
Melihat pemuda itu bukannya takut, malah mendamprat dirinya, orang yang bersenjata poan-koan-pit itu, tambah murka, ia telah membentak bengis samibil membanting kaki: „Kau belum mengetahui siapa kami, sehingga engkau berani kurang ajar seperti itu….! Baik! ! baik! Engkaupun rupanya minta dihajar! Kami Pat Eng Ciu (Delapan Garuda Arak) akan membereskan kau juga.”
Mendengar disebutnya Pat Eng Ciu pemuda. berbaju hijau itu tertawa tawar.
„Aha…., rupanya Pat Eng Ciu yang sangat terkenal itu?” katanya. „Baik…, baik…, aku Oey Yok Su ingin sekali berkenalan dengan Pat Eng Ciu! Tentu saja, kalian perlu maju berdelapan …. karena jika kalian maju seorang2 hanya membuang-buang waktu saja….. !”
Bukan main murkanya orang yang bersenjata Poan-koan-pit, ia telah menggerakkan tangan nya untuk melancarkan totokan dengan senjata nya. Tetapi seorang kawannya telah mencekal tangannya.
„Tunggu dulu!” kata kawannya, yang bersenjata pedang. Dan kemudian menoleh kepada Oey Yok Su sambil tanyanya: „Apaka,h engkau Qey Yok Su, yang sangat. terkenal di dalam rimba persilatan sebagai Tocu dari Tho Hoa To?”
Oey Yok Su …..mendengus dingin.
„Benar, dan kalian tadi telah mendesak orang tua itu utuk mengakui bahwa Kepaudaian kalian berdelapan lebih tinggi dari kepandainya, maka sekarang biarlah aku yang muda she Oey menggantikannya, untok membuktikan hal itu, dimana. aku akan menghadapi kalian…..!”
Pat Eng Ciu merupakan delapan orang pendekar gagah didalam rimba persilatan. Mereka juga gemar sekali minum arak, sampai mabok2-an hebat. Itulah sebabnya mereka memperoleh gelaran sebagai Pat Eng Ciu.
Tetapi jiwa mereka sesungguhnya baik, mereka juga berasal dari kalangan lurus, dimana mereka mempelajari ilmu silat yang cukup tinggi. Walaupun tidak bisa disebut sebagai jago2 nomor satu, namun jarang ada orang yang bisa menghadapi mereka. Tetapi ada satu sifat yang sama dimliki kedelapan orang ini, mereka sela!u ingin menang diatas orang lain, selalu merasa bahwa kepandaian mereka berdelapanlah yang tertinggi tanpa tandingan. Karena sifat mereka inilah kedelapan jago tersebut sering terlibat dalam pertempuran. Dengan berdelapan sekaligus maju, meaghadapi lawan, mereka maka Pat Eng Ciu selalu berhasil merngalahkan lawan2nya.
Dan begitu juga halnya dengan crang tua bertubuh pendek tersebut, ia merupakan seorang tokoh persilatan yang memiliki…kepandaian tinggi, ia bernama Han Bun Liong, pertemuannya dengan delapan Pat Eng Ciu telah menyebabkan mereka bertempur, karena Pat Eng Ciu menantangnya untuk bertempur, dan Han Bun Liong telah berhasil dilukai oleh Pat Eng Ciu.
Waktu itu Pat Eng Ciu mendesak agar Han Bun Liong mengakui bahwa kepandaian kedelapan jago itu berada diatas dirinya, namun Han Bun Liong menolaknya. Ia berusaha melarikan diri. Tetapi jejaknya selalu berhasil ditemui oleh kedelapan lawan2-nya. Begitulah baberapa kali terjadi pertempuran diantara mereka, yang selalu Han Bun Liong berada dipihak yang kalah dan semakin terluka lebih hebat.
Namun sejauh itu Han Bun Liong tetap tidak mau mengakui bahwa kedelapan orang itu lebih tinggi kepandaiannya dari dia. Bun Liong malah lebih rela mati ditangan lawan2nya itu.
Terakhir, dia telah berhasil melarikan diri dan menyembunyikan diri didaerah pekuburan tersebut. Ia pun telah mencuri sebuah peti mati dan menculik seorang tukang batu, yang di paksa untuk membuat kuburan yang ada pintu rahasianya. Kuburan yang dipergunakannya adalah kuburan dari orang yang tidak dikenalnya dan telah dibongkarnya. Tukang batu ilu telah membuatkan ruangan untuk meletakkan peti mati itu. Setelah selesai semuanya, Han Bun Liong menotok jalan darah lupa ingatan dari tukang batu itu, sehingga pergi dengan otak yang tidak waras lagi.
Lebih hebat lagi, dimana suara serulingnya sebentar meninggi, melengking, sebentar merendah perlahan sekali, seperci juga suara tangis yang menyatkan hati.
Perasaan dan jantung dari Pat Eng Ciu jadi semakin tergoncang bebat.
Mereka berdelapan telah berusaha untuk menguasai perasaan mereka, tetapi selalu gagal.
Dengan demikian, membuat mereka jadi mengeluarkan suara bentakan vang nyaring untuk memechakkan perbatian mereka dari pengaruh suara seruling itu.
Tetapi tidak juga mereka terlepas dari pengaruh suara seruling Oey Yok Su.
Malah waktu Oey Yok Su meniup dengan nada yang menghentak-hentak, diwaktu itulah kedelapan Pat Eng Ciu sudah tak bisa mempertahankan diri, mereka menggerakan kedua tangan mereka, seperti tengah bersilat atau juga seperti tengah menari.
Orang tua bertubuh pendek Han Bun Liong telah mengetahui bahwa Oey Yok Su meniup serulingnya itu untuk meaguasai kedelapan lawannya. Walaupun Han Bun Liong, berdrri diluar gelanggang, terpisah sepuluh tombak lebih tidak urung iapun terpengaruh snara seruling.
Han Bun Liong merasakan jautungnya berdebar karas sekali, dan kedua tangan dan kedua kakinya seperti ingin berteriak?.
Cepat-cepat Han Bun Liong mengempos tenaga dalamnya, ia berusaha manguasai dirinya.
Namun gagal, dan ia seperti akan menari. Dengan kaget Han Bun Liong menotol tanah dengan kedua kakinya, ia telah melompat mundur berulang kali, menjauhkan diri belasan tombak lagi. Tetapi pengaruh seruling itu masih juga membuntutinya dan ia masih ingin menari.
Cepat-cepat Bun Liong melompat mundur lagi dan akhirnya ia bisa juga terhindar dari pengaruhnya suara seruling Oey Yok Su.
Sedangkan Pat Eng Ciu yang waktu itu tengah me-nari2 dibawah pengaruhnya suara seruling Oey Yok Su, terus juga berteriak-teriak: „Hentikan….. hentikan…… !”
Tetapi Oey Yok Su terus meniup surulingnya. Symbil meniup, kakinya juga tetah melangkah kesana-kemari, daeliogi dengan tubuhnya yang berkelebat cepat seperti gumpalan warna hijau.
Suara seruling itu tetap mengalun panjang dan pendek tidak menentu.
Dengan mengaudalkan suara serulingnya itu ternyata Oey Yok Su telah dapat menguasai delapan lawannya, yang terus juga me-nari2 semakin cepat.
Tentu saja kedelapan jago Pat Eng Ciu tersebut ketakutan bukan main.
Harus diketahui, jika mereka terlalu lama dikuasai oleh suara seruling yang di iringi dengan lwekang yang telah sempurna, tentu mereka akan menari terus dan kehabisan tenaga, dan akhirnya mereka akan mati lemas.
Itulah yang ditakuti oleh Pat Eng Ciu maka mereka sambil menari2 berusaha mengerahkau lwekang mereka untuk membendung pengaruh suara seruling itu.
Namun kedelapan jago itu selalu gagal dengan usaha mereka, lwekang mereka rupanya tidak semahir yang dimiliki Oey Yok Su.
Ada berapa orang diantara mereka yang berusaha menggerakkan tangan mereka menutupi telinga mereka, tetapi itu tidak lama.
Begitu suara seruling mangalun meninggi di waktu itu pula tangan mereka tak bisa menempel ditelinga telah ber-gerak2 menari lebih hebat.
Benar2 Pat Eng Ciu jadi ketakutan bukan main, mereka sampai ber-teriak: „Hentikan……. kami menyerah kalah…. kami menyerah kalah dan senjata mereka telah berjatuhan malang melintang ditanah.
Disaat itu Oey Yok Su meneruskan tiupan serulingnya, sama sekali dia tidak memperdulikan teriakan2 Pat Eog Ciu.
Dan juga suara serulingnya itu mengalun terus semakin meninggi.
Bagaikan kalap, kedelapan Pat Bng Ciu tersebut me-nari2 lebih cepat dan kuat.
Sampai akhirnya tenaga mereka habis dan Pat Eng Ciu rubuh terjungkal lemas diatas tanah, muka mereka pucat sekali.
Waktu itulah Oey Yok Su baru berhenti meniup serulingnya.
,,Hemm….., kalau memang aku tidak menaruh belas kasian pada kalian, aku bisa meniup serulingku ini dan kalian akan mati lemas…. !” kata Oey Yok Su dengan suara yang dingin.
Kedelapan jago Pat Eng Ciu itu tidak menyahuti, mereka telah cepat2 duduk bersemedhi, untuk mengatur jalan pernapasan mereka.
Lewat beberapa saat, mereka telah melompat berdiri, salah seorang diantara mereka telah berkata sambil merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada Oey Yok Su : „Sungguh menakjubkan sekali….! Rupanya apa yang tersiar didalam rimba persilatan, bahwa Auwyang Hong, Aog Cit Kong, Org Tiong Yang, Toan Hongya dan Oey Yok Su benar2 merpakaan jago-jago yang memiliki kepandain luar biasa. Dan lima jago luar biasa itu ter nyata memang tidak memiliki nama kosong.
Mendengar disehutnya nama Ang Ctt Kong, Ong, Tiong Yang, Auwyang Hong dan Toan Hongya maka Oey Yok Su berobah.
„Hmmm…., aku tidak bisa dipersamakan dengan mereka!” kata Oey Yok Su kemudian. ,,Kami berlima memang bersahabat dan memiliki kepandaian sendiri-sendiri, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka tidak bisa dipersamakan seperti itu !”
Orang yang berkata tadi telah menganguk cepat.
,,Benar, dengan hanya sebatang seruling, dan dengan mempergunakan suara seruling saja, kami telah rubuh ditangan Oey Taihiap, apa lagi jika memang Oey Taihiap mempergunakan kepandaianmu, tentu kami akan terbinasa hanya dalam satu gebrakan”
Oey Yok Su menatap dingin kedelapan Pat Eng Ciu, kemudian : „Hemmmm…., kalian semula merasa bahwa kepadaian kalian berdelapan sangat tinggi dan medesak orang tua itu untuk mengakui bahwa kepandian kalian berada diatas kepandaiannya. Sekarang bagaimana pendirian kalian?”
„Kami berdelapan memang merupakan katak-katak dalam tempurung, sama sekali tak bisa melihat tingginya langit dan dalamnya bumi. Sungguh membuat kami menjadi malu sekali !” menjahuti salah seorang Pat Eng Ciu.
„Kalau memang kalian telah menjadari akan hal itu, sekarang kalian pergilah……!” kata Oey Yok Su dengan suara yang dingin.
40-41
Pat Eng Ciu tidak berani banyak hicara lagi, mereka kuatir kalau2 Oey Yok Su merobah keputusannya itu. Mereka telah memberi hormat dan kemudian berlalu meninggalkau tempat itu Oey Yok Su hanya mengawasi saja. Sedangkan Han Bun Liong telah menghampiri Oey Yok Su.
„Terima kasih atas pertolongan yang diberikan oleh Oey Taihiap …!” katanya simbil memberi hormat.
Oey Yok Su menyingkir: kemudian deagan sulara yang tawar ia berkata: „Kau juga pergi meninggalkan tempat ini . . !”
Ha.n Bun Liong jadi tertegun.
,.Apa…… Oey Taihiap?” tanyanya tergagap tidak mempercayai apa yang didengarnya.
„Apakah telingamu tuli? Pergi dari tempat ini!” kata Oey Yok Su lagi. Dingin sekali suara nya.
Han Bun Liong memandang sejenak pada Oey Yok Su lalu ia menjura emmberi hormat dan memutar tubuhnya, berlalu meninagglkan tempat itu.
Oey Yok Su masih berdiri ditempatnva, is mengawasi kuburan2 yang terdapat ditanah pekuburan tersebut, mulutnya bersenandung perlahan dan kemudian mengangkat seruling lalu ia meniupnya.
Suara serulingpun mengalun disekitar tempat tersebut, mengisi kesepian dan kesunyian ditanah pekuburan tersebut.
Sejak terjadinya peristiwa itu dimana Oey Yok Su merubuhkan Pat Eng Ciu hanya dengan menggunakan suara serulingnya, ia memperoleh keharuman nama yang bukan main dan terkenal sekali, karena Pat Eng Ciu setiap kali bertemu dengan orang2 rimba persilatan, baik yang menjadi lawan mereka, maupun yang merupakan sahabat mereka, selalu membicarakan perihal kegagahan dari Tocu Tho Hoa To tersebut, yaitu Oey Yok Su………
TETAPI nama Oey Yok Su yang begitu terkenal telah mendatangkan perasaan yang tak menggembirakan dihati seorang tokoh persilatan laironya, yaitu Auwyang Hong, yang merasa iri dan dengki.
Auwyang Hong memang mengetahui, bahwa namanya tidak kalah terkenalnya dengan Oey Yok Su, tetapi Auwyang Hong menghendaki dirinya merupakan jago yang namor satu.
Tentu saja Auwyang Hong menghendaki Oey Yok Su, maupun Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong, dan Toan Hongya juga berada. dibawah dari keharuman namanya.
Namun disebabkan berlima memang memiliki kepandaian yang sama tingginya, dengan sendirinya mereka berlima juga yang sangat terkenal dan sama2 memiliki nama yang meeggetarkan rimba persilatan.
Terkandung maksud didallam hati Auwyang Hong, jika ia memiliki kesempatan, ia ingin sekali mengadu kepandaian dengan Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Toan Hongya dan Cit Kong. Tetapi sejauh itu, ia masih belum memiliki kesempatan, karena sejak pertemuannya yang ter-akhir dengan Oey Yok Su dan yang lain2nya, Auwyang Hong tidak pernah bertemu lagi dengan mereka, mereka telah merantau keberbagai temgat.
Begitu pula halnya dengan Ang Cit Kong yang telah menjadi Pangcu Kay-pang, dimana ia telah memimpin perkumpulan Pengemis tersebut dengan baik, memperoleh ke-majuan yang pesat, Kay-pang berkembang, baik sekali, sehingga memiliki cabang2 yang meluas diseluruh daratan Tionggoan.
Setelah memberikan kekuasaan kepada wakil-wakilnya untuk semua ketua cabang Kaypang” Ang Cit Kong lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkelana.
Hanya sekali2, jika Kay-pang menghadapi, urusan yang besar dan penting, Ang Cit Kong baru kembali kemarkas pusat Kay-pang, untuk mengurus dan memimpinnya.
Karena memiliki waktu lama yang cukup banyak, maka Ang Cit Kong bisa mempergunakan waktu untuk mendatangi tempat2 yang indah untuk pelesir. Disampiag itu, sering Ang Cit Kong mendatangi dapur istana, di sana dia telah melalap santapan yang lezat2 yang sesungguhnya untuk Kaisar, dan ia memakannya sebelum Kaisar sendiri memakannya.
Dan suatu. kali, pernah Ang Cit Kong bersembunyi selama tiga bulan didapur istana, di mana dia telah menikmati ratusan macam masakan yang lezat2. Dan kegemaran malcan Ang Cit Kong memang semakin meniadi saja. semakin tua semakin tidak bisa dibendung, sampai kelak, diwaktu dia melepaskan jabatan Pangcu Kaypang, kegemarannya untuk bersantap masakan yang lezat2 tidak juga berkurang.
Sering juga Ang Cit Kong mendengar nama Oey Yok So. Ong Tiong Yang, Auwyang Hong dan Toan Hongya, yang disebut oleh jago rimba persilatan, sebagai jago? tanpa tandingan. Dan mendengar itu, walaupun Ang Cit Kong sendiri sering mendengar juga, bahwa dirinya termasuk diantara jago tanpa tandingan itu, tokh Ang Cit Kong merasakan tangannya jadi gatal dan ingin sekali ia bertanding degan ke empat jago lainnya itu, untuk menentukan siapakah yang paling tinggi memiliki kepandaian.
Itulah sebabnya, Ang Cit Kong telah sengaja backelana keberbagai tempat, untuk mencari jejak Ong Tiong Yang, Auwyang Hong, Toan Hongya dan Oey Yok Su. Sejauh itu ia masih belum berhasil untuk menemui jejak mereka,
Tetapi sambil mengembara Ang Cit Kong juga banyak melakukan pekerjaan besar, seperti juga membereskan pertikaian antara golongan- dari pintu perguruan yang memiliki permusuhan. Dengan memiliki kepandaian yang tinggi Ang Cit Kong bisa menyelesaikan semua urusan itu dengan baik.
Dengan sendirinya pula nama Ang Cit Kong juga semakin terkenal
Terlebih lagi memang Kay-pang kian lama kian banyak memiliki jago2nya yang tangguh dan memiliki kepandaian tinggi karena Ang Cit Kong sendiri yang telah turun tangan memberikan petunjuk dan mewariskan satu dua jurus dari kepandaiannya.
Ketika dalam suatu kesempatan ia bertemu dengan Auwyang Hong, kedua jago yang masing masing memiliki kapardaian sangat tinggi ini telah bercakap-cakap dengan gembira. Bahkan ketika Ang Cit Kong menyinggung menyinggung-nyinggung perihal mengadu kepandaian diantara mereka berlima.
Auwyang Hong kontan menyetujuinya.
„Memang akupun tengah memikirkan bal itu, saudara Ang,” kata Auwyang Hong. „Dan jika saja Oey Tocu, Ong Tojin dan Toan Hongya menyetujui usul kita, lebib baik kita mengadakan pertemuan dan merundingkan ilmu silat, guna menentukan siapa diantara kita sesungguhnya yang memiliki kepandaian paling tinggi!”
Bukan main giraognya Ang Cit Kong.
„Jika begitu, kalau memagg kelak saudara Auwyang bertemu dengan salah seorang diantara mereka, kau beritahukan maksud kita ini ….dan kalau memang mereka menyetujui, nanti kita mencari sebuah tempat, untuk d1jadikan tempat pertemuan dimana kita akan saling merundingkan ilmu silat…!”
Auwyang Hong mengiyakan.”
Begitulah mereka telah berpisah.
Dan Auwyang Hong memang kemudian ber temu dengan Oey Yok Su dan telah menyampaikan keinginan Ang Cit Kong dan juga termasuk keinginannya juga, untuk mengadakan pertemuan diantara mereka berlima, guna mengadakan perundingan ilmu silat. Semula Oey Yok Su tidak begitu menyambuti keinginan dari kedua jago tersebut, karena Tocu dari Tho Hoa To tersebut beranggapan bahwa hal itu hanya mem-buang2 waktu dan tak menarik.
Tetapi atas desakan Auwyang Hong, akhirnya ia menyetujui juga.
Begitulah, Auwyang Hong dan Oey Yok Su telah melakukan perjalanan bersama-sama untuk mencari jejak Ong Tiong Yang dan Toan Hongya. Untuk mencari Toan Hongya memang tidak begitu sulit, sebagai seorang Kaisar dari Taili, tentu ia bisa dijumpai diistananya. Tetapi untuk mencari Ong Tiong Yang, sulit sekali, karena Tojin tersebut memang selalu merantau tidak menentu tempatnya.
Karena itu Oey Yok Su dan Auwyang Hong telah mencari dulu Ong Tiong Yang, dan kelak jika mereka telah berhasil mencart jejak Ong Tiong Yang, barulah mereka akan menemui Toan Hongya, guna mengundang Kaisar Taili tersebut, ikut dalam pertemuan mereka mengadakan perundingan ilmu silat.
Setelah hampir satu tahun Oey Yok Su dan Auwyang Hong mencari jejak Ong Tiong Yang akhirnya mereka berhasil menemui jejak Tojin tersebut.
Tetapi tidak disangka2, Ong Tiong Yang sendiri mempunyai maksud yang serupa. Bahkan ia mengatakan bahwa ia telah berhasil menemui sejilid kitab ilmu silat luar biasa, yaitu Kiu Im Cin Keng. Siapa yang memahami ilmu silat yang terdapat dalam kitab itu, benar2 ia akan memiliki kepandaian vang luar biasa tingginya dan akan menjadi jago nomor satu.
Sebagai seorang imam yang berhati polos dan jujur, Ong Tiong Yang tidak mau mempelajari, kitab itu, karena dianggapnya bukan miliknya, ia menemukan kitab pusaka itu secara kebetulan saja.
„Tentu saja Ong Tiong Yang mengetahui, bahwa ilmu silat yang terdapat didalam kitab itu merupakan ilmu silat luar biasa, namun ia tidak mau mengingkari pintu perguruannya sendiri, yang merupakan pintu perguruan yang memiliki ilmu aliran lurus. Menurut Ong Tiong Yang dengan melatih diri pada ilmu pintu perguruannya, iapun bisa menjadi seorang jago yang kosen.
Ong Tiong Yang meogatakan, jika memang kelak mereka telah mengadakan pertemuan untuk merundingkan ilmu ilmu silat, dan siapa yang menang berhak untuk mewiliki kitab pusaka ini. Diwaktu itu jika memang ia yang berhasil memperoleh kitab tersebut ia baru akan mem pertimbangkan lagi, apakah dia akan mempela ari kitab Kiu Im Cin Keng tersebut atau tidak.
Oey Yok Su dan Auwyang Hong jadi girang mendengar hal itu.
Memang Auwyang Hong memiliki hati yang agak licik. la cerdas sekali disamping itu sangat cerdik dan selalu ingin menang sendiri juga.
Mendengar perihal kitab Kiu im Cin Keng itu, dia menjadi membayangkan betapa ia jika berhasil memenangkan dalam pertemuan perundingan ilmu silat nanti dan kitab Kiu Im Cin Keng itu jatuh katangannya, tentu ia bisa memperdalam ilmunya dan akan jadi se-orang pendekar tanpa tandingan, seorang jago yang sudah tidak memiliki lawan lagi. Itulah sebabnya Auwyang Hong telah mendesak Ong Tiong Yang untuk secepat mungkin menyelenggarakan pertemuan mereka itu.
Oey Yok Su juga tertarik pada keanehan2 yang bersangkut paut dengan ilmu silat, jadi begitu tertarik dan telah mendesak Ong Tiong Yang untuk mengadakan pertemuan mereka.
Ong Tiong Yang setelah berpikir sejenak, kemudian menetapkan, bahwa dimusim panas, pada tahun mendatang, dalam bilangan bulan keempat, mereka akan bertemu digunung Hoa San.
Dipilihnya Hoa San menurut Ong Tiong Yang, karena mereka harus memilih sebuah tempat yang cocok. untuk dapat dengan tenang meagadakan perundingan ilmu silat.
Oey Yok Su dan Auwyang Hong menyetujuinya dengan segera.
Dengan ditunjuknya Hoa San sebagai tempat berkumpul, tentu me reka bisa lebih mudah berkumpul.
Dan Oey Yok Su bersama Auwyang Hong menyatakan pada Ong Tiong Yang mereka akan
49
pergi ke Taili, untuk memberitahukan hal itu pada Toan Hongya, dan mengundang Kaisar Taili tersebut untuk mengambil bagian dalam partemuan dan berunding ilmu silat itu.
Bagitulah, mereka telah berpisah lagi.
Toan Hongya yang dikabarkan mengenai akan diadakannya pertemuan perundingan ilmu silat oleh Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Auwyang Hong dan Ang Cit Kong, jadi gembira sekali. Sebagai seorang raja yang sejak kecil telah gemar mempelajari ilmu silat seperti itu, ter lebih lagi oleh tokoh-tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian luar biaia, benar-benar sangat menarik hatinya.
„Siapa-siapa saja yang akan berkumpul di Hoa-san….. ?” tanya Toan Hongya.
„Kita berlima, tetapi jago-jago dari luar kalanganpun, jika mereka memiliki kepandaian yang tinggi, boleh ikut serta….! Malah, akhir-akhir ini terdengar berita didalam rimba persilatan terdapat seorang jago yang memiliki kepandaian sangat tinggi yaitu Khiu Cian Jin dan kami bermaksud akan mengundang jika memang kami bisa bertemu dengannya……!”, kata Oey Yok Su.
Auwyang Hong membenarkan perkataan Oey Yok Su.
„Ya, aku cukup banyak mendengar perihal dirinya orang she Khiu tersebut….. katanya dia memiliki lwekang yang
benar2 telah sempurna dan juga memiliki kepandaian yang luar biasa.”
Begitulah, dengan gembira Oey Yok Su dan Auwyang Hong telah menghabiskan waktu mereka diistana Toan Hongya selama satu bulan.
Selama itu meraka memperoleh perlakuan yang manis sekali dari Kaisar tersebut.
Kemudian Auwyang Hong dan Oey Yok Su telah pamitan dan pergi mencari Ang Cit Kong.
Dua bulan mereka mencari raja pengemis itu dan akhirnya mereka bisa menemui Ang Cit Kong.
Segera disampaikan perihal dipilihnya Hoa San sebagai tempat mereka berkumpul dan Ang Cit Kong menerima keputusan tersebut dengan girang.
„Ya, kelak dibulan keempat pada musim panas kita akan bertemu lagi disana…!” kata Ang Cit Kong.
Begitulah, akhirnya mereka telah bersepakat untuk bertemu digunung Hoa San pada bulan keempat dimusim panas mendatang…!
Pertemuan di Hoa San, yang dikenal dengan nama Hoa San Lun Kiam, merupakan pertemuan kelima jago yang terdiri dari Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Auwyang Hong dan Toan Hongya.
Rencana pertemuan tersebut, yang masih menantikan waktu beberapa bulan, merupakan pertemuan yang menarik sekali, dan cepat pula tersiar luas didalam rimba persilatan, sehingga banyak sekali menarik parhatiaa jago2 rimba persilatan.
Diantara para pendekar2 rimba persilatan lainnya yang memiliki kepandaian tinggi, telah bermaksud hendak ikut dalam pertemuan di Hoa San itu.
Memang mereka telah mendengar perihal kehebatan kepandaian kelima jago luar biasa seperti Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong, Oey Yok Su, Auwyang Hong dan Toan Hongya, namun mereka betum pernah bertemu sendiri dan mengadu ilmu. Itulah sebabnya mereka masih memiliki keberanian dan keinginan untuk mengadu ilmu dengan kelima jago sakti tersebut.
Mengenai rencana akan diadakannya pertemuan antara kelima jago luar biasa di Hoa San benar2 merupakan berita yang menggemparkan ritritu persilatan. Dan jago-jago lainnya yang mendengar hal itu telah melatih diri dengan giat, mempersiapkan diri untuk ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
HOA SAN merupakan gunung yang tinggi, puncaknya diselubungi salju, tetapi menjelang musim panas, salju telah mencair dan juga telah dipenuhi oleh pohon2 bunga yang indah. Berlainan dengan gunung2 Thian San dan Himalaya, yang setiap tahun puncaknya selalu di selubungi oleh salju, dimana sepanjang dunia ini masih berputar, selama itu pula salju yang menutupi puncak kedua gunung itu tidak pernah mencair, dan diwaktu musim panas saljupun tak pernah berkurang tebalnya.
Sedangkan Hoa San, begitu memasuki mu sim semi, saiju telah tipis dan berkurang banyak, dan menjelang musim panas, diwaktu itu 1: h Hoa San retah bersih dari salju. Hengar, de,nikian, tepatlah Ong Tiong Yang meroilih gu uung tersebut untuk dijadikan tempat perteinuan mereka.
Sebulan lagi akan tiba pertecnuan di Hoa San yang akan mempertemukan kelima jago luar biasa tersebut, tetapi gunung Hoa San di bulan tiga tersebut telah dibanjiri olah kedatangan jago2 dari berbagai kalangan dan pintu perguruan. Mereka terdiri berbagai macam manusia dan bermacam pula cara ber-akaian mau pun adat tabiat mereka.
Semuanya telah berkumpul di Hoa San wa laupun inasib cukup lama untuk tibanya pertemuan antara Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Auwyang Hong, Ang Cit Kong dan Toan Hong ya tetapi telah ratusan jago yang berkumpul dipuncak Hoa San. Masing2 telah memilih tempat untuk mrereka mendirikan per-kemahan.
Tetapi, karena telah berkumpul jago2 dari berbagai aliran dalam jumlah yang begitu banyak dan dalam waktu berkumpul yang cukup lama, maka selama itu sering terjadi bentrokan2 diantara mereka.
Ong Tiong Yang dan keempat jago lainnya juga tidak menyangka bahwa rencana pertemuan mereka akan tersiar beritu luas didalam rimba persilatan, dan juga bisa mengundang begitu banyak orang2 yang berniat untuk ikut dalam perundingan tersebut. Rencana mereka semula hanya berunding berlima dengan beberapa jago2 tersebut lainnya, tetapi siapa tahu peminatnya begitu banyak.
Keributan2 yang sering terjadi diwaktu ber-kumpulnya para jago tersebut dipuncak Hoa San sering menimbulkan kekalutan dan juga tidak jarang sampai jatuh korban.
Waktu yang ditentukan dimana kelima jago luar biasa itu akan berkumpul dan mengadakan pertemuan, telah hampir tiba.
Itulah pertemuan yang tidak dipersiapkan dengan segala macam keperluan-keperluan seperti meja atau kursi, karena memang jago2 luar biasa itu hanya akan mengadakan pertemuan yang sederhana.
Namun dengan membanjirnya jago2 dari berbagai kalangan, telah membuat disitu terdapat banyak sekali peralatan yang bisa dipergunakan, karena banyak yang membawa kursi sendiri, atau yang tidak membawa telah menebang pohon dan telah membuatnya sendiri.
Waktu yaog mereka miliki memang cukup panjang.
Udara dimusim panas cukup menyenangkan hangat dan terlebih lagi tempatnya indah, penuh dengan pohon2 beraneka warna.
Dan waktu yang telah ditentukan dimana Ong Tiong Yang, Auwyang Hong, Oey Yok Su, Toan Hongya dan Ang Cit Kong akan bertemu telah tiba.
Kelima jago2 muda yang memiiiki kepandaian luar biasa itu benar-benar terkejut waktu melihat di Hoa San tetah berkumpul demikian ba nyak jago-jago dari berbagai aliran.
Mereka tak menyangka, bahwa pertemuan ini yang mereka selenggarakan bisa menarik perhatian begitu, banyak dari orang2 rimba persilatan.
Tecapi disebabkan para jago-jago dari ber bagai kalangan itu telah berkumpul disitu, deugan sendirinya mereka juga tidak bisa menampik kehadiran mereka, untuk ikut ambil bagian dalam pertemuan dan perundingan ilmu silat.
Tetapi di sebabkan Ong Tiong Yang berlima memang memiliki kepandaian tinggi, maka mereka yang menjadi pemimpin dalam pertemuau itu. Dsamping itu, mereka berlima pula yang akan bertindak sebagai pengawas dari pertandingan yang akan berlangsung, untuk menilai siapa diantara para jago-jago berbagai kalangan itu yang berhak untuk ikut dalam perundingan ilmu silat yang mereka selenggarakan ini.
Begitulah, seorang demi seorang telah maju kegelanggang pertempuran, mereka telah bertanding. Kalah dan menang beruntun silih berganti.
Setiap ada seorang jago yang telah rubuh, digantikan oleh jago laionya.
Samakin lama, yang maju kegelanggang sewakin, tinggi kepandaian-nya.
Dan pertempuran yang terjadi juga semakin hebat pula, dimana mereka selalu mempergunakan dua cara. Yaitu cara pertama denganmempergunakan ilmu kepalan tangan kosong.
Jika memang pertempuran mempergunakan tangan kosong itu telah selasai, baru dilanjutkan dengan mempergunakan senjata tajam.
Banyak juga., korban yang telah berjatuhan, tetapi selama itu belum ada seorang Jagoan pun yang memikir kepandaian benar2 tinggi atau berhak untuk ikut dalam golongan kelima jago luar biasa tersebut.
Tidak lama setelah berakhirnya pertempuran para kaum muda, ditengah gelanggang telah maju jago2 golongan tua, kepandaian mereka memang jauh lebih tinggi dari golongan muda.
Dan pertempuran yang berlangsung juga semakin bebat saja. Tidak jarang, ada jago yang telah terluka parah dan hampir menemui kematian, korban dari pertandingan itu.
Menjelang sore hari, pertempuran antara jago-jago itu telah semakin sedikit jumlahnya, dan yang belum bertanding tinggal belasan orang saja. Ong Tiang Yang menganjurkan agar mereka beristirahat dulu malam ini, besok pagi baru melanjutkan pula pertandingan tersebut.
Begitulah, malam itu, mereka mengadakan pesta minum2 dipuncak Hoa San sambil mempcrbincangkan ilmu silat. Jago2 yang telah kalah dalam bertanding, juga tidak meninggalkan puncak Hoa San. Se-tidak2-nya mereka hendak ikut menyaksikan jalannya pertempuran jago2 lainnya yang memiliki kepandaian lebih tinggi dari mereka. Dan yang lebih penting lagi adalah untuk ikut menyaksikan pertandingan antara lima jago luar biasa itu.
Keesokan paginya, pertandingan itu telah dilanjutkan.
Belasan jago tua yang kemarin belum kebagian kesempatan untuk bertanding sekarang memperoleh waktu yang cukup untuk mengadu kepandaian.
Pertandingan itu diawali dengan majunya seorang lelaki tua, yang mengaku barnama Ta Lang Su bergelar Si Rase Emas. Ia bersenjata sebatang pedang panjang. Dan lawan bertandingnya seorang yang bernama Kiu Cie Pa yang bersenjata sebatang tombak.
Pertempuran Kedua orang ini cukup seru dan menurut penilaian dari Ong Tiong Yang berlima memang pantas untuk ditonton.
Tiga puluh jurus mereka lewati berimbang tetapi setelah itu tampak Kiu Cie Pa yang telah terdesak bebat, dan disaat suatu kali ia lengah, lengannya telah berhasil dilukai oleh mata pedang lawannya.
Kiu Cie Pa dinyatakan sebagai pecundang dan kemudian Ta Lang Su kembali bertanding dengan seorang jago tua lainnya yang bersenjata sebatang golok dan bernama Su Wang Tauw. la seorang akhli ilmu golok yang mahir sekali dimana goloknya telah diputar ber-kelebat2 rapat sekali, melancarkan bacokan2 yang ketat bukan main kepada Ta Lang Su.
Tetapi Ta Lang Su juga tidak, kalah gesit-nya dan pedangnya me nyambar2 dengan hebat sekali ia menerjang maju dengan, tikaman dan tabasan pedangnya, bagaikan seekor Rase yang menubruk mangsanya.
Pertandingan itu memang cukup hebat dan meagagumkan. Banyak jago-jago yang kemarin telah jadi pecundang, duduk menyaksikan dengan mulut terbuka kagum.
Mereka melihat, baik ilmu pedang atau ilmu golok dari kedua orang yang tengah mengadu ilmu tersebut, maupun tenaga dalam mereka merupakan ilmu yang sangat tinggi dan memiliki jurus-jurus yang luar biasa.
Angin dari kedua senjata yang ber-kelebat2 saling sambar menyambar tersebut, tampaknya begitu menyilaukan mata dan berkesiuran sangat keras sekali. Kedua orang yang tengah bertempur itu pun telah ber-kelebat2 kesana-kemari dengan gesit dalam bentuk bayangan belaka.
Ong Tiong Yang melihat, bahwa kepandaian Ta Lang Su sesungguhnya berada diatas Su Wang Tauw, tetapi ia kalah ginkang, sehingga mereka jadi berimbang.
Sebagai seorang jago yang telah memiliki kepandaian tinggi sekali, deagan menyaksikan jalannya pertempuran tersebut Ong Tiong Yang segera dapat menerkanya bahwa Su Wang Tauw akan muncul sebagai pemenang.
Begitu juga halnya dengan Oey Yok Su. Ang Cit Kong, Toan Hongya maupun Auwysng Hong memiliki perasaan yang sama, yaitu telah dapat menerka bahwa Su Wang Tauw akan muncul sebagai pemenang.
Dan dugaan kelima jago luar biasa itu memang tepat sekali.
Waktu Ta Lang Su tengah memutar pedangnya dengan cepat sekali seperti titiran, maka diwaktu itulah Su Wang Tauw telah mengeluarkan suara bentakan, tahu2 goloknya telah bergerak membacok dari atas menuju kebawah, seperti hendak menerobos lingkaran pedang lawannya.
Ta Lang Su tidak jeri, ia terus juga memutar pedangnya sambil memusatkan tenaga dalam pada telapak tangannya yang disalurkan pada pedangnya.
Benturan yang terjadi antara golok dan pedang itu sangat kuat sekali.
Dengan demikian pedang Ta Lang Su jadi terhalang tak bisa diputar terus.
Mempergunakan kesempatan itu, waktu golok dan pedang saling bentur tampak Su Wang Tauw telah menggerakkan tangan kirinya mem pergunakan telapak tangannya, ia menghantam.
Apa yang di lakukan oleh Su Wang Tauw memang tidak pernah diduga oleh Ta Lang Su. Terlebih lagi Su Wang Tauw telah menghantam, dengan telapak tangan kirinya itu kuat sekali.
„Bukk…..!” telapak tangan itu menghantam dada Ta Lang Su dengan jitu sekali.
Tubuh Ta Lang Su seketika terpental keras sekali ketengah udara, waktu ia ambruk diatas tanah, seketika ia memuntahkan darah segar tiga kali beruntun, mukanya pucat pias dan tubuhnya lemah, karena tenaga dalamnya telah tergempur hebat, ia juga merintih perlahan menahan sakit yang bukan main, sambil memegangi dadanya yang tadi terpukul.
Su Wang Tauv telah dinysakan sebagai pemenang untuk pertandingan kali itu.
Beruntun dia telah merubuhkan jago tua lainnya, tetapi ketika bertanding untuk ketiga kalinya, ia telab kena dirubuhkan lawannya yang bernama Sin Liang Ko.
Dan Sin Liong Ko telah memenangkan dua pertempuran, kemudian rubub juga.
Begitulah, akhirnya pemenang tunggal yang tinggal seorang diri dari pertempuran para orang gagah tersebut bernama Bian Liang Sun, seorang tua yang memlihara jenggot dan kumis yang panjang.
la bersenjata sebuah kipas. Dan dia!ah yang berhak untuk berhadapan dengan kelima jago luar biasa, karena ia memiliki kedudukan yang telah sama dengan kelima jago luar biasa itu.
Ong Tiong Yang telah menoleh kepada ke-empat sahabatnya sambil tanyanya: „Siapakah diantara saudara? yang hendak main2 dengan saudara Bian Liang Sun ?”
Oey Yok Su melompat berdiri.
„Biarlah aku main2 beberapa jerus dengan saudara Bian itu ……….!” katanya.
Tetapi waktu itu telah terdengar suara tertawa dari Ang Cit Kong.
„Saudara Oey, biar aku sipengemis yang main2 dengan saudara Bian!” kata raja pengemis itu.
Oey Yok Su menoleh kepada Ang Cit Kong kemudian mengangguk.
„Baikiah . . . tetapi engkau jangan terlalu menghamburkan tenagamu, karena sebentar lagi kita akan mengadu kepandaian akan memerlukan tenaga yang banyak. Jika engkau menghabiskan tenagamu, sekarang, kukira saudara Ang, engkau akan menyesal tentunya,” dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su kembali ketempat duduknya.
Ang Cit Kong tidak melayani sindiran Oey Yok Su, ia melompat kehadapan Bian Liang Sun sambil tertawa dan menggerakkan tongkat bambunya.
„Saudara Bian, aku sipengemis miskin ingin minta beberapa gebukan dari kau…. !” kata Ang Cit Kong, kemudian mengibaskan tongkat kebesaran Kaypang.
Bian Liang Sun tertawa sambil merangkapkan kedua tangannya memberi hormat.
„Ang Pangcu, inilah suatu kehormatan buat aku siorang she Bian yang memiliki kesempatan untuk main2 dan minta beberapa jurus petunjuk dari Ang Pangcu .., jika memang tokh kelak aku menutup mata, aku bisa meram dengan hati yang tenang!”
„Saudara Bian terlalu merendah, justeru aku sipengcmis miskin yang hendak minta beberapa gebukan dari kau!” kata Ang Cit Kong tertawa keras. „Nah., silahkan mulai menggebuk aku menanti!”
Bian Liang Sun tidak terlaku sungkan.
Orang she Bian ini menyadari bahwa lawan nya yang sekarang ini bukan lawan yang sembarangan.
Ang Cit Kong merupakan salah seorang dari kelima jago luar biasa itu, dan memiliki nama sangat terkenal sekali dalam rimba persilatan.
Disamping itu Ang Cit Kong juga sebagai Pangcu dari Kay pang, yang memiliki nama di segani oleh orang2 rimba persilatan.
Dengan demikian, Bian Liang Sun telah mempersiapkan seluruh kekuatan lwekangnya, untuk menghadapi Ang Pangcu ini.
„Maafkan Ang Pangcu, aku akan terus membuka serangan!” kata Bian Liang Sun.
„Silahkan…!” Ang Cit Kong mengebutkan tongkat bambunya.
Bian Liang Sun sudah tidak berlaku sungkan lagi, dengan cepat dia telah mulai menverang.
Hebat cara menyerangnya itu. dia mempergunakan kipasnya yang sebentar dibuka dan sebentar ditutup. Jika kipasnya itu dibuka, dia menyerang dengan cara mengebut, maka kipas itu seperti lempengan besi.
Tetapi jika kipas itu ditutupnya. maka kipas itu bisa dipergunakan untuk menotok jalan darah Lawan.
Ang Cit Kong ter-tawa sambil melompat kesana-kemari. Gerakannya gesit sekali. Dan ia pun telah berseru kaget beberapa kali, pura2 hampir terkena serangan, dan Ia mengelakkannya. Dengan caranya itu Ang Cit Kong seeperti juga hendak mempermainkan lawannya.
Tapi dalam beberapa jurus, Bian Liang Sun segera menyadari bahwa kepandaiaanya itu tidak betarti banyak buat Ang Cit Kong. Karena sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian tinggi, dia segera mengetahui bahwa kepandaian Ang Cit Kong memang benar2 sangat tinggi sekali. Jika memang Ang Cit Kong bermaksud sungguh2 untuk merubuhkannya, hanya dalam satu dua jurus saja Bian Liang Sun telah bisa dirubuhkannya.
Setelah menyerang empat kali lagi dan Ang Cit Kong dapat mengelakkannya degan mudah, diwaktu itulah Ban Liang Sun telah menggerakkan kipasnya, yang ditimpukkan kearah dada siraja pengemis tersebut.
Ang Cit Kong tidak manjadi kaget.
Waktu kipas lawannya itu menyambar dia telah mempergunakan jari telunjuknya untuk menyentil.
„Cukkk…!” kipas itu telah tersentil mental dan jatuhdiatas tanah.
Tetapi Ang Cit Kong tidak bertindak sampai disitu saja, dengan mempergunakan salah satu jurus dari ilmu andalannya, yaitu Hang Liong Sip Pat Ciang, tampak ia telah menggerak kan tangan kanannya, ia melemparkan tongkatnya ketengah udara, dan menghantam dengan telapak tangannya.
Untung saja raja pengemis ini hanya mempergunakan tiga bagian dari tenaga dalamnya. Bian Liang Sun hanya terpental namun tidak terluka didalam.
Waktu tongkat bambu Ang Cit Kong meluncur turun dari tengah udara, Ang Cit Kong telah menyambuti mencekal lagi sambil tertawa.
„Bian Taihiap memang memiliki kepandaian yang membuat orang menjadi kagum buka main…!” kata Ang Cit Kong kemudian.
Bias Liang Sun dengan muka yang berobah merah, telah menjura memberi hormat.
„Aku siorang she Bian, walaupun melatih diri tiga puluh tahun lagi, tidak mungkin bisa menandingi Ang Pangcu. Sungguh membuat aku puas bisa merasakan hebatnya kepandaian Ang Pangcu……..!”
Ang Cit Kong mengeluarkan kata2 merendah untuk menghibur orang she Bian itu.
Sedangkan Auwyang Hong tidak sabar telah berteriak: „Sekarang tiba giliran kita untuk mengadu kepandaian……. guna menentukan siapakah yang berhak untuk memperoleh kitab Kiu Im Cin Keng…….!”
Ong Tiong Yang mengangguk.
„Baiklah, kita menunda dulu perundingan ilmu silat diantara kita berlima ini.., besok pagi barulah kita memulainya, sekarang semuanya beristirahatlah dulu. Bagi yang ingin menyaksikan pertandingan diantara kami, silahkan menjadi penonton tetapi se-kali2 jangan menimbulkan keributan. Dan bagi yang tidak mau menonton keramaian, silahkan meninggalkaa puncak Hoa San ini………!”
Orang2 rimba persilatan yang berkumpul di tempat itu mana mau pergi meninggalkan puncak Hoa San.
Mereka sebagai orang rimba persilatan yang sejak, kecil telah gemar akan ilmu silat, yang mereka anggap sebagai darah daging mereka sendiri, dengan demikian,. sekarang akan adanya pertunjukan yang sangat menarik dari pertandingan jago2 luar biasa itu, mana mau mereka berlalu ?
Malam itu mereka telah berkumpul untuk mengasoh, selama itu mereka juga telah menerka-nerka, entah siapa diantara kelima jago itu yang akan memperoleh kemenangan dalam pertandingan diesok hari…… dan kelima jago luar biasa itu sendiri telah beratirahat, untuk mengumpulkan tenaga, guna besok bertanding dengan tenaga penuh.
MALAM ITU Ang Cit Kong tidak bisa tidur, ia memang jenaka, maka ia telah berjalan-jalan untuk menghirup udara segar dimalam hari, sambil sekali2 menggoda Auwyang Hong, yang tampaknya memang sudah tidak sabar lagi menantikan tibanya waktu pertandingan diesok pagi.
„Saudara Auwyang, mungkin engkau yang akan muncul scbagai jago nomor satu !” Goda Ang Cit Kong pada tengah malam, waktu Ia melihat Auwyang Hong duduk bersamadhi untuk mengumpulkan tenaga dalamnya.
Auwyang Hong telah membuka matanya, ia melirik kepada raja pengemis tersebut.
„Saudara Ang, engkau mungkin ingin maksudkan dirimu yang akan memperoleh kemenangan dan memperoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itul”
Mendengar perkataan Auwyang Hong, Ang Cit Kong tertawa bergelak-gelak.
„Engkau berkata dengan sebaik itu, tetapi aku tahu, hatimu sendiri tidak sebaik itu saudara Auwyang …… engkau mengharapkan aku sipengemis miskin ini besok menjadi lumpnh dan kalah dengan lenyap seluruh kepandaianku, menjadi cacad. Bukankah begitu?”
Auwyang Hong tidak melayani parkataan Ang Cit Kong, ia memejamkan matanya lagi untuk meneruskan semadhinya.
Toan Hongya yang waktu itu tengah duduk dibawah sebatang pohon, telah berkata:
„Ang Pangcu ……. tampaknya kau selalu girang saja, apakah engkau sudah yakin besok akan jadi pemenangnya?” tanya Toan Hongya.
Ang Cit Kong mengetahui bahwa Toan Hongya seorang yang berhati bersih dan jujur, disamping itu Ang Cit Kong memiliki sifat jeaaka, tokh ia tidak berani kurang ajar pada raja Talli yang memiiiki wibawa tersebut, maka ia menyahuti sambil tersenyum lebar: „Toan Hoagya….. kepandaianku sipengemis miskin masih terlalu dangkal sekali, mana bisa memenangkan kepandaian Toan Hongya!”
Toan Hongya tertawa lebar.
„Bagiku, sesuagguhnya menang atau kalah dari pertemuan ini. Aku telah cukup berkumpul dengan kalian guna merundingkan ilmu silat. Itu saja telah lebih dari cukup. Soal menang atau kalah, itu bagaimana besok saja. Jika memang aku besok bisa memperoleh kemenangan, itu namanya memang rejekiku yang bagus. Tetapi memang kalau aku kalah, tentu aku akan menerima kenyataan itu dengan hati yang puas dan akan mempelajari ilwu silatku lebih, tekun lagi dikelak kemudian hari bukankah begitu, Ang Pangcu?”
Ang Cit Kong mengangguk.
„Benar ! Jika memang akupun ternyata kalah, aku akan mencurahkan perhatianku benar-benar memimpin Kaypang, dan akan puas dengan itu ….!”
„Itulah maksud yang baik. Maka jika kelak kita sebagai pecundang, tidak ada ganjalan dihati kita masing?!” kata Toan Hongya.
Disaat itu, tampak Ong Tiong Yang telah merangkapkan kedua tangannya, „Sungguh percakapan yang menggembirakan Pinto ingin ikut ber-cakap2 bolehkah ikut nimbrung ?”
„Oh, siiahkan…. silahkan….Cinjin merupakan jago yang memiliki kepandaian dari aliran lurus, kau juga memiliki jiwa yang suci kami telah mengatahui, mungkin diantara kita ber-lima.
Cinjinlah yang memiliki kepandaain yang paling tinggi !” kata Toan Hongya.
Tetapi Ang Cit Kong telah berkata : „Untuk berhadapan dengan Ong Cinjin, aku belum tentu mau menyerah, tongkat pemukul anjing ku ini tentu tidak begitu mudah saja dipatahkan! Tetapi, terus terang, untuk berhadapan dengan Toan Hongya, aku memiliki perasaan kurang enak dihati….!” dan setelah begitu, Ang Cit Kong tertawa ber-gelak2
Ong Tiong Yang tidak marah.
„Ang Pangcu …… sesungguhnya pertemuan yang kita adakan ini merupakan pertemuan merundingkan ilmu silat. Jika tokh kelak kita sebagai pecundang, tetapi kita tidak boleh ambil di hati karenanya, sebab kita bertujuan untuk tetap bersababat, walaupun nanti ternyata ditentukan siapa sebagai pemenangnya. Ini hanya untuk mengetahui, berapa tinggi ilmu silat yang telah kita pelajari !”
„Bagus…..!” memuji Toan Hongya.
„Dan memang akupun berpikir begitu, Ong Cinjin…….!”
„Namun kukira, orang she Auwyarg don Oey Yok Su, simanusia berhati-dingin dengan pulaunya yang jelek itu, tengah melamun, untuk memperoleh kemenangan, guna bisa memiliki kitab Kiu Im Cin Keng !”kata Ang Cit Kong.
Oey Yok Su yang waktu itu tengah rebah di•rumput dan memainkan meng-usap2 seruling nya, waktu mendengar namamanya di sebut2, telah bangun duduk, kemudian dia bangkit dan menghampiri Toan Hongya, Ang Cit Kong don Ong Tiong Yang. Sebetulnya, ia ingin beristirahat pada malam itu, untuk mengumpulkan semangat, guna menghadapi pertandingan diesok hari.
Namun sama halnya seperti yang lain nya maka Oey Yok Su juga tak bisa tidur nyenyak.
„Pengemis Ang, engkau jangan membuka mulut seenakmu saja !” kata Oey Yok Su kemudian, sambil memperdengarkan suara tertawa dingin.
„Hemm, engkau menunjuk bahwa aku dan saudara Auwyang serakah ingin memiliki kitab Kiu lm Cin Keng, engkau berbuat se-olah2 engkau secrang suci yang tak gemar barang baik. !”
„Hemmm…., kukira malah dihatimulah yang penuh dengan keinginan, yang mati2-an hendak mempecoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu!”
Ang Cit Kong tertawa keras.
„Aha, aku tidak menyangka Oey Tocu akan semarah itu! dengan cepat tersinggung……..tidak baik…..! Nanti tenaga dalammu akan terganggu dan merugikan dirimu sendiri…. bukankah besok kita akan mengadakan perundingan ilmu silat, dan jika tenaga dalammu terganggu, bukankah engkau sendiri yang akan menderita rugi …. ?” dan setelah berkata begitu, Ang Cit Kong tertawa lagi.
Ong Tiong Yang me-ngulap2 kan tangannya.
„Sudahlah, jangan kita meributkan soal kitab itu. Bukankah kita bermaksud untuk melihat berapa tinggi kepandaian yang telah kita pelajari, bukan untuk ribut?” kata imam itu.”
Tetapi Oey Yok Su telah melangkah mendekati Ang Cit Kong, katanya. „Saudara Ang, lebih baik kita main2 beberapa jurus untuk menghangatkan tubuh kita dari serangan hawa udara malam yang dingin ini”
Ang Cit Kong tertawa keras.
„Boleh …… ! boleh ……. !” don ia mengibaskan tongkat bambunya.
„Mari … memang aku tengah kedinginan”
Oey Yok Su melangkah lebih dekat, ia ber siap-siap hendak mepyerang.
Ang Cit Kong juga berdiri dengan siap siaga, tampaknya memang pengemis jenaka ini tertarik sekali hendak bertempur beberapa jurus dengan Oey Yok Su.
„Oh, hentikan… mengapa kalian tidak bisa bersabar untuk menanti tibanya besok? Bukankah besok engkau bisa main2 sepuas hati, bertempur sampai sepuas hati ? Ayo hentikan !” kata Toan Hongya.
„Ya, pinto harap kalian jangan menimbul kan keributan,” kata pendeta itu.
Sedangkan Auwyang Hong yang semula masih duduk bersamedhi, katika melihet Oey Yok Su ribut mulut dengan Ang Cit Kong dan mereka hendak saling tempur, jadi tertawa keras
Ia bangkit dengan gerakan yang gesit dan berkata nyaring :„Bagus ! Ini baru menarik ! Memang dimalam sedingin ini alangkah baiknya main2 beberapa jurus ! Ayo Oey Tocu, kau tentu bisa menampar puluhan kali mulut sipengemis kurang ajar itu ! Dan kau orang she Ang, engkaupun tentunya bukan pengemis pengecut, yang bisanya meng-gerak2 kan mulutmu dan tongkatmu itu saja.,….!”
Dengan dibakar seperti itu oleh Auwyang Hong, Oey Yok Su dan Ang Cit Kong jadi semakin panas, dan mereka terlah ber-siap2 hendak bertempur.
Tetapi diwaktu itulah, Ong Tiong-Yang telah menyelak diantara mereka.
„Tunggu dulu…..! kata Ong Tiong Yang. Pinto hendak bicara, kalian dengarlah……!”
Ang Cit Kong telah mengebutkan tongkat bambunya ketengah udara, dan berkata: „Silah kan Ong Cinjin berkata…..!”
Oey Yok Su berdiam diri saja. la mengawasi imam yang memiliki kepandaian tinggi tersebut.
„Dengarlah….., kita besok akan mengadakan pertndingan ilmu silat, maka pinto mengharap kalian tidak menimbulkan keributan malam ini.
„Ong Cinjin…… kau memang berhati baik, tetapi kebaikan hatimu itu mungkin tidak bisa diterima oleh seorang she 0ey yang berhati dengki itu….!” kata Ang Cit Kong sambil tertawa.
„Lebih baik kau mundur saja Ong Cinjin biarlah kami mengadu tangan beberapa jurus!”
Tetapi Ong Tiong Yang telah menggeleng kan kepalanya.
„Tidak….. maksud pertemuan ini untuk menggalang persahabatan diantara kita, bukan untuk menjadi musuh. . . walaupun nanti kita selesai dengan pertemuan ini, kalian tetap harus bersahabat. Dimana persahabatan tidak boleh dirusak hanya disebabkan adanya pertandingan ini!”
Oey Yok Su tertawa dingin.
,,Ong Cinjin, rupanya pengemis she Ang itu sudah tidak sabar hendak memperlihatkan bahwa ia memiliki kepandain yang tinggi, maka biarlah aku yang coba2 menghadapinya, untuk mengetahui apakah memang benar2 ia memiliki kepandaian yang tinggi! Kukira, apa yang selama ini tersiar bahwa Pangcu Kaypang memiliki kepandaian yang luar, biasa, itu hanya perkataan yang terlalu ditebih-lebihkan……!”
„Tepat…. !” Auwyang Hong dengan suara nyaring membakar.
Auwyang Hong memang mengharapkan Oey Yok Su bertempur dengan Ang Cit Kong. Dengan demikian ia bisa menarik keuntungan buat dirinya. Karena jika saja Oey Yok Su bertempur dengan Ang Cit Kong, tenaga dalam mereka akan berkurang banyak, berarti besok mereka sudah tidak memiliki tenaga sepenuhnya. Itulah sebabnya mati2-an Auwyang Hong berusaha membakar kedua orang tersebut. „Memang apa yang dikatakan oleh Oey Tocu tepat! Nah saudara Ang, apa engkau berani menerima tantangan dari Oey Tocu?
Menurut Oey Tocu bahwa kau hanya memiliki nama kosong belaka, dan menurut penglihatanku, memang begitu keadaan yang sebenarnya.
Muka Ang Cit Kong tidak berobah mendengar hasutan Auwyang Hong, bahkan ia telah tertawa keras sekali. Katanya: „Orang she Auwyang, mulutmu terlalu berbisa sekali! Jika memang engkau juga beranggapan bahwa aku bernama kosong belaka, nah, engkau saja yang maju kemari, biar nanti aku gebuk pantatmu sepuluh kali dengan tongkatku ini…!” dan Ang Cict Kong kemudian tertawa keras sekali, untuk melampiaskan kemendongkolan hatinya.
Auwyang Hong telah tartawa dingin.
„Mengapa kau tidak segera menerima tantangan Oey Tocu? Hemm…. mengaku saja bahwa engkau memang, jeri untuk bertanding dengan Oey Tocu…..!”
Ang Cit Kong rupanya sudah tidak bivsa menahan sabar, ia menjejakkan kakinya. Tubuhnya mencelat kearah Auwyang Hong, tongkat bambunya telah digerakkan untuk menghantam orang she Auwyang tersebut.
Tetapi baru saja tongkat bambu itu digerakkan, disaat itulah Ong Tiong Yang telah bergerak, Tojin liehay ini telah menggerakkan tangan kanannya, mencekal tongkat Ang Cit Kong.
76-77
„Saudara Ang, jika memang engkau mau memberi sedikit muka kepadaku, maka engkau harus menuruti perkataanku, janganlah menimbulkan keributan……!” kata Ong Tiong Yang sambil mengawasi tajam sekali kepada Ang Cit Kong.
Raja pengemis itu membalas tatapan tojin tersebut, kemudian ia menghela napas : „Sayang ada Ong Totiang yang kuhormati jika memang tidak, hemm…, hemm…. !” menggerendeng pengemis tersebut.
„Hemm…, hemm….. apa ?” tanya Auwyang Hong dengan suara dingin mengejek.
„Akan kuhajar pantatmu seratus kali dengan tongkatku ini….!” menyahuti Ang Cit Kong sengit.
Auwyang Hong tertawa ber-gelak2 dengan suara yang nyaring sekali. „Kukira itu hanya mimpi diotakmu saja…. mana mungkin…. mana mungkin…… menerima tantangan Oey Tocu saja engkau tidak berani.”
Ang Cit Kong tidak melayani ejekan Auw yang Hong, ia telah mementang kakinya meninggalkan tempat tersebut.
Begitulah …….. keributan dimalam itu bisa di atasi oleh Ong Tiong Yang.
Dan waktu yang telah ditentukan, dimana kelima jago luar biasa itu akan mengadu kepandaian, akhirnya pun tibalah.
Jago2 yang banyak…….berkumpul dipuncak Hoa San tersebut sejak matahari fajar belum muncul memperlihatkan diri, mereka tengah mengelilingi arena tempat dimana kelima orang tokob sakti itu akan mengadu kepandaian.
Memang cara kelima jago luar biasa tersebut mengadu kepandaian sangat luar biasa, mereka masing2 memiliki ilmu yang aneh.
Begitulah, selama tujuh hari tujuh malam mereka telah mengadakan pertandingan, yang berlangsung terus tanpa beristirahat. Begitu juga malam hari, mereka meneruskan pertandingan itu. Selama tujuh hari tujuh malam, meceka tidak beristirahat atau tidur.
Pertempuran kelima jago luar biasa itu merupakan suatu pertempuran untuk menentukan, siapakah diantara mereka berlima yang akan muncul sebagai jago yang terkosen. Jadi bukan merupakan pertempuran untuk saling membinasakan.
Tetapi dihari ketujuh, akhirnya telah tampak bahwa lwekang Ong Tiong Yang masih menang setingkat dibandingkan dengan keempat jago lainnya.
Malah akhirnya, Ong Tiong Yang telah diakui oleh Oey Yok Su, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Toan Hongya sebagai jago terkosen, merupakan jago nomor satu, melebihi dari mereka.
Sampai disinilsh kisah „Hoa San Lun Kiam dan jika memang para pembaca ingin mengikuti jalan pertempuran dari kelima jago luar biasa itu, yaitu Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Toan Hong ya selengkapnya, maka sebagai lanjutan kisah ini anda bisa membacanya dalam kisah „Lima Jagoan Luar Biasa” Bab II (Sia Tiauw Gwa Toan) .
„Saudara Auwyang, mungkin engkau yang akan muncul scbagai jago nomor satu !” Goda Ang Cit Kong pada tengah malam, waktu Ia melihat Auwyang Hong duduk bersamadhi untuk mengumpulkan tenaga dalamnya.
Auwyang Hong telah membuka matanya, ia melirik kepada raja pengemis tersebut.
„Saudara Ang, engkau mungkin ingin maksudkan dirimu yang akan memperoleh kemenangan dan memperoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itul”
Mendengar perkataan Auwyang Hong, Ang Cit Kong tertawa bergelak-gelak.
„Engkau berkata dengan sebaik itu, tetapi aku tahu, hatimu sendiri tidak sebaik itu saudara Auwyang …… engkau mengharapkan aku sipengemis miskin ini besok menjadi lumpnh dan kalah dengan lenyap seluruh kepandaianku, menjadi cacad. Bukankah begitu?”
Auwyang Hong tidak melayani parkataan Ang Cit Kong, ia memejamkan matanya lagi untuk meneruskan semadhinya.
Toan Hongya yang waktu itu tengah duduk dibawah sebatang pohon, telah berkata:
„Ang Pangcu ……. tampaknya kau selalu girang saja, apakah engkau sudah yakin besok akan jadi pemenangnya?” tanya Toan Hongya.
Ang Cit Kong mengetahui bahwa Toan Hongya seorang yang berhati bersih dan jujur, disamping itu Ang Cit Kong memiliki sifat jeaaka, tokh ia tidak berani kurang ajar pada raja Talli yang memiiiki wibawa tersebut, maka ia menyahuti sambil tersenyum lebar: „Toan Hoagya….. kepandaianku sipengemis miskin masih terlalu dangkal sekali, mana bisa memenangkan kepandaian Toan Hongya!”
Toan Hongya tertawa lebar.
„Bagiku, sesuagguhnya menang atau kalah dari pertemuan ini. Aku telah cukup berkumpul dengan kalian guna merundingkan ilmu silat. Itu saja telah lebih dari cukup. Soal menang atau kalah, itu bagaimana besok saja. Jika memang aku besok bisa memperoleh kemenangan, itu namanya memang rejekiku yang bagus. Tetapi memang kalau aku kalah, tentu aku akan menerima kenyataan itu dengan hati yang puas dan akan mempelajari ilwu silatku lebih, tekun lagi dikelak kemudian hari bukankah begitu, Ang Pangcu?”
Ang Cit Kong mengangguk.
„Benar ! Jika memang akupun ternyata kalah, aku akan mencurahkan perhatianku benar-benar memimpin Kaypang, dan akan puas dengan itu ….!”
„Itulah maksud yang baik. Maka jika kelak kita sebagai pecundang, tidak ada ganjalan dihati kita masing?!” kata Toan Hongya.
Disaat itu, tampak Ong Tiong Yang telah merangkapkan kedua tangannya, „Sungguh percakapan yang menggembirakan Pinto ingin ikut ber-cakap2 bolehkah ikut nimbrung ?”
„Oh, siiahkan…. silahkan….Cinjin merupakan jago yang memiliki kepandaian dari aliran lurus, kau juga memiliki jiwa yang suci kami telah mengatahui, mungkin diantara kita ber-lima.
Cinjinlah yang memiliki kepandaain yang paling tinggi !” kata Toan Hongya.
Tetapi Ang Cit Kong telah berkata : „Untuk berhadapan dengan Ong Cinjin, aku belum tentu mau menyerah, tongkat pemukul anjing ku ini tentu tidak begitu mudah saja dipatahkan! Tetapi, terus terang, untuk berhadapan dengan Toan Hongya, aku memiliki perasaan kurang enak dihati….!” dan setelah begitu, Ang Cit Kong tertawa ber-gelak2
Ong Tiong Yang tidak marah.
„Ang Pangcu …… sesungguhnya pertemuan yang kita adakan ini merupakan pertemuan merundingkan ilmu silat. Jika tokh kelak kita sebagai pecundang, tetapi kita tidak boleh ambil di hati karenanya, sebab kita bertujuan untuk tetap bersababat, walaupun nanti ternyata ditentukan siapa sebagai pemenangnya. Ini hanya untuk mengetahui, berapa tinggi ilmu silat yang telah kita pelajari !”
„Bagus…..!” memuji Toan Hongya.
„Dan memang akupun berpikir begitu, Ong Cinjin…….!”
„Namun kukira, orang she Auwyarg don Oey Yok Su, simanusia berhati-dingin dengan pulaunya yang jelek itu, tengah melamun, untuk memperoleh kemenangan, guna bisa memiliki kitab Kiu Im Cin Keng !”kata Ang Cit Kong.
Oey Yok Su yang waktu itu tengah rebah di•rumput dan memainkan meng-usap2 seruling nya, waktu mendengar namamanya di sebut2, telah bangun duduk, kemudian dia bangkit dan menghampiri Toan Hongya, Ang Cit Kong don Ong Tiong Yang. Sebetulnya, ia ingin beristirahat pada malam itu, untuk mengumpulkan semangat, guna menghadapi pertandingan diesok hari.
Namun sama halnya seperti yang lain nya maka Oey Yok Su juga tak bisa tidur nyenyak.
„Pengemis Ang, engkau jangan membuka mulut seenakmu saja !” kata Oey Yok Su kemudian, sambil memperdengarkan suara tertawa dingin.
„Hemm, engkau menunjuk bahwa aku dan saudara Auwyang serakah ingin memiliki kitab Kiu lm Cin Keng, engkau berbuat se-olah2 engkau secrang suci yang tak gemar barang baik. !”
„Hemmm…., kukira malah dihatimulah yang penuh dengan keinginan, yang mati2-an hendak mempecoleh kitab pusaka Kiu Im Cin Keng itu!”
Ang Cit Kong tertawa keras.
„Aha, aku tidak menyangka Oey Tocu akan semarah itu! dengan cepat tersinggung……..tidak baik…..! Nanti tenaga dalammu akan terganggu dan merugikan dirimu sendiri…. bukankah besok kita akan mengadakan perundingan ilmu silat, dan jika tenaga dalammu terganggu, bukankah engkau sendiri yang akan menderita rugi …. ?” dan setelah berkata begitu, Ang Cit Kong tertawa lagi.
Ong Tiong Yang me-ngulap2 kan tangannya.
„Sudahlah, jangan kita meributkan soal kitab itu. Bukankah kita bermaksud untuk melihat berapa tinggi kepandaian yang telah kita pelajari, bukan untuk ribut?” kata imam itu.”
Tetapi Oey Yok Su telah melangkah mendekati Ang Cit Kong, katanya. „Saudara Ang, lebih baik kita main2 beberapa jurus untuk menghangatkan tubuh kita dari serangan hawa udara malam yang dingin ini”
Ang Cit Kong tertawa keras.
„Boleh …… ! boleh ……. !” don ia mengibaskan tongkat bambunya.
„Mari … memang aku tengah kedinginan”
Oey Yok Su melangkah lebih dekat, ia ber siap-siap hendak mepyerang.
Ang Cit Kong juga berdiri dengan siap siaga, tampaknya memang pengemis jenaka ini tertarik sekali hendak bertempur beberapa jurus dengan Oey Yok Su.
„Oh, hentikan… mengapa kalian tidak bisa bersabar untuk menanti tibanya besok? Bukankah besok engkau bisa main2 sepuas hati, bertempur sampai sepuas hati ? Ayo hentikan !” kata Toan Hongya.
„Ya, pinto harap kalian jangan menimbul kan keributan,” kata pendeta itu.
Sedangkan Auwyang Hong yang semula masih duduk bersamedhi, katika melihet Oey Yok Su ribut mulut dengan Ang Cit Kong dan mereka hendak saling tempur, jadi tertawa keras
Ia bangkit dengan gerakan yang gesit dan berkata nyaring :„Bagus ! Ini baru menarik ! Memang dimalam sedingin ini alangkah baiknya main2 beberapa jurus ! Ayo Oey Tocu, kau tentu bisa menampar puluhan kali mulut sipengemis kurang ajar itu ! Dan kau orang she Ang, engkaupun tentunya bukan pengemis pengecut, yang bisanya meng-gerak2 kan mulutmu dan tongkatmu itu saja.,….!”
Dengan dibakar seperti itu oleh Auwyang Hong, Oey Yok Su dan Ang Cit Kong jadi semakin panas, dan mereka terlah ber-siap2 hendak bertempur.
Tetapi diwaktu itulah, Ong Tiong-Yang telah menyelak diantara mereka.
„Tunggu dulu…..! kata Ong Tiong Yang. Pinto hendak bicara, kalian dengarlah……!”
Ang Cit Kong telah mengebutkan tongkat bambunya ketengah udara, dan berkata: „Silah kan Ong Cinjin berkata…..!”
Oey Yok Su berdiam diri saja. la mengawasi imam yang memiliki kepandaian tinggi tersebut.
„Dengarlah….., kita besok akan mengadakan pertndingan ilmu silat, maka pinto mengharap kalian tidak menimbulkan keributan malam ini.
„Ong Cinjin…… kau memang berhati baik, tetapi kebaikan hatimu itu mungkin tidak bisa diterima oleh seorang she 0ey yang berhati dengki itu….!” kata Ang Cit Kong sambil tertawa.
„Lebih baik kau mundur saja Ong Cinjin biarlah kami mengadu tangan beberapa jurus!”
Tetapi Ong Tiong Yang telah menggeleng kan kepalanya.
„Tidak….. maksud pertemuan ini untuk menggalang persahabatan diantara kita, bukan untuk menjadi musuh. . . walaupun nanti kita selesai dengan pertemuan ini, kalian tetap harus bersahabat. Dimana persahabatan tidak boleh dirusak hanya disebabkan adanya pertandingan ini!”
Oey Yok Su tertawa dingin.
,,Ong Cinjin, rupanya pengemis she Ang itu sudah tidak sabar hendak memperlihatkan bahwa ia memiliki kepandain yang tinggi, maka biarlah aku yang coba2 menghadapinya, untuk mengetahui apakah memang benar2 ia memiliki kepandaian yang tinggi! Kukira, apa yang selama ini tersiar bahwa Pangcu Kaypang memiliki kepandaian yang luar, biasa, itu hanya perkataan yang terlalu ditebih-lebihkan……!”
„Tepat…. !” Auwyang Hong dengan suara nyaring membakar.
Auwyang Hong memang mengharapkan Oey Yok Su bertempur dengan Ang Cit Kong. Dengan demikian ia bisa menarik keuntungan buat dirinya. Karena jika saja Oey Yok Su bertempur dengan Ang Cit Kong, tenaga dalam mereka akan berkurang banyak, berarti besok mereka sudah tidak memiliki tenaga sepenuhnya. Itulah sebabnya mati2-an Auwyang Hong berusaha membakar kedua orang tersebut. „Memang apa yang dikatakan oleh Oey Tocu tepat! Nah saudara Ang, apa engkau berani menerima tantangan dari Oey Tocu?
Menurut Oey Tocu bahwa kau hanya memiliki nama kosong belaka, dan menurut penglihatanku, memang begitu keadaan yang sebenarnya.
Muka Ang Cit Kong tidak berobah mendengar hasutan Auwyang Hong, bahkan ia telah tertawa keras sekali. Katanya: „Orang she Auwyang, mulutmu terlalu berbisa sekali! Jika memang engkau juga beranggapan bahwa aku bernama kosong belaka, nah, engkau saja yang maju kemari, biar nanti aku gebuk pantatmu sepuluh kali dengan tongkatku ini…!” dan Ang Cict Kong kemudian tertawa keras sekali, untuk melampiaskan kemendongkolan hatinya.
Auwyang Hong telah tartawa dingin.
„Mengapa kau tidak segera menerima tantangan Oey Tocu? Hemm…. mengaku saja bahwa engkau memang, jeri untuk bertanding dengan Oey Tocu…..!”
Ang Cit Kong rupanya sudah tidak bivsa menahan sabar, ia menjejakkan kakinya. Tubuhnya mencelat kearah Auwyang Hong, tongkat bambunya telah digerakkan untuk menghantam orang she Auwyang tersebut.
Tetapi baru saja tongkat bambu itu digerakkan, disaat itulah Ong Tiong Yang telah bergerak, Tojin liehay ini telah menggerakkan tangan kanannya, mencekal tongkat Ang Cit Kong.
76-77
„Saudara Ang, jika memang engkau mau memberi sedikit muka kepadaku, maka engkau harus menuruti perkataanku, janganlah menimbulkan keributan……!” kata Ong Tiong Yang sambil mengawasi tajam sekali kepada Ang Cit Kong.
Raja pengemis itu membalas tatapan tojin tersebut, kemudian ia menghela napas : „Sayang ada Ong Totiang yang kuhormati jika memang tidak, hemm…, hemm…. !” menggerendeng pengemis tersebut.
„Hemm…, hemm….. apa ?” tanya Auwyang Hong dengan suara dingin mengejek.
„Akan kuhajar pantatmu seratus kali dengan tongkatku ini….!” menyahuti Ang Cit Kong sengit.
Auwyang Hong tertawa ber-gelak2 dengan suara yang nyaring sekali. „Kukira itu hanya mimpi diotakmu saja…. mana mungkin…. mana mungkin…… menerima tantangan Oey Tocu saja engkau tidak berani.”
Ang Cit Kong tidak melayani ejekan Auw yang Hong, ia telah mementang kakinya meninggalkan tempat tersebut.
Begitulah …….. keributan dimalam itu bisa di atasi oleh Ong Tiong Yang.
Dan waktu yang telah ditentukan, dimana kelima jago luar biasa itu akan mengadu kepandaian, akhirnya pun tibalah.
Jago2 yang banyak…….berkumpul dipuncak Hoa San tersebut sejak matahari fajar belum muncul memperlihatkan diri, mereka tengah mengelilingi arena tempat dimana kelima orang tokob sakti itu akan mengadu kepandaian.
Memang cara kelima jago luar biasa tersebut mengadu kepandaian sangat luar biasa, mereka masing2 memiliki ilmu yang aneh.
Begitulah, selama tujuh hari tujuh malam mereka telah mengadakan pertandingan, yang berlangsung terus tanpa beristirahat. Begitu juga malam hari, mereka meneruskan pertandingan itu. Selama tujuh hari tujuh malam, meceka tidak beristirahat atau tidur.
Pertempuran kelima jago luar biasa itu merupakan suatu pertempuran untuk menentukan, siapakah diantara mereka berlima yang akan muncul sebagai jago yang terkosen. Jadi bukan merupakan pertempuran untuk saling membinasakan.
Tetapi dihari ketujuh, akhirnya telah tampak bahwa lwekang Ong Tiong Yang masih menang setingkat dibandingkan dengan keempat jago lainnya.
Malah akhirnya, Ong Tiong Yang telah diakui oleh Oey Yok Su, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Toan Hongya sebagai jago terkosen, merupakan jago nomor satu, melebihi dari mereka.
Sampai disinilsh kisah „Hoa San Lun Kiam dan jika memang para pembaca ingin mengikuti jalan pertempuran dari kelima jago luar biasa itu, yaitu Ong Tiong Yang, Oey Yok Su, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Toan Hong ya selengkapnya, maka sebagai lanjutan kisah ini anda bisa membacanya dalam kisah „Lima Jagoan Luar Biasa” Bab II (Sia Tiauw Gwa Toan) .
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar