ANG CIT KONG kaget, karena ia hanya melibat berkelebatnya sesosok tubuh. Tetapi walau pun demikian. Ang Cit Kong memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi, tidak mau ia dirubuhkan hanya diserang seperti ttu.
Dengan gesit ia berkelit menyingkirkan diri dari terjangan Tok Cun Hoa.
„Jangan berangasan seperti itu, tidak baik nanti akan menyebabkan gigimu rontok…!” kata Ang Cit Kong sambil tertawa, tidak lenyap sikap gembiranya, walaupun tadi ia telah diancam oleh terjangan yang tidak kecil bahayanya.
Dengan gesit ia berkelit menyingkirkan diri dari terjangan Tok Cun Hoa.
„Jangan berangasan seperti itu, tidak baik nanti akan menyebabkan gigimu rontok…!” kata Ang Cit Kong sambil tertawa, tidak lenyap sikap gembiranya, walaupun tadi ia telah diancam oleh terjangan yang tidak kecil bahayanya.
Muka Tok Cun Hoa yang memang telah buruk itu jadi semakin tidak sedap dipandang karena ia tengah diliputi kemarahan yang sangat.
Memang mulutnya rusak dan hanya tampak barisan giginya saja, dan Ang Cit Kong berkata begitu yang tanpa sadar memang telah mengejek kelemahan dari Tok Cun Hoa.
Keadaan demikian telah membuat darah Tok Cun Hoa jadi tambah meluap.
„Jika memang aku tidak menghajar pecah mulutmu, aku tidak akan mau sudah…!” teriak Tok Cun Hoa. Dan dia bukan hanya berteriak begitu saja, karena ia telah membarengi menerjang Ang Cit Kong lagi.
Sewaktu tububnya tengah melayang ditengah udara, tampak tangannya digerakkan untuk melancarkan tamparan kepada Ang Cit Kong.
Keruan saja Ang Cit Kong jadi kaget karena gerakan yang dilakukan oleh Tok Cun Hoa jauh lebih cepat dibandingkan dengan yang sebelumnya.
Dan keadaan seperti ini membuat Ang Cit Kong jadi nekad, karena ia sudah memiliki jalan untuk mengelakkan diri, dimana jalan mundurnya telah ditutup oleh tenaga sinkang yang dilancarkan Tok Cun Hoa lewat tangan kirinya.
Ang Cit Kong memaksakan diri memusatkan tenaga sinkangnya ingin menangkisnya, tetapi waktu itu Ang Bian telah berkata : „Engkau mencari mampus….?” dan segera tubuh Ang Bian telah berkelebat. Gerakan Ang Bian sangat gesit sekali, karena ia telah berhasil menangkis tangan Tok Cun Hoa.
Tok Cun Hoa tambah mendongkol, dan kini bukannya ia melancarkan totokan atau tamparan kepada Ang Cit Kong, malah ia telah meninju kearah dada Ang Bian.
Tetapi Ang Bian memang memiliki kepandaian berimbang dengannya, maka tinjunya tidak berhasil mengenai sesaran.
Dalam keadaan demikian, mereka telah bertempur lagi, dimana mereka saling serang tidak hentinya.
Sedangkan Ang Cit Kong yang tadi nyaris kena ditempiling oleh telapak tangan Tok Cun Hoa, berdiri tertegun ditempatnya, seperti orang kesima. Tetapi akhirnya ia tertawa lebar, sambil menoleh kepada Ong Tiong Yang, yang waktu itu tengah mengawasi padanya.
„Sungguh berbabaya !” menggumam pengemis muda itu.
Ong Tiong Yang tersenyum sambil katanya:
„Maka dari itu, janganlah saudara Ang terlalu ceroboh, karena mereka merupakan orang2 yang memiliki kepandaian luar biasa dan jelas diatas kepandaian kita…….”
Ang Cit Kong mengangguk.
„Untung saja kawanmu itu sitopeng merah telah menolongi diriku, kalau tidak tentu aku akan menerima bahaya yang tidak kecil..!”
Ong Tiong Yang hanya tersenyum.
Pertempuran antara Ang Bian dengan Tok Cun Hoa telah berjalan semakin seru.
Dan Ang Cit Kong juga tidak berusaha pula memisahkan mereka. Dalam keadaan demikian, memang jika kedua jago tengah saling bertarung, maka angin serangan mareka menderu-deru kuat, karena kekuatan tenaga lwekang yang mereka miliki itu merupskan kekuatan yang sudah mencapai puncak yang tinggi sekali.
Ong Tiong Yang dan Ang Cit Kong harus mundur beberapa langkah kebelakang menjauhkan diri, agar tidak tertindih oleh kekuatan serangan itu.
Diam-diam mereka berdua, sebagai orang2 yang mengerti ilmu silat, jelas menenyaksikan pertempuran antara kedua jago yang memiliki kepandaian luar biasa itu, membuat mereka jadi menumpah-kan seluruh perhatian mereka pada jalannya pertandingan.
Setelah saling terjang sekian lama, aksinya suatu kali tampak Tok Cun Hoa dan Ang Bian, saling menjauhkan diri. Mereka tidak melanjutkan terjangan mereka, hanya saling berdiri tegar mengawasi lawan masing2.
Waktu itu Ong Tiong Yang cepat menghampiri sambil katanya: „Jika memang Jiewie Iocianpwe tidak berkeberatan, lebih baik kita sudahi saja pertempuran itu….. tak ada gunanya!”
Namun Tok Con Hoa telah mendengus. dingin tanpa memperdulikan perkataan Ong Tiong Yang.
Sedangkan Ang Bian telah menoleh kapada Ong Tiong Yang, katanya dengan suara yang tawar: „Ong Cinjin, sayangnya manusia buruk ini memiliki adat yang buruk pula…!”
„Namun Ang Bian Iocianpwe, bukankah kita tengah melakukan perjalanan untuk pergi menolongi seseorang… jika memang Ang Bian locianpwe terlalu menghamburkan tenaga sendiri kelak tentu bisa menggagalkan pekerjaan kita!” kata Ong Tiong Yang.
Seperti orang baru tersadar, Ang Bian mengangguk berulang kali.
„Kau benar juga…..!” katanya kemudian.
„Engkau benar, baiklah aku bersedia menyudahi pertempuran diantara kami berdua, asal orang bermuka buruk itupun mau menyudahinya dan tidak mendesak diriku lebih lanjut….!”
Mendengar dirinya selalu disebut sebagai manusia bermuka buruk dan beradat buruk. karuan saja Tok Cun Hoa semakin penasaran dan marah, mana mau ia menyudahi begitu saja pertempuran itu?
„Hemmm….., mendengus dingin Tok Cun Hoa dengan sikap mengejek. Terlanjur engkau telah mengatakan bahwa aku manusia buruk beradat buruk, baiklah, baik…, mari kita bertempur lagi….!”
Diwaktu itu, tampak Tok Cun Hoa setelah berkata bagitu telah melompat, mendekati Ang Bian bersiap untuk saling bertempur pula.
Natmun Ang Bian yang telah diingatkan oleh Ong Tiong Yang, bahwa mereka tengah melakukan sesuatu untuk menolongi seorang, tidak mau melayani lebih lanjut pada Tok Cun Hoa katanya dengan suara yang dingin: „Jika memang engkau masih ingin main2 denganku kelak aku akan menemani, walaupun engkau hendak bertempur sebanyak puluhan ribu jurus bertempur terus sepuluh hari sepuluh malam, akan kulayani…!
Hemm, jika memang engkau hendak memaksaku hari ini. maafkan aku tidak memiliki waktu lagi untuk menemanimu… aku hendak melakukan sesuatu dan perlu diselesaikan secepatnya….!” dan setelah berkata begitu, tanpa menantikan sahutan dari Tok Cun Hoa, tampak Ang Bian telah memutar tubuhnya itu menoleh kepada Ong Tiong Yang, katanya: „Mari kita pergi…!”
Ong Tiong Yang girang meliyat Ang Bian bersedia menyudahi pertempuran itu.
Tetapi Tok Cun Hoa waktu melihat orang hendak berlalu, ia telah berkata dengan suara yang dingin : „Sudah kukatakan walaupun sekarang kalian hendak pergi, semua itu telah terlambat, dan tidak bisa kalian meninggalkan tempat ini……!”
Sambil berkata begitu, TOK CUN HOA melompat kepintu menghadang disitu karena ia tidak ingin membiarkan Ang Bian bertiga dengan Ong Tiong Yang dan Ang Cit Kong keluar dari rumahnya.
Rupanya Tok Cun HOA memang telah memutuskan babwa ia harus menghadang orang itu, untuk dibinasakan atau se-tidak2-nya dimusnahkan ilmu silatnya, sebab Ang Bian seperti tidak memandang sebelah mata padanya dan mukanya juga ditutup oich topeng merah sehingga ia tidak mengetahui siapa adanya orang dibalik topeng tersebut. Begitu juga Ang Cit Kong tadi. telah mengejeknya, membuat ia gusar tetapi belum bisa untuk menjatuhkan tangan kepada pengemis muda itu.
Kenyataan seperti ini telah membuat Tok Cun Hoa tidak mau melepaskan ketiga orang itu. la cepat-cepat mementangkan tangannya, bersiap melancarkan serangan kalau saja Ang Bian bertiga memaksa hendak berlalu dan menerobos pintu tersebut.
Ang Cit Kong tertawa melihat sikap Tok Cun Hoa, ia berkata perlahan sambil tersenyum menyeringai : „Jika memang engkau tidak mengijinkan kami meninggalkan rumahmu, apakah engkau hendak menjamu kami ? Bisakah engkau menjadi tuan rumah yang baik ? Sedang kan Ang Bian Locianpwe dan Ong Totiang itu saja semula meminta air pelenyap dahaga tidak diberikan olehmu….!”
Muka Tok Cun Hoa berobah memperlihat kan sikap tidak senang, ia berkata dengan sikap menahan kemarahan hatinya : „Jika engkau berlancang mulut, maka yang per-tama2 akan kupecahkan adalah batok kepalamu dulu….!”
„Kukira tidak mudah melakukan hal itu, karena disini masib ada Ang Bian Locianpwe yang memiliki kepandaian mungkin lebih tinggi dari kepandaianmu sendiri….!”
Tok Cun Hoa jadi lebih uring2an, ia berkata tawar: „Jika memang demikian halnya, baiklah. Aku telah memutuskan, walaupun bagai mana kalian tidak akan kuijinkan meninggalkan rumah ini. . .!”
Ong Tiong Yang yang melihat perkembangan keadaan sudah demikian macam, cepat2 merangkapkan tangannya menjura sambil katanya: „Harap Tok Cun Hoa Locianpwe mau mengerti keadaan kami, dimana kita tidak pernah kenal dan belum pernah bermusuhan, bukan? Mengapa kita selalu harus bertempur dan bersikap bermusuhan seperti itu? Baiklah, jika memang Tok Cun Hoa Locianpwe mau mengerti. tentu kami tidak akan lupa mengucapkan terima kasih kami…. kami harap saja Tok Cun Hoa Locianpwe tidak merintangi kami lagi, janganlah menanamkan permusuhan diantara kita, bukaukah kita sebelumnya selain belum berkenalan dan juga memang belum pernah bermusuhan?”
Tok Cun Hoa tertawa tawar.
„Engkau bicara seenakmu saja, tojin muda, tetapi engkau tidak ingat, kalian telah datang kemari untuk menimbulkan kekacauan dimana kalian telah menyebabkan aku merasa terganggu. Kalau saja hal ini tidak segera kuatasi, tentu kelak akan ada orang yang berani menggangguku lebih jauh…….!
Mendengar perkataan Tok Cun Hoa, habislah harapan Ong Tiong Yang untuk dapat berlalu dengan damai, karena memang ia melihat nya bahwa Tok Cun Hoa bukan seorang manusia baik-baik dan memiliki sifat yang selalu menang sendiri.
Ong Tiong Yang juga yakin bahwa mereka tidak bisa berlalu begitu saja, sebelum membu ka jalan dc n_,an kekerasan.
Ang Bian juga rupanya habis kesabarannya, ia telah berkata dengan suara yang berang: „Ong totiang, biarlah aku membereskan dulu tua bangka muka buruk ini…….. .!”
Dan tanpa menantikan lagi persetujuan Ong Tiong Yang, Ang Bian mengulurkan tangannya ia menggunakan sinkangnya untuk mencengkeram Tok Cun Hoa.
Namun Tok Cun Hoa tak berkisar dari tempatnya oleh ancaman tersebut, ia bertahan disitu dengan sikap yang menantang sekali. Bahkan waktu cengkeraman Ang Bian akan tiba, ia mengebutkan tangan kanannya.
Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Ang Bian memaklumi bahwa tangkisan yang dilakukan Tok Cun Hoa tidak bisa dibuat main2. la mengeluarkan suara mengejek, sambil menarik pulang tangannya, lalu merobah arah dari cengkeraman tangannya, tubuhnya agak dimiringkan kekanan dengan gerakan yang cepat dan gesit sekali kaki kanan nya ditekuk, sedangkan kaki kirinya dilonjorkan, lalu kedua tangannya menyambar secara menggunting.
Gerakan yang dilakukannya itu benar2 merupakan gerakan yang sulit sekali untuk dielakkan oleh lawannya, jika memang lawannya itu bukan memiliki kepandaian yang benar2 tangguh.
Dalam keadaan demikian, tampak Tok Cun Hoa juga tidak tinggal diam, ia bukan menangkis atau berkelit, hanya mengempiskan dadanya yang didorong agak kedalam, kemudian waktu „guntingan” sepasang tangan Ang Bian lewat hanya satu dim terpisah dari dadanya itu, tampak Cun Hoa telah membarengi untuk menangkap tangan Ang Bian Namun Ang Bian telah menarik pulang kedua tangannya.
Ong Tiong Yang melihat hal demikian, jadi berpikir keras, karena ia memaklumi, kalau sampai kedua orang ini bertempur lagi, tentu sulit sekali baginya untuk memisahkan, dimana mereka tentunya akan terlibat dalam pertempuran yang berkepanjangan. Degan adanya pikiran seperti itu, Ong Trong Yang membujuk kedua orang itu, ia membungkukkan tubuhnya sambil memberi hormat : „Aku mohon agar kalian jangan meneruskan pertempuran ini tidak ada gunanya sudahilah pertempuran ini aku mohon dengan sangat !”
Dan setalah berkata begitu, Ong Tiong Yang beberapa kali membungkukkan tubuhnya memberi hormat, sikapnya memang manis dan juga berusaha untuk dapat memisahkan kedua orang itu dengan kelembutan.
Waktu itu “Tok Cun Hoa tertawa tawar sambil katanya sengit : ‘’„Ji ka memang dalam soal ini engkau masih banyak rewel, maka nanti engkau sendiri yang akan kuserang dan kubinasakan…………..!”
Sambil berkata begitu, tampak Tok Cun Hoa bukannya mengendorkan serangannya, malah telah melancarkan serangan yang semakin lama jadi semakin kuat saja. Ang Bian juga telah mengeluarkan kepandaian simpanannya, karena ia menyadari tidak mungkin ia bisa menarik diri lagi dari pertempuran itu, dimana ia juga tidak boleh berlaku lengah, karena jika saja dirinya terserang, niscaya akan membuat ia terluka parah.
Ang Cit Kong yang melihat pertempuran itu telab mengeluarkan seruan berulang kali, ia merasa tertarik sekali, karena justru yang di saksikannya itu merupakan pertempuran yang sangat jarang sekali bisa disaksikannya. Pertempuran diantara kedua tokoh yang sama2 memiliki kepandaian yang tinggi.
Ong Tiong Yang menghela napas daIam2 waktu melihat kedua orang itu tidak mau menyudahi pertempuran mereka. Ia jadi berputus asa. Untuk memisahkan mereka ia memang tidak memiliki kepandaian yang cukup, sedangkan untuk meminta pertolongan Ang Cit Kong juga tidak mungkin sanggup memisahkan kedua orang yang tengah bertempur itu, sehingga hal ini sangat menjengkelkan hatinya. Jika kedua orang liehay itu bertempur terus, berarti mereka malah akan terlibat dalam pertempuran yang berbahaya, karena mereka tentu akan ada yang rubuh dan terluka. Dan luka yang akan mereka derita tentunya bukan luka biasa, sekali saja mereka terluka, tentu luka itu luka yang parah, dalam keadaan demikian, Ong Tiong Yang benar2 bingung untuk memisahkan mereka kerena Ia pun telah gagal untuk membujuknya.
—oo0oo—
BERSAMBUNG Bagian 53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar