Kamis, 13 Juni 2013

5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 53 )


UDARA masih dingin dipagi hari itu, tetapi di jalan raya Khu Miang tampak berjalan tiga orang, se-orang wanita dan dua orang lelaki, yang seorang telah berusia lanjut, sedangkan yang seorang lagi berusia masih muda. Mereka tidak lain dari Oey Yok Su bersama Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lao. Ketiga orang ini memang telah melakukan perjalanan bersama, dan juga telah beberapa kota yang mereka singgahi disamping itu telah beberapa kampung yang mereka lewati selama mengembara dalam rimba persilatan.

Selama dalam pengembaraan itu, mereka bertiga selalu melakukan perbuatan2 yang mulia menolongi orang2 yang tengah tertindas. Tetapi justru ketiga orang ini juga memiliki adat yang aneh, dimana mereka jika memang merasa senang pada seseorang, walaupun orang itu jahat, boleh jadi mereka berdiri dipihak penjahat itu. Dan jika memang mereka menyukai seseorang, walaupun orang itu melakukan suatu perbuatan yang salah, bisa jadi mereka membenarkarnya. ltulah keanehban sifat ketiga orang ini, yang hampir bersamaan, sehingga merasa cocok untuk mengembara bersama.
Tetapi secara kescluruhannya memang Oey Yok Su, Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan merupakan orang2 yang memiliki kepandaian yang tinggi dan hati yang mulia, maka banyak juga perbuatan mulia yang mareka lakukan disamping watak mereka yang memang agak aneh seperti itu.
Waktu mereka tengah melakukan perjalanan hari itu, justru mereka telah melihat dikejauhan tampak sebuah rumah terpencil, yang jang dari rumah2 penduduk lainnya. Sebuah rumah tembok yang cukup kokoh.
Malah Lu Liang Cwan telah menahan langkah kakinya, ia berkata kepada Lauw Cie Lan dan Oey Yok Su.
„Tunggu dulu,” katanya. „Aku mendengar seperti ada orang yang tengah …….. bertempur …. aku mendengar suara men-deru2nya angin serangan.”
Lauw Cie Lan juga memasang pendengaranaya, dan ia memang mendengar suara men-deru2 angin serangan yang kuat sekali. Disamping itu, memang terdengar suara bentakan per-lahan yang menunjukkan ada orang yang tengah bertempur dan saling melancarkan serangan diseriai suara bentakan.
Oey Yok Su yang memang memiliki kepandaian dibawah kepandaian Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan, mendengar paling belakang dimana iapun akhirnya mendengar suara angin men-deru2 perlahan dan juga suara bentakan itu.
Setelah saling pandang sejenak, Lu Liang Cwan berkata: „Mari kita pargi melihat kesana.
Lauw Cie Lan dan Oey Yok Su menganggukkan kepalanya dan mereka telah berlari, dengan cepat sekali, untuk menuju kearah dari mana datangnya suara orang bertempur itu. Di saat itu Oey Yok Su berlari cepat sekali karena ia mempergunakan ginkangnya untuk berlari lebih dulu. Sedangkan Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan memang berlari dengan seenak mereka.
Dalam waktu sekejap mata tampak mereka telah tiba dirumah baru itu. Mereka juga melihat Ang Cit Kong dan Ong Tiong Yang……
Sedangkan Ang Cit Kong dan Ong Tiong Yang juga telah melihat kedatangan mereka maka Ong Tiong Yang segera mebnyambutnya keluar.
Maafkan, siapakah Samwie (tuan bertiga)?” tanya Ong Tiong Yang bertanya begitu, karena ia melihat bahwa ketiga orang tersebut memiliki kepandaian sangat tinggi dan berlari cepat sekali, tentunya mereka bertiga bukan orang sembarangan.
Oey Yok Su yang telah tiba terlebih dulu dari Lu Liang.Cwan dan Lauw Cie Lan, berkata perlahan dengan perasaan beran pada wajahnya.
„Jika memang tidak salah, ditempat ini terdapat orang yang sedang bertempur…..! “
Ong Tiong Yang mengangguk, dan menunjuk kearah dalam.
„Mereka telah bertempur cukup lama, dan tat mau dipisahkan.” ia menjelaskan.
Oey Yok Su melongok kedalam dan terlihat Ang Bian dan Tok Cun Hoa yang tengah bertempur saling menyerbu dan menerjang tak hentinya, untuk merubuhkan lawannya masing2, keadaan demikian membuat Oey Yok Su mengerutkan alisnya, karena ia melihat kepandain kedua orang itu bukan kepandaian yang sembarangan, dimana mereka memang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga jurus2 silat yang aneh.
Dalam keadaan demikian tampak Lu LiAng Cwan dan Lauw Cie Lan yang telah tiba saling pandang waktu mereka melihat pertempuran antara Ang Bian dan Tok Cun Hoa.
Kepandaian mereka tinggi sekali, entah siapa mereka berdua……?” tanya Lauw Cie Lan setelah mengawasi sejenak kepada kedua orang yang tedgah bertempur itu.
Lu Liang Cwan berdiam diri saja, ia mengawasi sekian lama, dan akhirnya berkata dengan yang perlahan: „Biar aku coba memisahkan mereka….!” dan belum lagi kata2nya itu habis di ucapkan, disaat itu tubuh Lu Liang Cwan telah bergerak cepat sekali dengan gerakkan yang sangat ringan dimana kedua tangannya digerakkan saling susul, disaat itu juga dari kedua telapak tangannya itu mengalir keluar kekuatan tenaga sinkang yang menerjang kepada Ang Bian dan Tok Cun Hoa.
Ang Bian dan Tok Cun Hoa jadi terkejut bukan main, karena mereka merasakan tenaga sambaran dari kedua tangan Lu Liang Cwan kuat sekali, telah memaksa mereka jadi melompat mundur, karena jika t:Dak, tentu mereka akan tergempur oleh tenaga Iwekang tersebut.
Baik Ang Bian maupun Tok Cun Hoa telah menarik pulang tenaga masing2 dun melomp: t kebelakang. Gerakan mereka gest t sekali.
Dengan cara seperti itu. Ang Bian dan Tok Cun Hoa tidak sampai terlanggar oleh kekuatan tenaga Lu Liang Cwan, dan mereka berdiri sambil mengdwasi tajam sekali pada Lu Liang Cwan dengan sikap tidak senang. Apa lagi Tok Cun Hoa, yang membentak nyaring : „Siapa kau… Apakah engkau memang ingin mengacaukan rumahku ini ?”
Ditegur seperti itu, Lu Liang Cwan tersenyum sambil katanya : „Sama sekali kami tidak mengandung maksud buruk, kami hanya kebetulan lewat ditempat ini, dan aku menghendaki kalian jangan bertempur terus….!”
„Tetapi engkau tidak mengetahui urusan kami yang sebenarnya ……!” kata Tok Cun Hoa.
Lu Liang Cwan mengangguk.
„Tepat, justru disebabkan itu, maka aku hanya hendak memisahkan kalian, tanpa melancarkan serangan yang berarti, bukan?”
Muka Tok Cun Hoa yang seperti tengkorak itu tetap memperhatikan sikap tidak puas, ia berkata Iagi : „Jika memang engkau tidak bermaksud ikut mengacaukan keadaan disini, cepat angkat kaki …….!”
„Apakah ini merupakan suatu pengusiran ?” tanya Lu Liang Cwan dengan suara tawar, ia jadi tidak menyukai Tok Cun Hoa yang memperlihatkan sikap begitu kurang ajar.
Sedangkan Ang Bian memperdengarkan suaar tertawanya yang cukup nyaring, katanya : „Jika memang engkau sebagai orang yang bermaksud memisahkan kami, tidak perlu engkau pergi, aku akan menjelaskannya duduk persoalan yang benar dan tidak dilebihkan atau dikurangi. Nanti engkau mempertimbanghan, siapa yang salah dan siapa yang benar….!”
Muka Tok Cun Hoa semakin tidak sedap dilihat, sedangkan Lu Liang Cwan mengangguk, katanya disertai tertawa : „Baik, coba tuan menceritakannya …!” sambil berkata begitu, ia juga memperhatikan keadaan Ang Bian, karena la melihat orang memakai topeng terbuat dari kain merah.
„Sesungguhnya, kami hanya kebetuian lewat ditempat ini. Kami bermaksud hendtak meminta sedikit air untuk melenyapkan dahaga, tetapi justru ia marah2 dan telah mengusir kami tanpa hendak membagi air buat kami. Hal itu sebetulnya tidak apa2, tetapi justru tanpa hujan tanpa angin, Ia telah melancarkan serangan, juga pada ka mi, sehingga terpaksa kami melakukan perlawanan. Jika memang Kiesu (orang gagah) tidak mempercayai keterangan ini, silahkan tanyakan langsung kepada Oang Tiong Yang Totiang itu….!” sambil berkata begttu, Ang Bian menunjuk kearah Ong Tiong Yang.
Ong Tiong Yang cepat2 merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada Lu Liang Cwan, waktu Lu Liang Cwan menoleh kepadanya.
„Apa yang dikatakan oleh Ang Bian locianpwe mamang benar, kami telah melakukan perjalanan bersama dan tiba ditempat ini dan telah timbul kesalah pahaman …….. !”
Lu Liang Cwan tersenyum.
„Apakah kesalah pahaman itu tidak bisa diselesaikan dengan baik? Dengan cara yang tidak perlu disertai dengan pertempuran?”
„Hal itu telah kami coba beberapa kali, bahkan kamipun bermaksud pergi meninggalkan tempat ini, karena pemilik rumah yang jahat ini tidak bersedia memmbagi air kepada kami, tetapi tuan rumah ini telah melancarkan serangan kepada kami dan juga berusaha membuat kami jadi bercacad. . . keadaan seperti ini membuat kami harus memberikan perlawanan untuk membela diri, karena ia menyerang tak hentinya.”
Tok Cun Hoa justru telah berkata : „Apa yang dikatakannya itu merupakan urusan yang berlebihan. Aku tengah duduk samadhi, tahu2 ia begitu lancang membuka pintu rumahku dan terus masuk.
Maka jika memang mereka bukan-nya bermaksud jahat, tentunya mereka tidak akan selancang itu…… aku sebagai pemilik rumah, tentu saja harus menjaga keamanan rumahku ini……..
Lu Llang Cwan tertawa sambil menoleh kepada Lauw Cie Lan, tanyanya: „Bagaimana pendapatmu mengenai urusan ini?”
Lauw Cie Lan berpikir sejenak, sejak tadi ia hanya menutup mulut, namun akhirnya ia berkata: „Jika didengar keterangan mereka, ke-dua belah pihak bersalah, yang seorang terlalu ceroboh dan yang satunya lagi memang terlalu kikir, sehingga untuk menolong seseorang dengan membagikan sedikit air saja tak bersedia membaginya. . .!”
Muka Tok Cun Hoa borobah jadi tidak enak dilihat karena mendengar dirinya dipersalahkan.
„Jika memang demikian, kalian tentunya berdiri dipihak orang bertopeng itu. ..!” kata-nya. „Baiklab, majulah kalian semuanya, aku tidak akan gentar menghadapinya. . .!”
Dan setelah berkata begitu,Tok Cun Hoa berdiri dengan sikap slap sedia, karena ia memang bersedia untuk menghadapi serangan dari semua orang ini. la memiliki, kepandaian yang tinggi, dan dengan demikian ia memang berani untuk menghadapi siapa saja.
Sedaogkaa saat itu Lu Liang Cwan berkata dengan suara yang sabar: „Jika memang engkau berangasan seperti itu, bisa-bisa engkau dimusuhi benar oleh semua orang-orang diseluruh dunia rimba persilatan…….!
Baiklah, perlu kami jelaskan bahwa kedatangan kami hanya kebetulan, karena mengetahui kalian tengah bertempur, maka kami bermaksud hendak memisahkannya……. tidak ada maksud lain pada diri kami …… tapi tampaknya kau sangat memusuhi kami juga…….!”
Tok Cun Hoa memperdengarkan suara tertawa mengejek.
Yang terpenting kami tidak bermaksud untuk memusuhi dirimu tetapi jika kami dipaksa dengan kekerasan, jelas kami juga tidak mau menyudahi urusan ini begitu saja!, kata Ang Bian dengan suara keras, tampaknya ia masih penasaran sekali.
Tok Cun Hoa juga telah menyahuti: “Aku sama sekali tidak hendak diganggu oleh kalian. Cepat kalian pergi, urusan ini bersedia kuhabisi hanya sampai disini saja …….. jika memang kalian masih tetap ber-lama2 disini, aku akan mempergunakan kekerasan lagi, Ini rumahku, dan aku memiliki hak untuk mengusir kalian…….!
Lu Liang Cwan tertawa tawar.
„Kukira, kami juga tidak hendak terlalu lama2 disini karena memang tuan rumah ini juga seorang yang terlalu kikir yang tentunya tidak bisa menjamu kami. . . tanpa engkau memintanya, kamipun akan segera berlalu. ..!”
Dan sehabis berkata begitu, Lu Liang Cwan menoleh kepada Lauw Cie Lan dan Oey Yok Su, sambil katanya: .,Mari kita berangkat!”.
Oey Yok Su dan Lauw Cie Lan mengiyakan.
Tetapi Lauw Cie Lan masih sempat bertanya kepada Ang Bian: „Apakah engkau ingin berlalu juga…?”
Ang Bian mengangguk sambil mengiyakan.
Begitulah, mereka telah meninggakan tempat tersebut. Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, Tok Cun Hoa telah berkata : „Tinggalkan orang itu, agar aku bisa memberikan tanda mata padanya…..!” sambil berkata begitu, Tok Cun Hoa menunjuk kepada Ang Cit Kong, tampaknya Tok Cun Hoa memang masih menaruh perasaan penasaran dan sengit kepada Ang Cit Kong, yang dianggapnya tadi telah mengejeknya.
Ang Cit Kong tersenyum nakal, katanya dengan berani: „Mengapa harus aku saja yang di tinggal disini? Mengapa engkau melarang aku pergi, atau memang engkau menyukai aku dan hendak mengambil aku menjadi anak angkatmu?”
Ditanya begitu, Tok Cun Hoa meludah, dan kemudian katanya sengit: „Cuiii….h, jika memang aku tidak bisa memutuskan kedua tanganmu sebagai tanda mata, engkau tidak bisa pergi dari rumahku ini. Tempat ini memang mudah untuk didatangi, tetapi tidak mudah untuk ditinggalkan begitu….!”
Ang Cit Kong tertawa lagi, tetapi baru saja ia ingin menyahuti, justru Lu Liang Cwan telah mewakili berkata : „Apakah engkau tidak merasa malu berurusan dengan kaum Boanpwe seperti dia……..!”
„Namun mulutnya tarlalu kurang ajar sekali, dan pantas dihajar !” menyahuti Tok Cun Hoa.
„Jika memang sengaja hendak mencari urusan denganku… katanya sengit. Baiklah……. baiklah, jika memang demikian halnya, aku juga tidak bisa berkata apa2 selain menerima tantanganmu. Majulah….!”
Rupanya Tok Cun Hoa memang seorang yang gemar bertempur, kepada siapa saja ia bersikap berangasan seperti itu. Dengan seudirinya, Lu Liang Cwan dan yang lainnya tambah tidak menyukainya.
Lu Liang Cwan mengangguk dengan sikap yang tenang, katanya: „Baik…, baik…, jika engkau menantang aku seperti itu, aku Lu Liang, Cwan sama sekali tidak mengenal perkataan „Mundur” maka dari itu, aku menerima tantanganmu !”
Waktu itulah tampak Tok Cun Hoa sudah tidak sabar lagi, ia mengambil sikap mempersiapkan diri untuk melancarkan serangan.
Namun Lu Liang Cwan yang mengambil sikap tenang dan sabar, hanya berdiri ditempatnya sambil menantikan serangan yang akan dilancarkan oleh Tok Cun Hoa.
Ternyata Tok Cun Hoa hanya mengebutkan lengan baju kirinya.
Angin serangannya berseliwiran menyambar kearah Lu Liang Cwan.
Diwaktu itu, tampak Lu Liang Cwan mengelakkan diri dengan hanya memiringkan sedikit tubuhnya.
Tampak mereka mulai mengeluarkan sinkang masing2 untuk saling tindih.
Dalam keadaan demikian, tampaknya Lu Liang Tjwan tidak memandang sebelah mata terhadap kepandaian Tok Cun Hoa, ia malah berkata: „Kepandaianmu tampaknya tidak rendah mungkin disebabkan itu maka kau selalu berangasan dan tidak bisa berlaku sabar dan angkuh sekali….!”
Pertempuran telah terjadi antara Tok Cun Hoa dan Lu Liang Cwan. Jarak mereka semakin dekat juga.
Lauw Cie Lan yang menyaksikan hal ini tidak berusaha untuk mencegah atau memisahkan mereka, justru ia juga tertarik sekali untuk melihat berapa tinggi kepandaian yang di miliki oleh Tok Cun Hoa, sehingga ia berlaku begitu sombong.
Diwaktu itu Ang Cit Kong berkata dengan suara yang mengejek : „Hemmm, kali ini engkau bertemu dengan batu yang keras orang buruk…..” dan sambii berkata begitu, Ang Cit Kong memperdengarkan suara tertawa-nya dengan cukup keras.
Sedangkan disaat itu, tampak Lu Liang Cwan mulai mengeluarkan kepandaian dan tenaga sinkangnya, ia juga menggerakkan kedua tangannya dengan gerakan yang lambat namun kuat, mengandung kekuatan yang bisa merubuhkan batu karang yang berukuran besar.
Cepat sekali, antara Lu Liang Cwan dan Tok Cun Hoa terlibat dalam himpitan dua kekuatan tenaga lwekang mereka, keduanya memang memiliki kepandaian yang tinggi, dengan sendirinya pertempuran diantara mereka berjalan cukup menegangkan.
Tok Cun Hoa melihat bahwa dirinya memang berada dibawah angin. Selain memang kepandaiannya dibawah kepandaian Lu Liang Cwan juga kepandaian dari Lu Liang Cwan tampak-nya aneh sekali.
Disamping itu juga, Tok Cun Hoa, telah melakukan pertempuran yang cukup panjang dengan Ang Bian, membuat tenaganya banyak terkuras. Dengan sendirinya, sekarang ia cukulp lelah, dan itu merupakan suatu keuntungan buat Lu Liang Cwan.
Keadaan seperti ini, membuat Lu Liang Cwan semakin bersemangat melancarkan serangan.
Dalam waktu sekejab mata saja, tampak ia telah berhasil mendesak lawannya, membuat Tok. Cun Hoa beberapa kali harus mengelakkan diri dengan melompat mundur.
Lu Liang Cwan terus inenyerang tidak hen tinya, kareaa ia melihat bahwa lawannya Mulai terdesak, makin lama tenaga serangannya makin diperkuat dan ditambah, angin serangannya juga berkesiuran keras.
Sampai akhirnya suatu kali Tok Cun Hoa mengeluarkan suara seruan tertahan, karena tubuhnya terlanggar oleh tenaga sinkangnya Lu Liang Cwan dan ter-huyung2 mundur kebelakang.
Melihat keadaan seperti itu, Ang Cit Kong tertawa keras sambil menepuk2 kedua tangannya.
„Bagus…bagus ….!” teriaknya. „Sekarang engkau baru rasakan betapa enakya dihajar orang….!”
Muka Tok Cun Hoa jadi berobah mengandung hawa membunuh, karena diwaktii itu selain penasaran, ia juga tengah berang sekali, apalagi ia mendengar perkataan Ang Cit Kong.
Lu Liang Cwan tersenyum sabar, katanya: „Nah, sekarang bagaimana, apakah kau mengijinkan kami semuanya meninggalkan tempat ini ?
Tok Cun Hoa tidak menyahuti, ia hanya berdiam diri sambil mengawasi kepada orang itu seorang demi seorang dan akhirnya ia menghela napas.
„Baiklah,” kata Tok Cun Hoa kemudian. “Kalau memang demikian, pergilah kalian…. !” dan setelah berkata begitu, Tok Cun Hoa menghelakan napasnya berulang-ulang ka1i, karena rupanya kekalahannya ditangan Lu Liang Cwan membuat ia sangat masgul sekali.
Diwaktu itu Ong Tiong Yang merangkapkan sepasang tangannya, katanya: „Janganlah Locianpwe salah paham, kami sesungguhnva tidak memusuhi 1ocianpwe, jika memang locianpwe tidak berlaku keras-keras kepada kami. Watunya kami juga tidak akan berlaku kurang ajar seperti itu kepada locianpwe….!”
Tetapi Tok Cun Hoa hanya mengeluarkan suara „Hemmm!” saja, sambil mengebutkan lengan bajunya, memberikan isyaratagar orang2
tersebut berlalu.
Begitulah, Ang Bian ber-sama2 dengan Lu Liang Cwan, Ang Cit Kong, Lauw Cie Lan dan Ong Tiong Yang, telah berlalu dari rumah Tok Cun Hoa.
Tok Cun Hoa tidak berusaha untuk menahannya lagi, dia hanya memandangi saja kepergian orang2 itu. Setelah semua orang itu lenyap dari pandangan matanya, dengan jengkel sekali.
Ia merupakan seorang tokoh persilatan yang mati2an telah melatih kepandaiannya, namun sekarang justeru kenyataan yang ada ia telah kena dirububkan oleh lawannya, dan juga telah diejek pulang-pergi oleh Ang Cit Kong.
Bukankah hal itu membuatdia sangat penasaran sekali?
Sedangkan Lu Liang Cwan mengajak semua orang itu berlalu mengambil kearah barat. Dan ia berkata dengan suara yang sabar: „Sesungguhnya orang bermuka seperti tengkorak itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Sayangnya ia memiliki sifat dan adat yang buruk……!”
Setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan menghela napas -berulang kali sambil katanya lagi: „Jika saja kalian tidak cepat2 meninggalkannya tentu ia bisa nekad dan mengadu jiwa. Orang dengan kepandaian yang begin tinggi dengan kenekatannya tentu membahayakan sekali…….!” Setelah berkata begitu. Lu Liang Cwan menghela napas berulang kali.
Ong Tiong Yang juga manghela napas.
„Memang. orang seperti itu sebetulnya harus dibuat sayang, karena dia memiliki kepandaian yang tinggi, sayangnya memiliki adat yang buruk. Sesungguhnya kami telah berusaba beberapa kali mengambil jalan mengalah namun ia selalu mendesak Ang Bian locianpwe sehingga pertempuran diantata mereka dalam keadaan demikian, sebarusnya Tok Cun Hua Locianpwe itu menyadari jika saja kepandaiannya yang begitu tinggi dimanfaatkan untuk melakukan perbuatan baik, tentu is stkan mamiliki banyak pahala, disamping banyak juga urusan yang tidak adil bisa diberesinya….!”
Begitulah mereka telah melakukan perjalanan ber-sama2. Dan selama dalam perjalanan, Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang dan Oey Yok Su, yang merupakan golongan muda, telah ber-cakap2 dengan akrab. Tampaknya terdapat ke cocokan diantara mereka satu dengan yang lainnya.
Sedangkan Ang Bian dengan Lu Liang Cwan, Lauw Cie Lan juga telah ber-cakap2 dengan gembira, sekali2 diselingi tertawa mereka. Banyak masalah rimba persilatan yang mereka bicarakan. Justru lewat cerita Ang Bian, Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan bisa mengetahui parkembangan dunia persilatan yang terakhir.
„Akhir2 ini justru telah muncul banyak sekali tokoh2 sakti dari kalangan hitam, mereka umumnya memiliki ilmu yang aneh-aneh dan sulit sekali utuk dilawan, inilah yang telah membuat dunia persilatan seperti muncul badai dan topan, banyak orang2 rimba persilatan bergelisah sekali……..!”
Lauw Cie Lan telah mengiyakan, ia berkata: „Aku justru telah beberapa kali bertemu dengan tokoh2 sakti yang aneh selama beberapa bulan ini, mereka memang memiliki adat yang buruk seperti halnya dengan Tok Cun Hoa itu, tetapi banyak yang memiliki kepandaian begitu tinggi, benar2 merupakan suatu tanda tanya buatku, karena memang aku tidak tahu dengan cara bagaimana mereka bisa memperoleh kepandaian begitu tinggi….!”
Dan setelah barkata begitu, Lauw Cie Lan, menghela napas dalam2. la juga selama hidup, mengasingkan diri dipulau belasan tahun, ia tidak mengetahui lagi perkembangan dunia persilatan. Dan sekarang ini, karena mendengar cerita dari Ang Bian, barulah ia mengetahui keadaan rimba persilatan yang akhir2 ini memang banyak bermunculan orang2 aliran hitam yang memiliki kepandaian sangat tinggi.
Sedangkan Ang Bian sendiri yang selalu mengenakan topeng pada mukanya, merupakau seorang tokoh aneh juga. la memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi anehnya ia tak mau memperllhatkan mukanya kepada orang lain.
Setelah melakukan perjalanan bersama beberapa saat lamanya, akhirnya mereka berpisahan.
—oo0oo—
(Bersambung ke bagian 54)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular On Relatemein