Rabu, 12 Juni 2013

5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 21 TOAN HONGYA MENCARI GURU )



SERINGKALI setiap kaisar Toan Hongya keluar menyamar dari istananya, tidak ada seorang peaghuni istar2apun yang mengetahuinya.
Kaisar yang, memiliki kekuasaan yang mutlak atas negrinya, yaitu Tailie, tidak betah suduk disinggasananya, ia lebibh senang berkeliaran untuk mempelajari ilmu silat, dibandingkan, harus mengurus negaranya dan memikiri segala macam pikiran berbau politik. Maka dari itu, Toan Hongya sering mewakili tampuk pemerintahannya kepada para menteri-menteri-nya. Jika memang bukan persoalan yang terlalu penting, dan hanya pekerjaan rutin saja sehari-hari, maka para menterinya itulah yang harus mengurusnya.

Sebagai seorang Kaisar Toan Hongya memang dihormati dan disegani rakyatnya.
Dia lebih senang melepaskan kedudukannya sebagai raja dan hidup sebagai manusia biasa. Namun sebagai putera mahkota, jelas ia tidak bisa menampik kewajibannya untuk memegang tampuk pemerintahan yang diwarisi oleh nenek moyangnya.
Tailie merupakan negeri yang tidak begitu besar, yang terletak diselatan, dan juga memiliki penduduk yang tidak begitu banyak jumlahnya.
Tetapi karena Tailie merupakan negeri yang netral dan tidak pernah mencampuri urusan negara lain, maka negara itu bisa, berkembang makmur.
Sebagai seorang Kaisar dalam usia yang masih demikian muda, Toan Hongya merasa dirinya seperti terkekang, kebebasan bergeraknya seperti juga dibatasi, selalu harus membawa pengawal istana.
Itulah yang membuat Toan Hongya jadi kurang kerasan untuk memimpin negaranya, karena yang dibutuhkannya adalah kebebasan.
Sejak kecil Toan Hongya, yang nama kecilnya Toan Ceng ini, sudah senang mempelajari ilmu silat. Waktu masih kecil ia sering meminta kepada Busu negara untuk mengajari Ya ilmu silat.
Tentu saja semua itu dipelajarinya dengan secara diam-diam, karena kalau sampai ayah andanya mengetahui hal itu, ia akan ditegurnya.
Disamping itu, ilmu ketatanegaraan juga dipelajarinya, tetapi tidak bersemangat seperti mempelajari ilmu silat.
Ketika Toan Ceng berusia dua belas tahun, justru para Busu (akhli silat) diistana sudah tidal ada yang bisa menandingi kepandaiannya.
Hal ini membuktikan bahwa Toan Ceng memang Memiliki bakat yang baik sekali untuk mempelajari ilmu silat. Maka dari itu, karena ingin memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi, Toan Ceng telah mengundang beberapa orang guru silat yang memiliki kepandaian tinggi.
Segala macam kepandaian silat telah dipelajarinya, dan semua itu telah membuat tubuh dan kesehatan dari putera mahkota Toan Ceng sangat baik sekali.
Sampai akhirnya Toan Ceng naik takhta dan ia dinobatkan menjadi Kaisar.
Dengan duduknya ia sebagai raja, waktu-waktunya jadi tersita habis oleh kesibukannya mengurus negara. Hal ini membuat Toan Ceng jadi kurang gembira, karena kegemarannya untuk mernpeiajari ilmu silat tidak bisa dilakukannya. Setiap hari ia harus memimpin sidang-sidang menterinya, untuk mengatur negaranya. Dan semua itu baru selesai setiap kali hari menjelang malam. Maka karena keadaan tubuhnya telah letih sekali, tidak mungkin Toan Hongya melatih ilmu silatnya lagi.
Akhirnya Toan Hongya mengambil langkah yang sekiranya bisa meringankan bebannya. Pekerjaan sehari-hari sebagai seorang raja diserahkan kepada Perdana Menterinya, ia sendiri se bagai seorang Kaisar baru akan muncul ditempat persidangan jika negara tengah menghadapi urusan besar dan penting.
Dengan cara demikian, waktu-waktu Toan Hongya tidak tersita habis. Malah ia masih memiliki kesempatan untuk pergi berkeluyuran diluar istana, untuk menyaksikan dari dekat keliidupan dan keadaan rakjatnya.
Dengan demikian, jika memang ia memiliki suatu kesulitan, bisa saja ia segera mengambil tindakan, terutama untuk membantu rakyatnya yang tengah menghadapi urusan penasaran.
Biasanya Toan Hongya bisa menyelesaikan persoalan itu hanya degan menulis sepucuk surat yang diberikan langsung kepada yang bersangkutan dan tentu saja surat atau lebih mirip firman dari Kaisar tidak bisa dibantah oleh para pembesar dibawah kekuasaannya.
Diwaktu itu Toan Hongya merupakan seorang Kaisar yang terkenal sekali dengan, sikapnya yang tegas dan selalu memerintah dengan penuh kewibawaan.
Dan hari berjalan terus, sekarang Toan Hongya telah berusia dua puluh tahun, tampak tubuhnya tegap dan gagah.
Tetapi karena dua tahun ini memiliki waktu dan kesempatan yang cukup luas melatih diri dan memperdalam ilmu silatnya tubuh Toan Hongya semakin sehat disamping kepandaiannya yang semakin tinggi.
Kalau memang baru orang-orang rimba persilatan yang memiliki kepandaian tanggung-tanggung, tentu tidak mungkin bisa menandingi kepandaian Kaisar ini.
Maka dari itu sering tersirat didalam hati Toan Hongya untuk berguru lagi kepada akhli-akhli silat yang terkenal atau kepada tokoh-tokoh sakti dirimba persilatan. Sejauh itu Toan Hongya masih belum berhasil menjumpai orang yang dipenujuinya.
Hanya sering juga Toan Hongya mendengar, bahwa didaratan Tionggoan, yaitu didaratan yang berada diluar kekuasaannya, banyak sekali terdapat akhli-akhli kelas satu yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Maka seru Toan Hongya memberitahukan kepada para menteri-menteri dan penasehatnya, bahwa ia ingin sekali pergi berkelana kedaratan Tionggoan untuk beberapa saat lamanya guna mencari seorang guru silat yang benar-benar memiliki kepandaian yang tinggi.
Namun para penasehat dan menteri-menterinya menyatakan keberatannya sebab jika negara ditinggal pergi aleh Kaisarnya, tentu hat itu akan menggelisahkan rakyatnya, dimana jika negara tengah menghadapi urusan penting tentu tidak bisa segera mengambil tindakan tegas, karena Kaisar mereka tengah berada diluar kerajaan…!
Alasan seperti itulah yang menyebabkan Toan Hongya tidak bisa meninggalkan kerajaannya.
Tetapi Toan Hongya juga tidak kurang akalnya. Ia telah membentuk barisan siewie (pengawal istana) yang memiliki tugas untuk berkeliaran diluar istananya, guna melakukan penyelidikan kalau-kalau dikerajaan mereka telah datang seorang rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi. Siewie yang memiliki tugas istimewa itu dibentuk terdiri dari lima belas orang siewie yang memiliki kepandaian lumayan tingginya.
Begitulah, setiap hari kelimabelas orang siewie itu hanya bertugas untuk berkeliaran dikota raja, guna melihat-lihat kalau-kalau ada orang asing yang berkepandaian tinggi.
Memang telah cukup sering Toan Hongya menerima laporan perihal adanya orang asing yang memiliki kepandaian tinggi singgah diibu kota mereka, dan selalu Toan Hongya keluar dari istananya untuk mencari, orang asing tersebut guna dilihat sampai berapa tinggi kepandaian yang mereka miliki, karena jika Toan Hongya yakin orang itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali melebihi dia, maka akan diangkatnya orang itu menjadi gurunya.
Begitu juga pada hari itu, Toan Hongya menerima laporan bahwa diibu kota telah kedatangan seorang tosu, yang tampaknya memiliki kepandaian tinggi sekali. Karena dua orang siewie yang memiliki tugas istimewa untuk mengawasi keadaan didalam ibu kota tersebut melaporkan bahwa tosu itu telah bentrok dengan beberapa orang lintah darat dikota ini, dengan mudah tosu itu menghajar buaya-buaya darat itu kucar-kacir. Tosu itu berusia hampir enam puluh tahun, mengenakan pakaian kependetaannya yang berwarna abu-abu dan membawa hudtim (kebutan) yang bergagang emas.
Itulah sebabnya Toan Hongya telah keluar dari istananya untuk meneari tosu itu. Tetapi justru Tosu tersebut yang semula dilaporkan oleh siewie itu tengah makan minum dikedai teh tersebut, telah pergi tidak meninggalkan jejak.
Maka Toan Hongya menyelidiki terus, kedai-kedai teh yang terdapat dikota tersebut telah didatangi, begitu juga beberapa kedai teh diluar kota, termasuk kota-kota Iainnya, telah didatanginya, untuk-mengejar jejak tosu itu, namun sejauh itu Toan Hongya tetap tidak berhasil mencari jejak imam tersebut.
Hal ini membuat Toan Hongya jadi penasaran, ia tidak berniat kembali keistananya dulu sebelum berhasil mencari tosu tersebut. la telah mendatangi beberapa buah kota yang berdekatan.
Namun tosu itu tetap saja tidak berhasil dicarinya, hal mana membuat Toan Hongya tambah penasaran.
Dia terus juga mencarinya, sampai akhirnya ia menyaksikan peristiwa yang dialami oleh keluarga Liang itu, dimana Liang le Khu telah ditangkap oleh orang-orangnya Tung Congtok. Berkat suratnya juga, maka Tung Congtok membebaskan Liang le Khu.
Setelah memberikan pertolongan kepada nyanya Liang itu, Toan Hongya melanjutkan perjalanannya untuk menyelidiki jejak dari tosu itu.
Setelah menjelang sore ia masih belum berhasil mencari jejak tosu yang diduga memiliki kepandaian tinggi itu, maka Toan Hongya telah bermalam disebuah rumah penginapan.
Selama itu tiada seorangpun rakyatnya mengetahui bahwa raja mereka tengah berkeliaran seorang diri, karena Toan Hongya berpakaian biasa saja.
Sedangkan Toan Hongya sendiri telah beristirahat dan menangsel perutnya agar tidak lapar, ia telah keluar dari rumah penginapan itu untuk mulai mencari jejak sitosu lagi.
Sampai jauh malam Toan Hongya berkeliaran dikota tersebut, tetapi justru tosu yang dicarinya itu masih juga belum berhasil ditemuinya. Maka dari itu Toan Hongya memutuskan ia akan mencarinya terus sampai tosu itu berhasil dijumpainya.
Dan ia berpikir untuk berdiam tiga hari dikota ini, dan jika ia gagal dengan usahanya ini baru ia akan kembali lagi keistananya dan nanti memerintahkan para siewie yang memiliki tugas istimewa itu guna melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Dua hari lamanya Toan Hongya melakukan pencariannya itu dengan sia-sia.
Dan selama itu ia tidak berhasil menemui jejak dari tosu yang dicarinya.
Toan Hongya mulai putus asa, ia menduga mungkin tosu itu telah pergi meninggalkan kerajaannya dan melakukan perjalanan kedaratan Tionggoan, maka Toan Hongya mengambil keputusan setelah satu hari lagi ia melakukan penyelidikan, ia akan kembali keistana saja, sebab tidak mungkin tosu itu masih berada disekitar tempat tersebut.
Tetapi justru pada malam ketiganya, disaat Toan Hongya tengah rebah dipembaringannya untuk beristirahat, pendengarannya yang tajam telah mendengar suara sesuatu diatas genting, ia seperti mendengar jatuhnya daun kering.
Tetapi karena sejak kecil telah gemar mempelajari ilmu silat, maka Toan Hongya mengetahui bahwa suara seperti jatuhnya daun kering itu adalah suara langkah kaki orang yang berjalan malam.
Toan Hongya dengan gerakan tubuh yang ringan telah melompat turun dari pembaringannya. la menuju kedekat jendela kamarnya dan berdiam disitu memperhatikan lebih teliti lagi suara langkah kaki diatas genting jurusan kamarnya.
Sedangkan suara langkah kaki itu ringan sekali, membuktikan bahwa orang yang tengah melakukan perjalanan diatas genting itu adalah seorang yang memiliki ginkang tinggi.
Toan Hongya menduga-duga entah siapa orang yang tengah melakukan perjalanan diatas genting itu. Dan juga, entah berapa tinggi kepandaian orang tersebut. Namun yang benar-benar menarik hati Toan Hongya, ia ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan. orang tersebut. Penjahat atau seorang pendekar ?
Setelah mendengar suara langkah kaki itu berhenti, dan seperti tengah memperhatikan keadaan disekitar tempat itu, Toan Hongya diam-diam telah membuka daun jendelanya, ia mendorongnya dengan tiba-tiba dan melompat keluar.
Dengan cara demikian dia menghendaki orang yang diatas genting itu tidak bisa melarikan diri. Dan memang apa yang dipikirkan oleh Toan Hongya tepat, begitu ia keluar dari kamar itu, maka orang yang tengah berada diatas genting tidak bisa menyembunyikan diri atau melarikan diri. Sebab begitu Toan Hongya melompat keluar dari kamarnya, ia telah membarengi dengan menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan ringan telah melompat keatas genting.
la melihat sesosok tubuh akan berlari kearah yang berlawanan, namun Toan Hongya telah mengejarnya sambil berteriak nyaring : „Tahan……..jangan lari kau……!”.
Sosok tubuh itu rupanya menyadari bahwa dirinya tidak mungkin bisa meloloskan diri dari Toan Hongya, maka dia menahan langkah kakinya dan memandangi Toan Hongya yang tengah mendatangi.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 22)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular On Relatemein