Kamis, 13 Juni 2013

5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 56 )



SESUNGGUHNYA Ang Bian juga telah melihat kelemahan kesepuluh pendeta itu, sebab waktu tubuh Ong Tiong Yang meluncur turun sambil melancarkan serangan kepada mereka, para pendeta tersebut memperlihat sikap,yang gugup. Dalam keadaan demikian membuat Ang Bian mengetahui kelemahan lawan2-nya tersebut. Apa lagi mendengar teriakan Ong Tiong Yang, maka Ang Bian segera menjejakkan kakinya, tubuh-nya melompat ketengah udara dan sambil melayang seperti itu, ia menggerakkan kedua. tangannya bermaksud menghantam kepala Sie Han dan Liok Han.

Sie Han dun Liok Han cepat2 mengelak, tetapi mereka justru berada dalam keduukan yang lemah, karena mereka harus melompat mundur, dengan demikian pintu yang mereka pertahankan bisa jebol. Kedudukan-ilmu mengepung mereka menurut cara Pat-kwa, jika sampai – salah satu kedudukan berhasil diterobos, maka lawan mereka dengan leluasa bisa menerobos keluar dari kepungan.
Kalau sampai Ang Bian berhasil dengan torobosannya itu, tentu akan membuat ia jadi muncul sebagai pemenang. Bukankah telah diadakan perjanjian diantara mereka, jika memang Ang Bian berhasil menerobos keluat dari kepungan para pendeta tersebut, berarti It Han dan saudara2 seperguruannya harus memenuhi tuntutan Ang Bian, yang hendas bertemu muka dengan Ong Mie Tu ?
Karena itu, It Han dan pendeta2 lainnya jadi sibuk untuk menggeser kedudukan mereka guna menutup lubang yang terdapat pada kedudukan Sie Han dan Liok Han.
It Han bersama sute2nya bergerak sangat cepat sekali, dimana mereka telah berhasil menyusun kedudukan mereka sehingga menjadi pulih kembali.
Namun Ang Bian yang telah mengetahui keletnahan dari kesepuluh pendeta tersebut, selalu melancarkan gempuran kearah atas, dengan disertai juga tubuhnya yang melompat ketengah udara.
Gerakan yang dilakukannya selalu membuat kesepuluh pendeta rersebut berulang kali panik hampir saja kurungan mereka itu bisa dipatah kan oleh Ang Bian.
Sejurus demi seiurus dia membuat barisan It Han semakin kacau.
Ong Tiong Yang yang menceburkan diddalam pertempuran tersebut juga tak tinggal diam karena ia telah melakukan banyak sekali serangan dengan mempergunakan Hudtimnya. Bulu2 Hudtimnya telah menjadi kaku bagaikan baja untuk melakukan totokan pada jalan darah ditubuh pendeta itu.
Cepat sekali telah lewat belasan jurus, dan It Han bersepuluh jadi kelabakan juga karena semakin lama mereka semakin terdesak. Hal ini disebabkan kedua orang lawaa mereka yang cerdik ini selalu mempergunakan kesempaatan untuk menerobos ke-bagian2 terlemah dari barissn It Han.
Tetapi walaupun demikian. It Han bukan seorang yang lemah dan cepat menyerah dengan keadaan. Bebecapa kali ia berteriak memberikan petunjuk kepada sembilan orang saudara seperguruannya, sehingga mereka selalu merobah kedudukan mereka. Dengan, demikian mereka masih tetap berhasil mengepung Ong Tiong Yang dan Ang Bian dengan ra pat.
It Han dan sembiian orang pendeta lawan nya kian lama kian merasa berat tertindih oleh tenaga lawannya. Karena dengan diserang bagian atas mereka, yang merupakan bagian yang terlemah, maka para pendeta tersebut sibuk sekali menghadapi serangan2 Ang Bian yang di bantu oleh kebutan!, bulu-bulu hudtim Ong Tiong Yang.
It Han juga jang menyesali mengapa dulu dulu ia tidak berusaha menutupi kelemahannya tersebut, agar dapat menambalkan kelemahannya sewaktu-waktu menghadapi lawan2nya, walaupun lawan2nya menyerang bagian atas mereka.
Tetapi karena keadaan telab berubah demikian, membuat It Han tidak bisa berpikir banyak, ia harus mengambil keputusan dengan cepat.
Beberapa kali ia berusaha untuk mendesak Ong Tiong Yang dan Ang Bian, walaupnn desakannya itu tidak memberikan hasil yang memuaskan, tetapi bisa memperlambat kedua orang itu melancarkan serangan dibagian atas kepala mereka.
Ang Bian diam2 jadi girang dalam hatinya waktu melihat keadaan seperti ini. Mereka memang telah menang diatas angin, karena It Han dan sembilan saudara seperguruannya berulang kali berhasil mereka desak dan dibuat panik.
It Han sendiri menyadari, paling tidak mereka hanya bisa bertahan sampai, tiga puluh jurus lagi, selewatnya itu, kemungkinan kepungan mereka akan berhasil dipukul oleh Ang Bian dan Ong Tiong Yang.
Karena itu, It Han berusaha mencari jalan agar bisa menghadapi terus Ong Tiong Yang dan Ang Bian, beberapa kali ia telah memberikan petunjuk kepada adik2 seperguruannya.
Gerakan2 dari orang yang tengah bertempur itu semakin lama jadi semakin cepat. Di samping itu, Ang Bian juga kian bersemangat saja.
Sigadis she Ong telah berdiri diluar gelanggang sambil memperhatikan jalanrya pertempuran tersebut, karena ia sangat tertarik sekali untuk menyaksikan jalannya pertampuran itu, dimana ia melihat orang2 yang tengah bertempur itu merupakan jago2 rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan aneh.
Gadis she Ong itu memang puteri tunggal Ong Mie Tu, ia datang sebetulnya dengan nekad untuk mengadu jiwa dengan It Han bersepuluh, karena ia hendak menolongi ayabnya.
Sekarang kabetulan sekali ada Ang Bian dan Ong Tiong Yang yang datang hendak menolongi ayahnya, maka ia jadi girang bukan main disamping berterima kasih, diam2 dia juga ber-doa agar Ong Tiong Yang dan Ang Bian bisa memperoleh kemenangan, walaupun dengan hanya menerobos keluar dari kepungan barisan para pendeta itu. Dengan demikian jelas akan membuat para pendeta itu harus mengijinkan mereka menemui Ong MieTu.
Per-lahan2 tampak betapa barisan It Han semakin lemah penjagaannya, walaupun mereka, merupakan jago2 yang memiliki kepandaian yang cukup tinggi dan juga memiliki sinkang tidak berada dibawah Ang Bian, namun dengan kacaunya barisan pengepungan tersebut, membuat It Han bersepulah jadi panik. Karena itu mereka berusaha untuk melancarkan desakan yang lebih ketat, agar lawan2-nya tidak berhasil menerobos dari kepungan. Hanya itu yang bisa dilakukannya, karena memang It Han bersepuluh sekarang tidak mengharapkan lagi untuk dapat merubuhkan kedua orang lawannya, asal mereka bisa mempertahankan diri pada barisan yang tetap tidak terpecahkan bal ltu telah lebih dari cukup buat mereka…….
Karena itu, It Han akhirnya memberikan perintah kepada sembilan saudara seperguruan-nya, agar segera membentuk barisan yang lebih rapat dan menyusutkan ruang geraknya.
Dangan cara seperti ini, Ang Bian dibatasi ruang geraknya, sehingga Ang Bian maupun Ong Tiong Yang tidak bisa sering2 melompat keatas melancarkan gempuran lagi kepada pendeta ter-sebut.
Desakan yang dilakukan barisan It Han merupakan desakan yang agak membingungkan Ang Bian dan Ong Tiong Yang, karena mereka melihatnya bahwa It Han dan yang lainnya semakin mengepung dengan rapat. Mempergunakan cara bertanding dengan lingkaran pengepungan yang semakin mengecil itu, membuat Ang Ban dan Ong Tiong Yang tidak bisa bergerak leluasa.
Hal ini membuat Ong Tiong Yang beberapa kali telah memutar otak.
Ia melihat lawan2-nya telah mengetahui kelemahannya sendiri dan berusaha menutupi kelemahanqya itu.
Keadaan seperti ini akhirnya memaksa Ong Tiong Yang harus memutar Hudtimnya dengan mengerahkan seluruh kekuatan sinkangnya.
Ang Bian sendiri beberapa kali berusaha mempergunakan kekerasan untuk mendesak It Han dan pendetal lainnya. Namun kenyataan nya usaha Ang Bian tidak pernah berhasil.
Karena itu, tampak Ang Bian merobah cara bertempurnya.
Jika semula ia menyerang mempergunakan kekerasan, dia sekarang justru mempergunakan tipu mempergunakan lunak untuk mendesak yang keras. Keadaan seperti ini jadi membingungkan It Han bersepuluh, karena justru setiap tinju dan tendangan yang dilancarkan Ang Bian tidak pernah baisa diduga arah sasarannya.
Sejurus -demi sejurus telah lewat, tanpa terasa lagi telah dua puluh lima jurus yang dilewati.
Selama itu mereka tetap masih belum bisa melancarkan desakan yang lebih kuat untuk memecahkan barisan It Han beramai. Tetapi begitu juga It Ha-n dengan saudara2 seperguruannya sama sekali belum bisa merubuhkan Ang Bian dan Ong Tiong Yang.
Jika pertempuran semacam ini berlangsung lebih lama lagi tentu akan membuat It Han dan saudara seperguruan lainnya akan memperoleh angin, karena Ang Bian mau pun Ong Tiong Yang akhirnya akan lelah sendirinya.
Sedangkan It Han bersepuluh yang mengbadapi lawannya secara bergantian seperti itu bisa memelihara kekuatan mereka agar tidak mudah letih.
Itulah suatu keuntungan yang tidak kecil buat It Han bersepuluh.
Sedangkan Ong Tiong Yang dan juga Ang Bian menyadari hal itu, karena mereka telah melihat bahwa It Han bersepuluh melancarkan serangan kepada mereka dengan cara mengukur waktu.
Tidak ada jalan lain buat Ang Bian dan Ong Tiong Yang selain mendesak lebih kuat kepada lawan2nya.
Mereka terlibat dalam pertandingan yang tidak seimbang, apalagi akhir2 ini kesempatan untuk melancarkan desakan pada bagian terlemah dari It Han bersepuluh tidak ada, memaksa Ang Bian dan Ong Tiong Yang hanya bisa bertahan diri saja.
„Ong totiang, mari kita membuka jalan keluar dengan kekerasan …!” teriak Ang Bian dan ia telah memunggungi punggung Ong Tiong Yang.
Dengan cara demikian, mereka bisa zaling tolong menolong untuk menghadapi lawan mereka. Dan juga tangan mereka tidak henti2nya bergerak memunahkan serangan lawan dan balas menyerang.
Dalam hal membicarakan jumlah, It Han memang menang diatas angin, karena mereka bekerja sama, menghemat tenaga. Mereka tidak mungkin cepat letih, tetapi berbeda dencan Ong Tiong Yang dan Ang Bian, semakin lama mereka jadi semakin lelah, karena tenaga mereka seperti juga terkuras keluar sebagian besar. Dengan demikian membuat Ang Bian dan 0ng Tiong Yang bergelisah sekali.
Begitu juga nona Ong itu, semakin lama jadi semakin kuatir menyaksikan Ang Bian dan Ong Tiong Yang berada dalam kepungan yang kian rapat oleh sepuluh pendeta tersebut, dimana tampak It Han beramai memang telah menang diatas angin.
„Ong Totiang….!” Seru Ang Bian. Dengan cara demikian dulu mereka mengepung diriku, dan sekarang mereka mempergunakan cara yang sama; sehingga membuat kita tidak berdaya apa2 untuk menghadapi mereka…. atau memang kita perlu membuka jalan darah dengan kekerasan?”
„Jangan….!” mencegah Ong Tiong Yang, tidak ada gunanya kita mempertarukan diri dengan cara sepcrti itu, bukankah sesunguhnya diantara kita tidak terdapat urusan yang terlalu penting…. bukankah kita hanya mengukur kepandaian untuk mentukan, apakah kita berhak bertemu dengan Ong Mie Tu Locianpwe atau tidak !. Jika memang akhirnya tokh kita terpaksa rubuh ditangan mereka, hal itu tidak menjadi persoalan!” Dan setelah berkata begitu. tampak Ong Tiong Yang mengebutkan hudtimnya, yang dikebutkannya pada lengan Sie Han yang tengah diulurkan kearah dadanya.
Tidak ampun lagi pergelangan tangan Sie Han kena disampok hudtim itu cukup keras.
Ia mengeluarkan suara seruan kesakitan dan melompat mundur.
Dalam keadaan demikian Ong Tiong Yang telah berseru nyaring. „Hentikan dulu, kami menyerah kalah . . . ! “
It Han mendengar teriakan Ong Tiong Yang, segera menghentikan serangannya dan juga memerintahkan kesembilan saudara seperguruannya jangan mendesak lebih jauh.
Sehingga Ong Tiong Yang dan Ang Bian bisa bernapas lapang, dan Ong Tiong Yang berkata dengan suara yang ditekankan: „Jika memang para Tai su tetap tidak mau mempertemukan kami dengan Ong Mie Tu, hal itu memang menjadi hak dari para Tai su …. tetapi jika tadi kita berkelahi dangan mempergunakan ke-kerasan dan akhirnya membuat kita kedua pihak saling menderita luka yang tidak ringan, bukankah hal itu harus disesalkan, karana urusan yang kita tengah di selesaikan itu bukankah urusan yang terlalu berarti…..?”
—oo0oo—
(Bersambung ke bagian 57)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular On Relatemein