Setiap setahun sekali Oey Yok Su diajak gurunya meninggalkan pulaunya untuk membeli keperluan makan mereka sehari-hari.
Dan hari itu Tang Cun Liang telah mengajak muridnya untuk pergi kedaratan pula guna membeli kebutuhan mereka. Guru dan murid telah mempergunakan sebuah perahu yang cukup besar, karena kelak jika kembali kepulau, mereka akan membawa persiapan dan bahan-bahan kebutuhan mereka yang cukup banyak jumlahnya.
Oey Yok Su yang kini telah memiliki pertumbuhan tubuh yang baik dan sehat, mengayuh perahu, sedangkan gurunya hanya-duduk bersemadhi berdiam diri saja. Dia memang sengaja menyerahkan kayu pengayuhnya kepada murid tersebut, untuk melihat sudah berapa jauh kepandaian yang bisa diperoleh Yok Su.
Walaupun harus mempergunakan tenaga yang cukup kuat, juga cukup meletihkan, Oey Yok Su tidak pernah mengeluh. Dia melakukan semuanya dengan baik, dan kayu pengayuhnya itu dicekalnya kuat-kuat.
Ketika mereka berada ditengah laut, gurunya bertanya kepadanya: „Apakah engkau telah letih muridku ?”
Oey Yok Su menggeleng perlahan sambil sahutnya: „Tidak suhu…….biarlah aku yang mengayuh terus…….!” dan memang Oey Yok Su telah mengayuh terus sehari penuh.
Tujuan mereka adalah kota Ciung-sie yang terletak ditepi pantai disebelah selatan, kurang lebih dua hari perjalanan air untuk mencapai kota tersebut.
Malam harinya, Oey Yok Su tertidur nyenyak diperahunya, dan gurunya, yang memegang kemudi perahu. Dan ketika fajar menjelang datang, Oey Yok Su kembali menggantikan gurunya untuk mengayuh.
„Ulet dan kuat anak ini, dia tabah sekali. Disamping pendiam, diapun seorang yang cerdas sekali,” diam-diam gurunya berpikir didalam hatinya dengan perasaan bangga.
Begitulah, disore hari menjelang hari yang ketiga mereka telah merapat kepantai, diluar kota Ciung-sie. Kota tersebut merupakan kota yang cukup besar, dan padat penduduknya. Memang biasa Oey Yok Su membeli kebutuhannya dikota ini bersama gurunya. Maka seperti tahun kemarin, mereka kali inipun cukup mengunjungi kota ini guna membeli beras, kain, dan keperluan lainnya.
Karena hari mendekati malam, gurunya mengajak Oey Yok Su untuk bermalam disebuah rumah penginapan. Mereka juga telah menangsel perut, untuk melenyapkan lapar dan dahaga.
Setelah dua tahun berhubungan dengan gurunya, ternyata Oey Yok Su lebih intim dan mengetahui bahwa gurunya sesungguhnya, seorang yang baik. Hanya saja gurunya ini memiliki sifat yang agak aneh dan keras, kepada orang-orang yang tidak disenanginya selalu bertindak dengan tangan besi. Tetapi secara keseluruhannya Oey Yok Su melihat gurunya cukup baik, disamping kepandaiannya yang luar biasa dan tinggi sekali.
—oo0oo—
Malam itu mereka lewati dirumah penginapan, tetapi menjelang tengah malam, Oey Yok Su terbangun dari tidurnya, dia heran tidak melihat gurunya dipembaringan sebelahnya, sehingga anak itu telah melompat duduk dan mengawasi sekeliling kamarnya”
Oey Yok Su tetap tidak melihat gurunya dan anak ini menduga tentu gurunya sedang pergi keluar untuk membeli sesuatu. Tetapi mengapa ditengah malam seperti itu ? Oey Yok Su telah duduk ditepi pembaringan, menantikan kembalinya sang guru, namun Tang Cun Liang tidak juga muncul, sehingga menggelisahkan Oey Yok Su.
Akhirnya karena tidak sabar, Oey Yok Su keluar dari kamarnya, dia melihat keadaan ruangan diluar kamarnya gelap, menandakan bahwa penghuni rumah penginapan ini telah terlelap dalam tidur mereka.
Oey Yok Su jadi batal keluar dari kamarnya dan kembali kekamarnya.
Dia heran sekali mengapa gurunya keluar meninggalkannya ditengah malam seperti ini ?
Disaat Oey Yok Su tengah termenung memandangi dinding kamar, tiba-tiba angin berhembus cukup keras dan daun jendela kamarnya terbuka lebar. Oey Yok Su melompat mendekati jendela kamarnya. Ternyata jendela kamar itu tidak terkunci dan tadi hanya tertutup rapa saja.
„Hemm…….., kalau demikiantentunya suhu pergi melewati jendela kamar…..tetapi apa yang hendak dilakukan suhu ditengah malam seperti sekarang ini ?”
Keadaan diluar kamar gelap sekali, pekarangannya kotor dan dipenuhi oleh rumput-rumput hijau yang tidak teratur tumbuhnya. Oey Yok Su melompati jendela kamarnya, dia telah berada diluar kamar. Ditutupnya daun jendeIanya dan dia memandang sekelilingnya.
Tidak ada seorang manusiapun juga disekitar tempat itu. Walaupun Oey Yok Su cerdas, namun melihat keadaan seperti ini, dia tidak bisa menduga entah apa maksud gurunya pergi ditengah malam yang gelap pekat itu? Apa keperluannya? Semuanya menjadi tanda tanya yang tidak terjawab oleh anak tersebut.
Tetapi waktu Oey Yok Su tengah berpikir terheran-heran begitu, dibelakangnya terdengar berkesiuran angin yang cukup keras. Dua tahun Oey Yok Su telah mengikuti Tang Cun Liang dan menerima didikan yang cukup tinggi dan lumayan, maka dari itu dia bisa mendengar menyambarnya angin yang tidak w*ajar itu.
Namun disaat Oey Yok Su hendak mengelakkan-diri, justru waktu itu punggungnya dirasakan sakit dan dia telah terjungkel rubuh dengan mengeluarkan suara seruan tertahan. Ternyata, Oey Yok Su baru sanggup mendengar menyambar angin yang tidak wajar itu, namun dia tidak cukup gesit untuk mengelakkannya, sehingga tubuhnya telah kena diterjang oleh angin tersebut, dan dia terjungkel mencium tanah.
Berbareng dengan itu, terdengar suara orang tertawa dingin, suara tertawanya itu agak menyeramkan nadanya.
„Bocah kecil yang manis….. ma:, orang she Tang itu?” tanya suara itu.
Oey Yok Su merangkak bangun, mengusap mukanya membersihkan dari tanah yang melekat, dan dia telah memutar tubuhnya, segera dilihatnya seorang lelaki bertubuh pendek gemuk sehingga-berbentuk bulat, lebih tinggi sedikit dari dirinya, tengah berdiri dengan kedua tangan bertolak pinggang dan mengawasinya dengan sebentar-sebentar mengeluarkan suara tertawa yang tawar, matanya memandang tajam sekali, memancarkan sinarnya yang berkilauan.
„Siapa kau ? Mengapa, tidak keruan juntrungannya engkau menyerang diriku ?” bentak Oey Yok Su. Yang mendongkol sekali, karena dia tadi sempat terjerembab akibat serangan orang itu.
Tetapi orang yang memiliki bentuk tubuh gemuk pendek itu telah tertawa lagi dengan suaranya yang agak menyeramkan, dia bilang :
„Jika aku benar-benar menyerangmu, apakah kini engkau masih bisa berdiri dihadapanku ? Hemm…….., bocah ! Dimana orang she Tang itu?”
Apakah engkau maksudkan guruku, Tang Cun Liang ?” tanya Oey Yok Su menegaskan.
Orang itu mengangguk.
„Ya……. dimana orang she Tang itu ?”
,,Aku sendiri sedang mencari guruku, karena guruku sedang pergi entah kemana !” menyahuti Oey Yok Su.
„Hemmm………… engkau jangan berusaha berdusta padaku” kata orang tersebut dengan suara yang dingin. „Engkau jangan main-main dengan Ang See Kiam Tu Li Sing!”.
Oey Yok Su juga mendongkol melihat lagak orang, tetapi mendengar orang bergelar Ang See Kiam (Pedang Pasir Merah), dia mengetahui bahwa orang she Tu itu adalah seorang kiamkhek (akhli pedang) yang tentunya memiliki kepandaian tinggi.
Bukankah tadi dengan mengebutkan lengan bajunya saja, dia berhasil membuat dirinya jadi terjerambab ketanah ? Maka Oey Yok Su tidak berani bersikap sembarangan, dia berkata dengan bersungguh-sungguh : „Apa yang aku katakan memang sebenarnya …… apakah kau siorang tua adalah sahabat guruku ?”
„Hemm……., bisa dibilang sahabat, bisa dibilang tidak !” menyahuti orang tersebut.
Oey Yok Su jadi heran.
„Bisa dibilang sahabat, bisa dibilang tidak?” tanyanya tidak mengerti.
„Ya !” menyahuti Ang See Kiam Tu Li Sing dengan suara yang tawar.
„Lalu…apa maksud engkau mencari guru=ku ?” tanya’Oey Yok Su lagi.
„Mengapa engkau demikian cerewet heh ? Urusan orang tua mana engkau mengerti ?”
Ditanggapi begitu oleh Ang See Kiam, muka Oey Yok Su jadi merah.
„Baiklah”, katanya kemudian „Guruku sedang pergi dan aku tidak tahu dimana guruku berada…!”.
Ang See Kiam Tu Li Sing tertawa lagi dengan keras, tubuhnya yang pendek bulat itu tergoncang-goncang.
„He…., heh…., heh….,” katanya kemudian.
„Engkau berani membawa sikap seperti itu kepadaku, heh ?” dan tahu-tahu tangan kanan Ang See Kiam Tu Li Sing telah bergerak menampar muka Oey Yok Su.
Melihat menyambarnya tangan orang tersebut, Oey Yok Su telah berusaha berkelit dengan berjongkok sedikit dan memiringkan tubuhnya.
Tetapi sayangnya Ang See Kiam Tu Li Sing rupanya seorang jago yang memiliki kepandaian tinggi, karena begitu dia menurunkan tangannya, sedikit, bahu Yok Su telah kena dihajarnya telak sekali, “dukk……!” dan tubuh Oey Yok Su tidak ampun lagi terjungkel ketanah. Hampir saja mukanya mencium tanah, tetapi Ang See Kiam Tu Li Sing telah menggerakkan taagan kanannya menghentak keatas, dan seperti juga dari tangannya itu keluar hawa kekuatan lwekang yang medyedotnya, maka tubuh Oey Yok Su terhentak naik, sedikit, dengan begitu luncuran tubuhnya tertahan, dan waktu dia terjerambab, dia jatuh tidak begitu keras.
Oey Yok Su seketika menyadari bahwa dirinya telah dipermaiankan oleh Ang See Kiam Tu Li Sing, tetapi diwaktu yang bersamaan, diapun segera menyadarinya bahwa orang she Tu ini, yang aneh sikap maupun bentuk tubuhnya, adalah seorang yang luar biasa, yang memiliki kepandaian sangat tinggi.
Oey Yok Su telah merangkak bangun, dia memandang orang she Tu itu dengan sorot mata yang tajam, kemudian katanya dengan suara yang dingin: „Hemm……, engkau tidak tahu lalu telah menghina seorang anak kecil…!”
Ang See Kiam Tu Li Sing tida ‘marah, dia telah tertawa.
„Menghinamu ? Aku tadi hanya main-main saja, bergurau…!” katanya.
„Bergurau? Hemm……., jika memang aku memberitahukan kepada suhuku, tentu engkau akan dihajarnya ! Tahukah engkau, bahwa guruku merupakan tokoh sakti dari rimba persilatan Ang See Kiam Tu Li Sing tertawa.
„Aku tahu……. Aku tahu………!” katanya.”
Memang gurumu seorang tokoh sakti didalam rimba persilatan!
Justru itu, aku bermaksud untuk bertemu dengan dia.
Katakanlah, dimana sekarang ini gurumu tengah bersembunyi ?”
Muka Oey Yok Su berobah merah, dia mendongkol melihat orang tetap tidak mempercayai keterangannya.
„Sudah kukatakan sejak tadi” katanya.
„Bahwa guruku sedang tidak berada disini……. aku sendiri tidak tahu dimana guruku itu kini berada, karena waktu aku terbangun dari tidurku, justru suhu sudah tidak ada…!”
Ang See Kiam Tu Li Sing telah mengawasi Oey Yok Su dengan sorot mata tajam, dia melihat anak itu tidak berdusta, karena sikapnya bersungguh-sungguh.
„Baiklah, nanti jika gurumu telah kembali, engkau katakan kepadanya, bahwa aku Ang See Kiam Tu Li Sing ingin sekali bertemu dengannya…!”.
Oey Yok Su mengangguk.
„Ya, aku akan sampaikan, dan juga aku akan memberitahukan bahwa aku telah diberi upah olehmu…!”. .
„Diberi upah ?” tanya Ang See Kiam Tu Li Sing heran, dia mengawasi anak itu.
Oey Yok Su tertawa getir.
„Ya, upah dua kali dihajar jungkir balik……….!” menyahut ! Oey Yok Su.
Seketika pecah tawa Ang See Kiam, dia kemudian menjejakkan kakinya, tubuhnya berkelebat dan lenyap dalam kegelapan.
Untuk sejenak Oey Yok Su berdiri ditempatnya dengan tidak mengerti. Apakah Ang See Kiam Tu Li Sing itu sahabat atau musuh gurunya? Dilihat kepandaiannya, dia begitu gagah dan liehay.
Setelah berdiam sesaat lamanya lagi dipekarangan tersebut, Oey Yok Su masuk kembali kedalam kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya dipecmbaringan memejamkan matanya, namun dia tidak berhasil untuk tidur, karena dia jadi gelisah, sebegitu jauh gurunya masih juga belum muncul. Kemana perginya sang guru itu ?
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 08)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar