SEDANGKAN Bian Kie Liang mengeluarkan suara dengusan, tak mengucapkan sepatah kata….. tiba2 tubuhnya melompat melancarkan serangan yang cepat dan kuat. Tubuh Bian Kie Liang bergerak secara aneh seperti menyambar kearah kiri, tetapi serangan itu justru menuju kearah kanan.
Serangan yang dilakukannya itu membingungkan Auwyang Hong, karena ia sama sekali tidak mengetahui arah mana yang, hendak dijadikan sasaran oleh lawannya.
Sedangkad Ong Tiong Yang yang menyaksikan pertempuran itu, diam2 merasa kuatir akan keselamatan Auwyang Hong, karena ia mengetahui bahwa Bian Kie Liang adalah seorang jago tua yang memiliki kepandaian tinggi sekali.
Serangan yang dilakukannya itu membingungkan Auwyang Hong, karena ia sama sekali tidak mengetahui arah mana yang, hendak dijadikan sasaran oleh lawannya.
Sedangkad Ong Tiong Yang yang menyaksikan pertempuran itu, diam2 merasa kuatir akan keselamatan Auwyang Hong, karena ia mengetahui bahwa Bian Kie Liang adalah seorang jago tua yang memiliki kepandaian tinggi sekali.
Disaat itu Ong Tiong Yang menarik napas dalam-dalam, ia menyalurkan kekuatan lwekangnya pada hudtimnya. Karena jika Auwyang Hong mengalami ancaman bahaya, ia akan segera mempergunakan hudtimnya itu untuk menyerang, guna menolongi Auwyang Hong.
Keadaan seperti itu memang cukup tegang, karena tampaknya Bian Kie Liang melancarkan serangan dengan kekuatan tenaga lwekang penuh tidak segan2 lagi
Bian Kie Liang berkata dengan suara dingin: „Jika engkau tidak mau mengatakan dimana sekarang ini Lo Sin situa bangka itu berada, biarlah aku akan membinasakan dirimu………..!”
Dan Bian Kie Liang ber-siap2 melancarkan serangan berikutnya, namun Ong Tiong Yang telah menghadang didepan Auwyang Hong menghadapi Bian Kie Liang, sambil katanya dengan suara yang sabar : „Tahan…….!”
Mata Bian Kie Liang jadi berkilat tajam.
„Kau hendak mencampuri urusanku?” bentak Bian Kie Liang dengan suara yang tawar.
Tetapi Ong Tiong Yang membawasikap yang tenang ia berkata dangan suara yang tetap sabar: „Tahan dulu…. jika memang. Lopeh terus-terusan mendesak, berarti Lopeh tidak mengindahkan kedudukan Lopeh, bukankah dengan demikian sebagai orang golongan Ciapwe, maka Lopeh akan menampar muka sendiri ………….?”
Ditegur begitu oleh Ong Tiong Yang, tampak Blan Kie Liang berkata tawar : „Aku tidak maemperdulikan kedudukan dan gelaran, kalau rnemang anak muda itu tidak mau menurut perintahku, biarlah akan ku-potong2 tubuhnya, engkau tidak perlu mencampurinya………!”
Mendengar ancaman Bian Kie Liang, Ong Tiong Yang tersenyum sabar, katanya : „Sejak tadi Pinto melihat Lopeh selalu membawa sikap yang keras, walaupun berurusan dengan kaum Boanpwe, ternyata Cianpwe tidak mengindahkan kedudukanmu,….. tidakkah itu menimbulkan perasaan malu? ”
Mendengar sampai disitu, rupanya Bian Kie Liang tidak bisa mempertahankan kesabarannya, dengan mata beringas ia membentak : „Kau mau menyingkir atau tidak ?”
Tampak Ong Tiong Yang tertawa tawar.
Bian Kie Liang sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya, ia mengeluarkan suara seruan nyaring, tahu2 kedua tangannya diulurkannya, maksudnya hendak mencengkeram Ong Tiong Yang.
Ong Tiang Yang memiliki sinkang dari aliran putih dan lurus, maka serangan Hudtimnya merupakan serangan bisa menindih kekuatan sesat yang dimiliki, Bian Kie Liang.
Terpaksa Bian Kie Liang melompat mundur dari tempatnya, karena jika tidak tentu perutnya akan tertotok oteh bulu2 hudtim tersebut.
Diwaktu itu Auwyang Hong berkata deagan dingin kepada Ong Tiong Yang : „Totiang, minggir, biar aku yang menghadapinya !”
Dan sambil berkta begitu, ia melompat kedepan melintang didepan Ong Tiong Yang.
Gerakan yang dilakukan Auwyang Hong membuat Ong Tiong Yang terkejut, cepat2 ia menarik pulang Hudtimnya.
Auwyang Hong telah menekuk kedua kakinya, ia mengambil sikap berjongkok.
Sikap yang diperlihatkan Auwyang Hong membuat Bian Kie Liang dan Ong Tiong Yang jadi heran.
Mareka tidak tahu entah apa yang hendak diiakukan Auwyang Hong.
Waktu itu tampak Auwyang Hong sambit berjongkok seperti itu telah mengeluarkan suara „Ngrokkkk….., ngroookkkk…..” beberapa kali, dan tahu2 kedua telapak tangannya didorongkan kepada Bian Kie Liang.
Semula Bian Kie Liang hanya berdiri tertegun melihat kelakuan Auwyang Hong, namun akhirnya ketika melihat pemuda itu mempergunakan kedua telapak tangannya mendorong seperti itu, ia jadi terkejut sekali.
Karena gulungan angin Yang kuat dan santer telah, menyambar kearah dirinya.
Cepat-cepat Bian Kie Liang, telab menangkis dengan mengibaskan tangannya.
Tetapi tidak urung waktu tenaga mereka saling bentur, tubuh Bian Kie Liang jadi ter-huyung2 tiga langkah kebelakang.
Sedangkan Auwyang Hong sendiri mengalami hal yang kurang menggembirakan.
Tubuh yang dalam keadaan berjongkok itu terpental dan terjengkang kebelakang.
Untung saja Auwyang Hong cukup gesit dan cepat sekali bisa mengerahkan tenaganya,
Disaat itu, tampak Bian Kie liang telah berdiri dengan mata terpentang lebar2.
„Apakah ilmu silatmu seperti itu juga di ajarkan situa bangka Lo Sin kepadamu ?”
Auwyang Hng mengeluarkan suara tertawa
„Engkau tiidak perlu menanyakau perihal guruku, karena percuma saja.
Jika memang guruku barada disini, tentu dengan mudah kau akan dihajarnya hingga babak belur……….!”
Mendengar ejekan Auwyang Hong, Bian Kie Liang meluap darahnya, dengan cepat menggerakkan kedua tangannya, berusaha mencengkeram batok kepala Auwyang Hong.
Namun Auwyang Hong berkelit dengan cepat, dan Ong Tiong Yang yang berada disamping Auwyang Hong mempergunakan Hudtimnya menyerang tubuh Bian Kie Liang.
Dengan demikian terpaksa Bian Kie Liang harus menarik kembali serangannya karena jika ia meneruskan serangannya kepada Auwyang Hong, jelas ia sendiri akan menjadi korban totokan Hudtim yang dilancarkao Ong Tiong Yang dimana jalan darah pada pinggangnya akan ter totok oleh bulu-bulu Hudtim tersebut.
Bian Kie Liang menggerakkan kedua tangannya yang diangkat keatas, ia memusatkan seluruh kekuatan lwakangnya pada kedua telapak tangannya dan melakukan serangan, serangan yang dilakukannya itu menimbulkan angin berkesiuran keras.
Tetapi Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang telah bersiap sedia, cepat2 mereka melompat mengelakkan diri dengan gerakan yang gesit, sehingga serangan yang diiancarkan Bian Kie Liang jatuh ditempat kosong, dan yang menjadi korban pukulan tersebut adalah meja yang terdapat disitu.
Segera terdeogar suara „Brakkkk……!” keras sekali, dimana segera terlihat meja itu hancur terpukul oleh serangan Bian Kie Liang, bahkan kayu2 meja itu telah menjadi ber-keping2.
Hal itu merupakan peristiwa yang mengejutkan sekali, sebab bisa dibayangkan betapa hebat tenaga serangan yang dilakukan Bian Kie Liang.
Ong Tiong Yang tercekat hatinya, sedangkan Auwyang Hong tetap membawa sikap yang periang.
Melihat serangannya tidak berhasil mengenai sasaran, dengan tidak sabar Bian Kie Liang telah membentak: „Ayo kita mulai lagi….!”
Auwyang Hong yang melihat sikap lawannyayang tidak sabar, talah mengeluarkan suara tertawa mengejek dia berkata dingin: „Hmm, apakah engkau telah yakin bahwa kepandaianmu bisa dan sanggup menghadapi menandingi kepandaian kami?”
Ditanya begitu muka Bian kie Liang jadi berobah merah padam, memancarkan nafsu membunuh, ia juga berjingkrak sambil katanya dengan keras: „Baik aku akan membuktikan kepada kalian, siapa adanya Bian Kie Liang.
Dan setelah berkata begitu, dengan cepat Bian Kie Liang menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dengan gerakan yang sangat cepat, kedua tangannya telah melnncarkan serangan.
Tangan kanannya melancarkan serangan kepada Auwyang Hong, tangan satunya menyerang Ong Tiong Yang.
Waktu diserang, Auwyang Hong mengambil sikap berjongkok dan menekuk kedua kakinya seraya mengeluarkan suara seperti kodok menggerok, dan tahu-tahu kedua tangannya didorongkan menangkis serangan yang dilancarkan Bian Kie Liang. Terdengar suara benturan yang kuat, tetapi kali ini tubuh Auwyang Hong tidak sampai terguling hanya ber-goyang2 saja. Tubuh Bian Kie Liang juga tidak terpental, hanya tergetar sejenak.
Yang Iuar biasa, justru Bian Kie Liang sekarang menghadapi dua orang jago muda usia namun memiliki kepandaian tinggi sekali, dimana ia pun tidak berhasil merubuhkannya. Hal ini membuat Bian Kie Liang jadi penasaran sekali.
Disaat itu, tampak Bilan Kie Liang dengan penasaran mengeluarkan suara bentakan yang nyaring dan melancarkan serangan yang lebih gencar lagi.
Setiap serangan dilakukannya merupakan jurus2 yang mengandung hawa mematikan.
Maka dari itu Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong tidak berani terlalu ceroboh untuk menghadapi serangan Sie Hun Bian yang berangasan ini.
Begitulah, cepat sekali mereka telah bertempur beberapa puluh jurus dalam sekejap mata saja telah dilewatkan.
Auwyang Hong memperoleh kenyataan ilmu kodoknya, yaitu Ha Mo Kang tidak memberikan hasil.
Selanjutnya Auwyang Hong menghadapi lawannya ini dengan mempergunakan ilmu lainnya. Dengan mengeluarkan suara siulan yang nyaring, tampak Auwyang Hong berdiri dikaki kanannya, sedangkan kaki kirinya diangkat, jadi ia berdiri dikaki tunggal
Gerakan seperti itu adalah gerakan yang mirip dengan jurus Kim Kee Tok Pit atau Ayam Emas berdiri dengaa kaki tunggal. Namun justru yang luar biasa, sambil berdiri dikaki tunggalnya itu, Auwyang Hong ber-putar2 tidak hentinya. Tubuhnya seperti juga sebuah gasing saja.
Bian Kiit Liang yang melihat cara bertempur Auwyang Hong aneh, jadi tertegun kembali, iapun harus berpikir keras, berusaha mencari jalan untuk merubuhkan lawannya.
Pertempuran begitu serunya, mereka saling gempur dengan menggunakan tenaga yang besar karena harus saling mengimbangi serangan2 lawannya secara bergantian.
Pertempuran seru ini berlangsung dalam waktu yang panjang, akhirnya kedua jagoan muda inipun terdesak dan jatuh dibawah angin.
Bian Kie Liang teerus melancarkan serangan2-nya, tenaga serangan yang dilancarkan oleh Bian Kie Liang memaksa Ong Tiong Yang maupun Auwyang Hong selalu harus main mundur.
Namun Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong tidak menyerah mereka selalu membarengi dengan melancarkan serangan balasan, walaupun setiap serangan mereka akhirnya selalu berhasil dipunahkan Bian Kie Liang.
Begitulah, ketiga orang ini bertempur hampir seratus jurus lebih, tetapi Bian Kie Liang hanya berhasil mendesak kedua lawannya tanpa sanggup untuk merubuhkannya.
Waktu pertempuran tengah berlangsnng dengan seru, tiba2 berkelebat sesosok bayangan biru. Dan ditempat tersebut telah bertambah Iagi dengan seseorang.
Ong Tiong Yang telah mengelakkan diri dari serangan Bian Kie Liang, ia mempergunakan kesempatan tersebut untuk melirik, segera ia mengenali orang baru datang itu ….. yang tidak lain adalah sigadis she Lie…….!
Auw Yang Hong juga rupanya telah malihat kedatangan Lie Siu Mei, ia menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya untuk mendesak Bian Kie Liang, dan waktu lawannya itu melompat mundur, Auwyang Hong berkata : „Nona Lie, tidakkah engkau ingin membantui kami menghajar kambing tua ini ?”
„Lie Siu Mei yang berdiri tiga tombak dari gelanggang pertempuran itu mengeluarkan suara tawa yang nyaring, merdu sekali suara tertawanya, dan ia pun berkata dengan suara yang manis dan lembut : „Sayang sekali aku tidak memiliki kepandaian yang berarti jika memang aku ikut bertempur, jangan2 nanti aku akan terluka dan terbinasa ditangan situa bangka itu !”
Mendengar dirinya pulang pergi disindir sebagai situa bangka, muka Bian Kie Liang jadi merah padam karena gusar, ia memperhebat serangannya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.
„Haya…., haya….., kalian harus huti-hati !” teriak Lie Siu Met sambil tertawa kecil.
Dan sambil berteriak begitu, seperti orang kaget, tangan kanannya juga ber-gerak2 seperti menunjuk.
Bian Kie Liang terkejut, karena ia merasakan menyambarnya angin serangan dari senjata rahasia dibelakangya.
Hal itu membuat Bian Nie Liang harus menunda serangannya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang, untuk mengelakkan diri dari samberan senjata rahasia tersebut.
Sambil berjongkok memiringkan tubuhnya Bian Ki Liang mengibaskan lengan bajunya, maka samberan senjata rahasia itu ternyata adalah belasan batang jarum, telah gagal mengenai sasarannya dan runtuh keatas tanah.
Rupanya sambil meng-gerak2-kan tangannya Lie Siu Mei melancarkan serangan dengan senjata rahasianya itu untuk membantui Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong, memecahkan perhatian Bian Kie Liang.
Se-konyong2 Bian Kie Liang menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya seperti terbang cepat sekali melesat kesamping sigadis.
Belum lagi kedua kakinya menginjak tanah, justru ia telah membarengi melancarkan serangan dengan mempergunakan telapak tangan kanannya.
Lie Siu Mei yang tidak menyangka bahwa Bian Kie Liang akan melompat kedekatnya, telah berusaha mengelakkan diri.
Tetapi serangan datangnya begitu tiba-tiba sekali, membuat Lie Siu Mei walaupun ia berkelit dengan cepat, tidak urung pundaknya kena keserempet telapak tangan Bian Kie Liang.
Lie Siu Mei mengeluarkan suara jeritan yang cukup nyaring, sedangkan Bian Kie Liang tampak melompat lebih dekat lagi melancarkan serangan kepada sigadis yang telah berhasil diserangnya. Kembali Lie Siu Mei menjerit kesakitan, ia berusaha menggerakkan kedua tangannya, untuk balas menyerang.
Tetapi Bian Kie Liang melancackan serangannya begitu cepat, dengan sendirinya kembali Lie Siu Mei harus terpental oleh desakan tenaga serangan yang begitu keras dan kuat.
Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong yang melihat keadaan Lie Siu Mei terancam bahaya tidak kecil, cepat2 melompat dan membantui sigadis, dengan melancarkan serangan yang berbareng kepada Bian Kie Liang.
Serangan yang dilakukan aleh Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong memang bisa membendung tenaga serangan Bian Kie Liang, sebab jago tua itu terpaksa harus menghadapi serangan vang dilancarkan Auwyang Hong dan Ong Tjong Yang.
Mempergunakan kesempatan itu, tampak Lie Siu Mei menjejakkan kakinya menjauh dari Bian Kie Liang, wajah sigadis agak pucat, tubuhnya menggigil, tadi ia nyaris terluka ditangan si jago tua yang ganas dan berangasan itu.
Waktu itu Bian Kie Liang melimpahkan keganasan dan kemendongkolan hatinya kepada Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong. Dimana serangan2 yang dilackarkannya lebih dahsyat dari yang tadi.
Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong jadi terdesak hebat.
Napas Ong Tiong Yang juga mulai memburu, sedangkan wajah Auwyang Hong mulai dikucuri oleh keringat yang deras sekali. Mereka berdua sangat letih sekali.
Bian Kie Liang yang melihat keadaan kedua lawanya itu, jadi girang.
la te!ah memperdengarkan suara mendengus dan kemudian katanya dengan suara yang tawar: „Hari ini jika aku Bian Kie Liang tidak bisa membinasakan dirimu, biarlah aku tidak akan mengembara lagi di dalam rimba persilatan…!” dan sambil berkata begitu, kedua tangannya berkesiuran lebih cepat dan kuat.
Lie Siu Mei yang tadi mengalami hal yang kurang menggembirakan, dimana dirinya nyaris terluka ditangan Bian Kie Liang, sekarang tidak berani terlalu dekat dan ia tidak be rani menimpukkan senjata rahasianya lagi, sebab gadis itu melfhat tenaga dalam yang dimiIiki, Bian Kie Liang telah mencapai tingkat tinggi sekali.
Auwyang Hung dan Ong Tiong Yang diam2 telah mengeluh didalam hatinya, karena mereka tidak pernah menyangkanya bahwa Bian Kie Liang merupakan seorang jago tua yang benar2 memiliki kepandaian demikian tinggi.
Tetapi sekarang mereka telah terlibat dalam pertempuran seperti ini, memaksa Ong Tiong Yang maupun Auwyang Hong harus berusaha mengeluarkan seluruh kepandaian yang ada pada mereka untuk melindungi diri masing2.
Disaat itu, Auwyang Hong yang merasakan tenaganya telah banyak berkurang, tengah memutar otak, sampai akhirnya waktu ia merasa jika bertempur sepuluh jurus lagi dirinya akan rubuh ditangan Bian Kie Liang, dan tidak bisa meaghadapi serangan selanjutnya dari lawannya.
Auwyang Hong memikirkan sebuah daya.
Dengan mengeluarkan suara bentakan keras ia melancarkan serangan kearah dada Bian Kie Liang, waktu Bian Kie Liang meloncat mundur mengelakkan diri, kesempatan itu dipergunakan oleh Auwyang Hong itu untuk menyingkir.
la pun berkata dengan suara nyaring: „Tahan, aku hendak bicara… !”
„Katakanlah!” seru Bian Kie Liang dengan suara yang tawar.
„Aku bersedia mengatakan dimana beradanya guruku sekarang ini……..!” kata Auwyang Hong.
Muka Bian Kie Liang berubah berseri sejenak, tetapi kemudian jadi ganas dan bengis kembali.
„Cepat kau katakan, dimana kini gurumu itu berada?” tergur Bian Kie Liang dengan suara yang keras dan mantap tajam sekali.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 43)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar