DENGAN memakai topeng seperti itu, Ong Tiong Yang bertiga dengan Auwyang Hong dan Bian Kie Liang tidak melihat wajah lelaki yang baru muncul itu. Mereka juga telah melihat betapa orang itu datang dengan gerakan yang ringan dan gesit sekali, suara langkah kakinya hampir tidak terdengar jika memang buka nnya mereka mempunyai pendengaran sangat tajam sekali.
Diwaktu itu tampak Auwyang Hong berusaha berteriak :„Paman, inilah Bian Kie Liang yang perlu dibasmi……..!”
Bian Kie Liang tertawa mergeiek.
„Hemm……., engkau tidak perlu menggertak aku….orang itu bukan sahabatmu dan juga engkau tidak mengenalnya !” kata Bian Kie Liang.
Diwaktu itu tampak Auwyang Hong berusaha berteriak :„Paman, inilah Bian Kie Liang yang perlu dibasmi……..!”
Bian Kie Liang tertawa mergeiek.
„Hemm……., engkau tidak perlu menggertak aku….orang itu bukan sahabatmu dan juga engkau tidak mengenalnya !” kata Bian Kie Liang.
Sedangkan orang yang menutupi mukanya denogan secarik kain merah, telah mempererdengarkan suara dengusan mengejek sambil katanya dengan dingin : „Memang aku tidak kenal dengan kalian bertiga !” Setelah berkata begitu orang bertopeng merah tersebut berdiri ditempatnya tanpa bergerak, ia hanya menyaksikan jalannya pertempuran tersebut.
Auwyang Hong yang sesungguhnya hendak menggertak Bian Kie Liang, jadi kecele karena orang itu membuka maksudnya, ia jadi mendongkol sekali, maka katanya : „Jika dilihat dari cara engkau berpakaian seperti itu, tentunya engkau seorang ………” dan Auwyang Hong tidak meneruskan perkataanya.
„Seorang apa ?” tanya orang bertopeng merah itu ingin mengetahuinya.
„Aku tidak berani mengatakannya………!”
„Kenapa ?”
„Aku kuatir engkau akan marah ?” „Apakah engkau ingin mengeluarkan kata “
kata-yang kurang ajar ?”
„Tidak !”`
„Lalu mengapa engkau kuatir aku nanti memarahimu ?” tanya orang itu lagi.
„Justru aku kuatir setelah hal yang sebenarnya kukatakan, engkau akan marah padaku”
„Jika memang demikian, katakanlah…….!” kata orang bertopeng merah itu.
„Hmmm……..,” dengus Auwyang Hong, yang kemudian disusul dengan suara tertawa dinginnya. „Aku tidak yakin engkau tidak akah marah……!” dan baru berkata sampai disitu ia harus mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan Bian Kie Liang.
„Jika bukan perkataan kurang ajar, aku ……. tentu tidak akan marah…….!”
„Baik, aku hendak mengatakan, jika dilihat dari cara engkau berpakaian seperti itu, tentunya atau se-tidak2nya engkau ini adalah seorang banci…!”
Orang bertopeng merah itu telah mengeluarkan suara seruan mengandung kemarahan, tubuhnya juga bergerak sedikit, rupanya tergetar menahann perasaan marahnya, tetapi ia telah memperdengarkan suara tertawa dinginnya dan katanya: „Baiklah, nanti setelah engkau selesai bertempur dengan orang itu, aku hendak meminta pertanggungan jawabmu, apakah memang benar benar aku seorang banci…….!”
Setelah berkata begitu, orang yang memakai topeng warna merah itu telah berdiri ditempatnya mengawasi jalannya pertempuran tersebut.
Bian Kie Liang yang melihat bahwa orang yang bertopeng merah itu bukan kawan Auwyang Hong maupun Ong Tiong Yang, hatinya jadi tenang.
Orang bertopeng merah itu ber-ulang kali mengeluarkan suara dengusan, lalu katanya : „Bian Kie Liang, apakah gelaranmu sebagai Sie Hun Bian masih bisa dipergunakan terus …….”
Bian Kie Liang jadi terkejut.
Mendengar dari kata-katanya, orang bertopeng merah itu rupanya kenal padanya.
Tampaknya ia memandang rendah padanya
Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang, namun sambil melancarkan serangannya, ia menegur :„Siapa engkau
„Aku ?”
„Ya…!”
„Aku adalah aku!”
„Aku ingin mengetahui nama dan gelarmu!”
„Sayang sekali aku tidak biasa memberikannya sekarang ini….!”
„Kenapa begitu?”
„Bukankah anak muda itu telah mengatakan aku seorang banci, aku ingin memperlihatkan kepadanya nanti, apakah aku ini memang sama seperti apa yang disebutkannya atau memang perkataannya itu yang salah se-tidak2nya aku ingin sekali untuk merobek mulutnya yang lancang itu…. !”.
Bian Kie Liang tertawa tawar, katanya : „Jika memang engkau merasa tidak seperti yang dikatakan pemuda itu, mengapa engkau tidak berani menyebutkan nama dan gelarmu?”
„Hemm….., nanti juga engkau akan mengeta huinya……!” sahut orang bertopeng merah itu.
„Tetapi apa yang kusaksikan sekarang ini, justru memperlihatkan bahwa kepandaian mu tidak memperoleh kemajuan sama sekali di bandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu…!”
„Hemm……, nanti setelah aku membereskan kedua anak domba ini, aku ingin meminta pengajaran darimu…..!” kata Bian Kie Liang dengan suara mendongkol.
„Boleh…, boleh……, namun aku sangsi dan tidak yakin bahwa engkau bisa merubuhkan kedua bocah itu…….!” kata orang bertopeng merah itu.
„Mengapa begitu ?”
„Kapandaian mereka tinggi dan cukup liehay, sedangkan kepandaianmu tidak memperoleh kemajuan dalam sepuluh tahun belakangan ini, dengan demikian, aku yakin bahwa engkau tidak mungkin bisa merubuhkan kedua anak muda itu……..!”
„Baik, baik, aku akin memperlihatkan kepadamu bagaimana caranya Bian Kie Liang mewberikan pelajaran kepada mereka!” Dan setelah berkata begitu, serangan2 yang dilancarkan oleh Bian Kie Liang jadi semakin kuat.
Angin serangan kedua telapak tangannya itu berkesiuran menderu-deru.
Tetapi orang bertopeng merah itu mengawasi jalannya pertempuran tersebut dengan berulang kali memperdengarkan suara tertawa dingin.
Disamping itu, juga terlihat betapa 0ng Tiong Yang dan Auwyang Hong melancarkan serangan lebih baik, karena setelah bertempur sekian lama diantara mereka telah terjalin hubungan kerja sama yang lebih baik, dimana mereka melancarkan serangan secara bergantian dan juga saling melindungi.
Orang bertopeng merah itu mengeluarkan suara tertawa mengejek berulang kali.
Bian Kie Liang merasakarn dadanya seperti juga ingin meledak mendengar ejekan yang dilontarkan oleh orang bertopeng merah tersebut.
Tetapi ia tengah melakukan pertandingan yang tidak bisa ditunda-tunda dengan Auyang Hong dan Ong Tiong Yang, dengan sendirinya tidak bisa ia memecahkan perhatiannya untuk melampiaskan kemendongkolannya kepada orang bertopeng itu.
Saat itu tampak orang bortopeng merah itu berkata dengan suara dan sikap tidak acuh : „Ambil Iangkah tiga dim dikanan dan pukul disebelah atas Tan Tian dua dim……!”
Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang waktu itu tengah melancarkan serangan mereka, tetapi mendengar perkataan orang bertopeng merah tersebut, mereka jadi merandek, dan dasarnya memang cerdas, maka cepat sekali mereka bisa menangkap maksud orang bertopeng merah itu, yang kata-katanya merupakan petunjuk yang ditu jukan kepada mereka berdua.
Maka Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong merobah kedudukan mereka, keduanya berusaha untuk melancarkan serangan menurut yang dikatakan oleh orang bertopeng me rah itu.
Hasil yang diperoleh Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang memang luar biasa, ketika itu terlihat betapa Bian Kie Liang berhasil didesak mundur oleh serangan mereka.
Keadaan demikian menggembirakan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.
„Lalu apa yang harus kami lakukan lagi?” tanya Auwyang Hong cepat.
Agar aku bisa segera berurusan dengan kau setelah membereskan kambing tua ini…..!”
Orang bertopeng merah itu telah memberikan petunjuk-petunjuknya pula.
Dan Auwyang Hong maupun Ong Tiong Yang menurutinya.
Bian Kie Liang kewalahan menghadapi serangan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang yang menuruti petunjuk2 dari orang bertopeng merah itu. Dengan demikian membuat Bian Kie Liang jadi terkejut dan penasaran sekali.
Waktu suatu kali ia mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang, Bian Kie Liangtelah berteriak: „Jika memang tanganmu gatal, silahkan engkau sendiri maju untuk main-main denganku, jangan mengambil sikap pengecut seperti itu …….!”
Orang bertopeng merah itu tertawa dingin, tetapi dia tetap memberikan petunjuk-petunjuknya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.
Semakin lama Bian Kie Liang jadi semakin terdesak dan sibuk mengelakkan diri kekiri dan kekanan, tidak jarang Bian Kie Liang harus melompat kebelakang sejauh beberapa tombak. Hal ini disebabkan ia memang jadi kewalahan dan jatuh dibawah angin setelah Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang melancarkan serangan mereka menuruti petunjuk2 yang diberikan oleh orang bertopeng merah tersebut.
Tampak Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang bersemangat saja, terlebih lagi orang bertopeng merah itu terus juga memberikan petunjuknya.
Keringat memenuhi sekujur tubuh Bian Kie Liang, sampai akhirnya ia mengeluh juga, karena jika ia mempertahatakan keadaan seperti ini terus-menerus, tentu dirinya sendiri yang bisa celaka, disamping itu, jelas ia yang akan jadi pecundang.
Dalam suatu kesempatan, Bian Kie Liang melompat mundur menjauhkan diri, ia memutar tubuhnya sambil berseru : „Nanti aku akan datang mencari kalian…….!” dan ia terus melarikan diri dalam sekejap mata lenyap dari pandangan.
Orang bertopeng merah itu tertawa keras.
Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang menghampirinya, mereka merangkapkan sepasang tangannya mesnjura memberi hormat kepada orang bertopeng merah Itu, sambil mengucapkan terima kasih karena mereka telah memperolehlz petunjuk dari orang bortopeng merah ini.
Tetapi disaat Ong Tiong Yang dan Auw Yang Hong tengah menjura memberi hormat, justru orang bertopeng merah itu mengibaskan tangannya.
Hebat kesudahannya ……
Tubuh Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang seperti disampaork oleh suau kekuatan yang tidak tampak, tahu2 tubuh mereka terjungkel sejauh empat tombak.
Untung saja Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang memiliki ginkang yang tinggi dengan sendirinya mareka tidak sampai terbanting ……!
Saat itu Orang bertopeng meragh itu tertawa keras, dan berkata :
Dtsaat itu oCang yang pakgi• topeng merali
„Monyet2-kecil, ternyata kalian tidak memiliki kepandaian apa2, selain memiliki mulut yang kurang ajar …… dasar monyet2 kecil…….!
Auwyang Hong melompat berdiri dan berkata : „Kau :.. kala tadi membantu kami, tetapi sakarang ini mengapa justru memaki kami?”
Ditanya begitu orang bertopeng mengeluarkan suara mengejek : „hemm……., tentu saja aku membantu kalian agar kalian tidak tercelakakan ditangan Bian Kie Liang, sehingga aku bisa membuat perhitungan decngan kalian……!”
Mendengar perkataan orang bertopeng merah itu.
Auwyang Hong tertawa dingin.
„Kalau begitu, apa yang kuduoa ternyata tidak salah !” katanya.
„Tidak salah apanya ?” bentak orang berrtopeng merah itu dengan sorot matanya bersinar tajam, yang terlihat dari kedua lobang topengnya itu.
„Tentu tidak akan meleset apa yang telah kuduga, bahwa engkau…… engkau…….!”
Dan Auwyang Hong tidak meneruskan ucapannya lagi.
„Aku kenapa ?” tanya orang bertopeng merah itu sambil menatap tajam sekali.
„Kau seorang banci… .!” sahut Auw yang -Hong dengan berani.
„Kau. . .?” suara orang bertopeng merah itu terdengar keras sekali, kemudian ia melancarkan serangan dengan tangan kanannya.
Auwyang Hong hanya melihat berkelebatnya tangan orang bertopeng itu, tahu2 muka-nya telah kena dihajar keras sekali oleh tempilingan telapak tangan orang itu.
Keruan saja Auwyang Hong jadi kesakitan tubuhnya melayang ketengah udara.
Tetapi Auwyang Hong berhasil turun ketanah dengan kedua kaki terlebih dulu.
Orang bertopeng merah itu berkata kepada Ong Tiong Yang, dengan suara yang dingin : „Tadi dan sekarang, pemuda itu Yang berani bicara kurang-ajar engkau sebagai kawannya tentu juga seorang tojin yang tidak baik hatinya ……. !”
Dan sambil berkata begitu, tampak orang bertopeng merah itu menggerakkan tangannya dengan gerakan yang cepat sekali, akan melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang.
„Tunggu dulu locianpwe…..!” seru Ong Tiong Yang yang mencegah kehendak orang itu melancarkan serangan, karena Ong Tiong Yang yakin orang ini, adalah seorang tokoh tua yang memiliki kepandaian tinggi sekali.
„Apa, yang hendak kau katakan ?” tegur orang bertopeng merah itu dengan dingin.
„Aku hendak mengatakan babwa Locianpwe telah salah paham, Pinto dan sahabatku ini sesungguhnya bukan manusia2 rendah”
Tetapi……. orang bertopeng merah itu berkata dengan suara yang dingin.
„Hemmm…….alasan apapun yang engkau kemukakan, dalam hal ini janagan harap engkau bisa mengelakkan hajaranku…..!”
Sambil berkata begitu, tampak orang bertopeng merah itu mengerahkan tenaga dalamnya, dan ia melancarkan serangan dengan kuat, Ong Tiong Yang mengetahui hal itu karena angin serangan tersebut berkesiuran kuat Sekali.
Sebagai seorang yang sejak kecil selalu berlatih diri dengan sinkang aliran lurus dan bersih, Ong Yang mengetahui bahwa tenaga Iwekang yang dipergunakan oleh orang itu merupakan ilmu tenaga dalam aliran lurus.
Dan juga disaat itu, Ong Tiong Yang melihat cara menyerang orang tersebut mirip2 seperti ilmu silat dari Siauw Lim Sie.
Tampak Auwyang Hong memaki dengan suara tidak senang : „Manusia banci hanya berani menghina yang muda…….!” tepiaknya.
Orang bertopeng merah itu jadi menahan telapak tangannya yang hendak menyerang Ong Tiong Yang, kemudian ia memutar tubuhnya menghadapi Auwyang Hong.
„Jika memang demikian, engkau rupanya hendak minta dihajar lagi ………”
Lalu belum lagi suaranya itu habis diucapkan tampak ia melompat dan melancarkan serangan pula kepada Auwyang Hong.
Sebenarnya Auwyang Hong telah bersiap sedia hendak menghadapi serangan orang bertopeng merah itu, tetapi gerakan orang tersebut cepat sekali, sehingga tanpa ampun lagi ia telah kena dihajar pundaknya, tubuhnya berguling-guling diatas.
Begitu cepat cara menyerang orang tersebut dimana ia melancarkan serangannya dengan gerakan yang sangat aneh sekali.
Hal ini benar2 membuat Ong Tiong Yang jadi berpikir dua kali untuk berurusan dengan orang tersebut.
Tetapi Ong Tiong Yang juga menyadarinya bahwa ia tidak bisa berdiam diri saja menyaksikan Auwyang Hong disiksa oleh orang bertopeng merah itu.
Maka ia melompat kedekat orang ber topeng merah tesebut, ia juga menggerakkan hudtimnya menyerang punggung orang itu,
Angin serangan hudtimnya berkesiuran kuat orang bertopeng merah tanpa menoleh lagi mengibaskan tangan kanannya, menyampok hudtim Ong Tiong Yang.
Seketika Ong Tiong Yang merasakan betapa telapak tangannya itu, seperti pecah dan pedih sekali, tubuhnya juga tergetar keras.
Waktu itu, orang bertopeng merah menggerakkan tangannya yang satunya, melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang dengan tubuh agak dimirngkan.
Serangan itu di lakukannya sangat cepat sekali, Ong Tiong Yang hanya sempat melihat betapa serangan orang bertopeng merah itu meluncur kearah dirinya, belum lagi ia keburu berkelit, saat itu tampak tubuhnya meluncur ketengah udara terkena serangan yang menyampoknya dengan kuat sekali.
Tetapi disebabkan Ong Tiong Yang memiliki sinkang yang murni dan lurus bersih, la bisa mengendalikan tubuhnya tidak sampai terbanting.
„Lain kali jaga mulutmu yang kurang ajar itu, kali ini aku mengampunimu dengan tidak merobek mulutmu, aku memandang pada tojin muda itu….!” kata orang bertopeng merah, dan ia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat dengan gesit, dalam sekejap mata telah lenyap dari pandangan mata Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong.
Setelah orang bertcopeng merah itu lenyap dari pandangan mereka, Ong Tiong Yang menghela napas.
„Orang itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali……ilmunya sulit dijajaki, entah siapa dia……….?!” setelah berkata begitu, Ong T i o n g Yang menghela napas panjang.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 45)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar