Rabu, 12 Juni 2013

5 Jagoan Luar Biasa ( BAGIAN 45 RENCANA AUWYANG HONG )



AUWYANG HONG tersenyum sinis, tampaknya ia tidak senang menerima perlakuan yang kasar dari orang bertopeng merah itu, maka ia telah berkata dengan suara mengandung kemen dongkolan : „Hemm….., orang itu hanya memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari kita, karena usianyapun lebih tua dari kita, ia dari tingkatan tua. Coba kalau memang kita telah sempat berlatih dari sepuluh atau dua puluh tahun lagi, tentu kita bisa menghadapinya….!”
Ong Tiong Yang tersenyum.
,,Salah jika memang kau memilki pandangan seperti itu, Hengtai,” katanya kemudian. ,,Orang itu memiliki hati yang cukup baik, karena ia tidak menurunkan-tangan keras kepada kita, dan ia telah menolongi kita menghadapi Bian Kie Liang, setelah itu ia pergi begitu saja…..
Tetapi Auwyang Hong tampaknya kurang senang dan ia berkata dengan suara yang tawar: ,,Hemm….., jika dilihat dari gerak geriknya, tentunya orang itu juga bukan manusia balk-baik,” katanya.

„Dan jika kelak aku telah berlatih diri lebih giat dan memiliki kepandaian yang lebih kuat, aku akan mencarinya, untuk meminta pengajaran lagi kepadanya, sayangnya aku tidak bisa melihat wajahnya yang disembunyikan itu, sehingga aku tidak mengetahui entah siapa adanya orang itu ……….?”
Ong Tiong Yang tertawa saja mendengar perkataan Auwyang Hong.
„Mari kita kembali kekota!” katanya mengajak.
Auwyang Hong berdiam sejenak, tampak nya ia ragu-ragu.
„Apakah disana kita tidak akan bertemu dengan Bian Kie Liang ?” tanyanya.
Ong Tiong Yang menganggap bahwa pertanyaan Auwyang Hong ada benarnya-juga.
„Jadi Hengtai ingin pergi kemana ?” tanyanya.
„Entahlah, aku masih belum tahu ……!”
„Lalu jika memang Bian Kie Liang kembali kekota dan nona Lie itu kebetulan kembali kesana, sehingga mereka bertemu, apa yang akan terjadi pada diri nona Lie itu ?”
Ditanya begitu, Auwyang Hong berdiam sejenak. Namun akhirnya ia mengguk-angguk.
„Baiklah, mari kita kembali kesana untuk melibat keadaan …..!”
Dan setelah berkata begitu, ia mendahului Ong Tiong Yang berlari dengan cepat.
Dalam waktu sekejap mata saja, Ong Tiong Yang dan Auw yang Hong telah tiba dirumah makan yang telah mereka tinggalkan tadi.
Setengab harian mereka mencari Lie Siu Mei, tetapi gadis itu tidak berhasil mereka jumpai .
Begitu juga halnya dengan Bian Kie Liang mereka tidak melihat Sie Hun Bian tersebut.
Waktu itu Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang memutuskan untuk bermalam dikota tersebut, mereka telah bermalam disebuah rumah penginapaa yang tidak jauh dari rumah makan itu.
Kiang Bun, teman ber-cakap2 Ong Tiong Yang waktu pertama kali ia mendatangi kota ini, ternyata sudah tidak terlihat mata hidung nya.
Malam itu Ong Tiong Yang tidur dengan nyenyak, karena ia memang letih sekali setelab bertempur begitu lama dengan Bian Kie Liang.
Tetapi waktu menjelang tengah malam. Ong Tiong Tang terbangun dari tidurnya.
la seperti mendengar sesuatu, suara yang perlahan sekali.
Namun sebagai seorang yang telah terlatih benar pendengarannya, segera ia bisa menangkap bahwa diatas genting kamarnya ada dua orang yang tengah berjalan, berlari ringan.
Ong Tiong Yang dengan ringan melompat dari pembaringannya, ia segera mengbampiri jendela dan memasang pendengarannya.
Tetapi orang yang tengah berlari diatas genting itu tidak melompat turun, malah suara larinya itu semakin menjauhi.
Ong Tiong Yang jadi curiga.
la mendengarkan lagi beberapa saat, sampai akhirnya ia melompat keluar dari jendelanya dan melompat naik keatas genting.
Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat, lalu iapun melakukan pengejaran pada orang yang telah berlari begitu jauh sekali.
Dalam keadaan demikian, tampak Ong Tiong Yang memang bersikap hati2 sekali.
Ia telah mengejar orang yang tengah berlari diatas genting itu.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Ong Tiong Yang memang telah mencapai tingkat yang tinggi, sehingga ia bisa mengikuti sosok tubuh yang tengah herlari itu tanpa disadari oleh orang yang tengah diikutinya itu.
Saat itu tampak sosok tubuh yang mergenakan pikaian ringkas berwarna hitam itu telah berlari menuju kearah selatan.
Ketika sampai disebelah pintu Koa dan terpisah dua puluh tombak, orang itu telah melompat turun.
Gerakan orang itu gesit sekali, tetapi Ong Tiong Yang berhasil mengikuti terus dengan baik.
Selama menguntit orang itu, Ong Tiong Yang melihat bentuk tubuh orang itu seperti dikenalnya.
Setelah lewat sekian lama, tampak sosok bayangan itu berhenti didepan sebuah kuil tua yang telah banyak kerusakan disana-sini.
Waktu itu, orang tersebut segera menegur dengan suara yang perlahan : „Mei-moay..!”
,,Auwyang Koko…. engkau telah dataag?” terdengar suara seorang wanita menyahuti dari dalam kuil itu, dan disusul munculnya seorang gadis.
Ong Tiong Yang yang tengah mengintai segera melihat, betapa gadis itu dan pria yang baru datang yang mengenakan pakaian ringkas berwarna hitam tersebut, saling bercekalan tangan, mulut mereka tersenyum dan sinar mata mereka memancarkan cinta kasih.
Yang membuat Oong Tiong Yang terkejut dan heran, dia segera mengenali bahwa wanita itu tidak lain dari Lie Siu Mei, sigadis yang telah bertemu dengannya beberapa kali.
Sedangkan orang yang mengenakan pakaian warna hitam itu, tidak lain dari pada Auwyang Hong!
Tentu saja Ong Tiong Yang jadi heran bukan main, sebelumnya Auwyang Hong maupun Lie Siu Mei selalu memperlihatkan sikap seperti juga diantara mereka terdapat jurang pemisah yang dalam.
Tetapi sekarang justru Ong Tiong Yang telah meayaksikan sikap mereka yang begitu mesra.
Dangan sendirinya hal ini membuat Ong Tiong Yang benar2 tidak mengerti.
Sedangkan Auwyang Hong tampak telah menarik tangan sigadis, katanya dengan suara yang lembut: „Mei-moy… mengapa engkau selalu mempermainkau aku ?”
.„Mempermainkan engkau ? Bukankah engkau sendiri yang mencari urusan seperti itu sahut sigadis dengan suara yang manja.
Auwyang Hong tersenyum.
,,Kau selalu membuat susah hatiku, Mei-moy… tahukan engkau, selama beberapa hari lamanya aku selalu disiksa oleh perasaan rindu ingin bertemu denganmu…… ?”
Lie Siu Mei tertawa juga, manis sekali tertawanya itu.
,,Akupun demikian, Auwyang Koko…….!” kata sigadis manja, bahkan ia telah merebah-kan kepalanya didada sipemuda, dengan sikap yang mesra sekali.
Ong Tiong Yang yang menyaksikan ini, jadi tersenyum sendirinya, ia membuang pandangannya kelain arah dengan pipi yang berobah merah.
Baru saja Ong Tiong Yang ingin meninggalkan tempat tersebut, disaat itu ia mendengar Auwyang Hong berkata : „Mei-moy…….. apakah engkau berhasil menguasai pendeta muda itu ?”
.,Maksudmu Tojin muda itu ?” tanya Lie Siu Mei.
„Yang bernama Ong Tiong Yang itu ………?”
Ong Tiong Yang jadi tercekat hatinya, ia memasang pendengarannya terus, karena ia jadi tertarik ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang itu, bukankah nama nya telah disebut-sebut.
Auwyang Hong waktu itu mengiyakan, dan Lie Siu Mei juga terdengar membuka suara yang agak perlahan : „Aku sebenarnya berhasil menguasainya, jika memang tidak timbul urusan dengan Bian Kie Liang, dimana engkau terlibat didalamnya, aku tentu sudah berhasil menguasai keseluruhannya !”
Ong Tiong Yang jadi heran, entah apa yang dimaksud kedua orang ini, karena ia tahu, bahwa kedua orang tersebut justru tengah mempergunjingkan dirinya.
Malah jika didengar dan dilihat sikap mereka yang begitu mesra, tampaknya mereka telah telah saling kenal lama sekali dan intim.
Waktu itu, Ong Tiong Yang mendengar pula perkataan Auwyang Hong :
,.Benar, justru timbulnya urusan Bian Kie Liang membuat rencana kita berantakan ….!” katanja.
Lie Siu Mei menghela napas.
Kedua muda-mudi itu jadi berdiam ditempat persembunyiannya dengan hati yang berpikir keras , dan mereka tenggelam dalam kemesraan.
Sedangkan Ong Tiong Yang jadi berdiam, ia tidak tahu entah rencana apa yang tengah di laksanakan oleh Auwyang Hong dan Lie Siu Mei.
Tetapi didengar dari nada suara mereka, memperlihatkan bahwa mereka mengandung masksud tidak baik padanya.
,,Auwyang Koko……!” terdengar suara berbisik Lie Siu Mei, ia berbisik dengan suara perlahan namun disebabkan Ong Tiong Yang memiliki pendengaran yang tajam, ia bisa mendengar suara sigadis dengan jelas.
„Hemm……?” sahut sipemuda sambil menundukkan kepala dan mereka te!ah menuju kebawah sebatang pohon liu yang tumbuh di samping kuil itu.
„Sekarang tojin muda itu berada dimana?” tanya si gadis.
,,Masih dirumah penginapan, ia tentu tengah tertidur nyenyak sekali.”
,,Hemm……., jika memang demikian, besok saja kita mulai kembali dengan rencana kita, agar kita bisa menguasai dirinya……..!”
Baiklah Mei-moy tetapi engkau harus melakukannya dengan hati-hati, agar rencana kita, itu berhasil dengan baik,” kata Auwyang Hong.
Pasangan muda-mudi itu terus juga bercakap-cakap dengan mesra.
Sedangkan Ong Tiong Yang yang berada di tempat persembunyiannya diliputi oleh tanda tanya tidak mengerti, ia men-duga2 entah rencana apa yang dimiliki pasangan muda-mudi tersebut.
Dia tidak mengetahuinya dengan jelas, karena waktu justru memang Ong Tiong Yang belum mendengar apa rencana mereka.
Karena tertarik dan ingin sekali mengetahui rencana mereka, sebab urusan menyangkut dirinya.

Ong Tiong Yang tetap bersembuny ditempatnya.
Ia ingin mendenqarkan terus, rencana apakah yang tengah direncanakan oleb pasangan muda-mudi tersebut.
Hanya saja didengar dari percakapan antara Auwyang Hong dengan Lie Siu Mei, memang tampaknya mereka-tengah merencanakan sesuatu yang tidak benar.
Waktu itu, Ong Tiong Yang mendengar lagi Lie Siu Mai berkata :
„Auwyang Koko …… coba kamu jelaskan, sesungguhnya kepandaian Tojin muda itu apakah lebih tinggi dari kau ?” tanya –sigadis.
Ong Tiong Yang mendengar Aauwyang Hong menghela napas.
„Mengenai kepandaian mungkin kami berimbang, tetapi justru ia merupakan murid dari aliran bersih, aku melihat dari sinar matanya dan tenaga lweekang yang dimilikinya, maka dari itu, alangkah menariknya jika kita bisa memperoleh keterangan mengenai pelajaran ilmu sinkang dari aliran putih dan lurus. Sedangkan aku sendiri merupakan murid dari pintu perguruan yang ilmunya agak sesat, seperti ilmu kodokku, yaitu Ha Mo Kang ……. jika memang aku bersih, terus tanpa berusaha mengalihkan kesesatannya itu, tentu akan mencelakakan diriku sendiri. Itulah sebabnva aku meminta bantuan Mei-moy untuk memancing tojin itu, agar ia bersedia memberikan penjelasan mengenai pelajaran sinkang dari aliran bersih, yaitu dari aliran pintu perguruannya . . . . !”
Lie Siu Mei menghela napas dalam2, untuk sejenak lamanya ia tidak membuka mulut, sampai akhirnya ia berkata dengan suara ragu-ragu : „Tetapi jika gagal………..?”
,,Aku mohon kau usahakan jangan sampai gagal…..!” kata Auwyang Hong.
Lie Siu Mei menghela napas lagi, kedua remaja itu tanggelam dalam kebisuan.
Sedangkan darah Ong Tiong Yang tengah bergolak dan hatinya tidak senang setelah mengetahui rencana pasangan muda-mudi itu.
Segera ia menyadari bahwa sigadis rupanya hanya pura2 hendak meminta pertolongannya untuk merujukkan dengan Auwyang Hong rupanya sigadis hanya ingin memancing pelajaran sinkang dari aliran murni lewat mulutnya.
Tentu saja Ong Tiong Yang sama sekali tidak menyangka bahwa Auwyang Hong dan Liu Siu Mei merupakan pemuda-pemudi yang tidak mengenal malu.
Disaat itu, tampak Lie Siu Mei telah melompat berdiri, ia berkata kepada Auwyang Hong : „Baiklah Auwyang Koko, engkau kembali menemui pendeta muda itu, engkau harus membawa sikap agar pendeta muda itu tidak menaruh kecurigaan.
Nanti setelah aku berhasil mengambil hatinya dan rasa kasihannya, iatentu tidak. keberatan untuk memberikan pelajaran sinkang yang dimilikinya!”
Auwyang Hong melompat, ia mengiyakan.
Pasangan muda-mudi itu berciuman dan kemudian berpisa.
Ong Tiong Yang menantikan sampai Auw yang Hong pergi lenyap dari pandangan matanya, baru ia keluar dari tempat persembunyiannya.
Dengan mempergunakan ginkangnya, Ong Tiong Yang kembali kerumah penginapan dan langsung masuk kekamarnya.
Setela berpikir cukup lama, akhirnya Ong Tiong Yang tersenyum dan memejamkan matanya untuk tidur.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 46)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular On Relatemein