ONG TIONG YANG ketika tiba diluar kota, memppergunakan ginkangnya untak berlari dengan cepat, dalam sekejap mata saja melewati belasan lie.
Setelah tiba disebuah persimpangan jalan, dimana dikiri kanannya terdapat banyak sekali pohon-pohon dan juga sawah ladang yang terbentang luas, Ong Tiong Yang baru menghentikan larinya, ia melakukan perjalanan perlahan-lahan menikmati keindahan alam yang terdapat disekitar tempat tersebut..
Setelah tiba disebuah persimpangan jalan, dimana dikiri kanannya terdapat banyak sekali pohon-pohon dan juga sawah ladang yang terbentang luas, Ong Tiong Yang baru menghentikan larinya, ia melakukan perjalanan perlahan-lahan menikmati keindahan alam yang terdapat disekitar tempat tersebut..
Ong Tiong Yang, berpikir keras didalam hatinya: „Didalam dunia ini tampaknya terdapat banyak sekali manusia2 licik dimana ke lurusan seperti ingin ditindih oleh kesesatan……”
Seperti yang terlihat pada si pemuda she Auwyang itu, yang rela berusaha dengan segala daya untuk mencapai maksud hatinya, dengan melupakan Gie (budi) dan Jin (kebijaksanaan) sehingga ia rela memperalat kekasihnya sendiri.
Berpikir begitu Ong Tiong Yang menghela napas dalam-dalam.
Ong Tiong Yang tiba2 menahan langkah kakinya, karena didengarnya dari arah belakang terdengar suara langkah kaki yang perlahan dan ringan sekali.
Ia melihat orang yang tengah berlari mendatangi adalah yang memakai penutup muka secarik topeng merah.
Waktu orang yang memakai penutup muka warna merah itu tiba dibadapannya, Ong Tiong Yang merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, katanya dengan suara yang sabar : „Siapakah sebenarnya Kiesu dan sudikah Kiesu memberitahukan apa keperluan Kiesu membuntuti aku………?”
Setelah tiba dihadapan Ong Tiong Yang, orang bertopeng merah itu berkata: „Sabar jangan mendesak aku dengan pertanyaan2 yang mengandung kecurigaan seperti itu……!” katanya sambil tersenyum.
Ong Tiong Yang juga, tersenyum, katanya : „Jika dilihat dari sepak terjang Kiesu, tampak nya Kiesu memang tidak hendak diketahui orang siapa adanya Kiesu, maafkan kelancangan Pinto yang telah lancang bertanya yang tidak-tidak.
Orang bertopeng merah itu tertawa lagi.
„Tojin muda, engkau demikian muda, tetapi telah memiliki kepandaian yang mengagum kan disamping itu engkaupun memiliki pikiran yang luas dan tindakan yang bijaksana.
Seperti tadi, walau pun engkau telah mengetahui orang she Auwyang itu seorang pemuda yang licik, namun engkau tidak membuatnya malu atau engkau tidak menegurnya………. hal itu menunjukkan bahwa engkau memang seorang imam yang memiliki pikiran yang sangat luas.
Cepat2 Ong Tiong Yang menjura memberi hormat, sambil katanya : „Kiesu terlalu memuji…..!” katanya merendah.
Orang bertopeng merah itu tertawa lagi.
„Aku tertarik sekali melihat sikapmu seperti itu, maka dalam hal ini, aku memang bersedia untuk menjadi sahabatmu.
Ong Tiong Yang terkejut. ,,Kiesu ……..?”
Tetapi belum lagi Ong Tiong Yang selesai dengan perkataannya, justru orang bertopeng merah tersebut telah memotongnya : „Jangan kau memandang rendah kepadaku…. atau memang engkau menganggap aku tidak pantas menjadi sahabatmu ……..?”
Ong Tiang Yang jadi gugup.
„Bukan begitu maksudku, Kiesu …… buka. begitu ….. !” katanya cepat.
,,Kalau demikian berarti engkau tidak keberatan mengikat persahabatan denganku, bukana ?” tanyanya.
Ong Tiong Yang kemudian mengangguk.
,,Baiklah Kiesu …….!”
,,Siapa gelaranmu ?” tanya orang bertopeng merah tersebut.
,.Aku belum memiliki gelaran, sedangkan namaku Ong Tiong Yang…..!”
,,Baiklah Ong Cinjin, untuk selanjutnva engkau bisa memanggilnya dengan Ang Bian (Muka Merah)……..!” katanya sambil tertawa.
„Dan sekarang englau ingin melakukan perjalanan kemana ?”
Ong Tiong Yang menggeleng perlahan, katanya: „Belum kuketahui… . Pinto bermaksud mengembara kemana saja, untuk mencati pengalaman……….!”
Orang bertopeng merah itu, tampaknya kurarg menyetujui pendapat dari Ong Tiong Yang.
,,Kau mengembara untuk mencari pengalaman ?” tanyanya.
Ong Tiong Yang mengangguk. „Benar Kiesu . . . !”
„Tentu saja seorang yang mengerti kepandaian mengembara bukanlah suatu hal yang sulit, namun jika engkau mengembara tanpa tujuan, itupun tidak benar,” kata Ang Bian.
Ong Tiong Yang tertegun.
„Apa maksud Kiesu ?” tanyanya hati2.
„Pinto tidak mengerti maksud Kiesu …. !”
,.Sesungguhnya, jika seseorang yang memiliki kepandaian tinggi dan mela-kukan pengembaraan hanya untuk mencari pengalaman diri senduiri, hal itu bukan berarti hal yang terpuji.
,,Mengapa begitu ?”
„Justru jika seseorang memiliki kepandaian tinggi bermaksud melakukan pengembaraan, untuk dapat mengamalkan kepandaiannya menolongi orang2 yang tengah dalam kesulitan …….,.. !”
Ong Tiong Yang tertawa sambil mengangguk.
,.Memang itu tujuan Pinto………..dan setiap kali Pinto menyaksikan hal yang tidak pantas memang Pinto berusaha untuk tuenyelesaikan.
Orang bertopeng merah itu tersenyum…….
„Baiklah jika demikian,” katanya: „ Tentunya Ong Cinjin tidak akan keberatan untuk membantuku melakukan suatu pekerjaan besar yang mengandung kemuliaan ?”
Ong Tiong Yang jadi tertegun sejenak dan mengerutkan sepasang alisnya.
la hanya melihat sepasang mata orang itu saja yang berkilat dan ia bertanya : „Pekerjaan mulia apa yang dimakasudkan oleh Kiesu ?”
„Pekerjaan suci, kita menolongi orang-orang yang lemah dan dalam ke adaan tertindas” sahuti orang bertopeng merah itu
„Boleh Pinto mengetahui urusan itu ?” tanya Ong Tiong Yang.
„Tentu saja boleh, katanya: „Sesungguhnya aku tengah melakukan suatu pekerjaan untuk menegakkan keadilan, menolongi seseorang yang tengah berada dalam penasaran …….. !”
,,Menolongi orang?” tanya Ong Tiong Yang.
,,Benar………!” sahutnya, jika Ong Cinjin tidak keberatan, aku minta bantuaumu untuk menyelesaikan persoalan tersebut.”
,,Jika memang urusan demi keadilan, tentu Pinto tidak keberatan untuk me ngeluarkan tenaga,” sabut Ong Tiong Yang.
„Baikiah” kata Ang Bian.
,,Tunggu dulu Kiesu, menurut Pinto justeru Kiesu memiliki kepandaian yang tinggi sekali, berada beberapa tingkat diatas kepandaian Pinto sendiri.
,,Bantuan apakah yang bisa Pinto berikan ?”
,,Memang aku memiliki kepandaian yang tidak rendah, tetapi justru lawan-lawan yang harus kuhadapi juga bukan lawan-lawan yang ringan, disamping itu mereka berjumlah banyak.
,,Kita hendak menolongi seorang tokoh rimba persilatan, yang difitnah dan dicelakai orang yang tidak bertanggung jawab…. !”
„Jadi Kiesu hendak mengajak Pinto untuk memolong orang-orang itu ?” tanyanya.
Orang bertopeng merah tersebut mengangguk.
,,Siapakah orang itu Kiesu, bolehkah aku mengetahuinya?” tanya Ong Tiong Yang.
„Sahabat yang ditawan dan dicelakai itu adalah orang she Liong dan hernama It Hauw. Ia merupakan tokoh rimba persilatan yang memiliki nama sangat terkenal karena kapandaiannya yang tinggi, namun orangnya terlalu jujur, sehingga belum lama yang lalu ia telah dicelakai oleh lawan2 nya dengan mencampuri racun pada minumaanya. Dengan demikian ia berhasil ditawan dan kemudian dirusak seluruh tubuhnya, melenyapkan kepandaiannya, sehingga tidak bisa memberikan perlawanan apa2 lawan-lawannya. .
„Hemmm……, jika memang demikian persoalan nya, Kiesu tentunya mengajak aku untuk menghadapi orangorang yang tolah menawan Liong It Hau tersebut ?”
„Tidak salah……..itulah maksudku …. dan orang-orang yang menawan” Liong It Hauw itu sangat banyak jumlahnya. Apakah Ong Cinjin tidak ragu-ragu untuk melakukan hal ini ?” tanya orang bertopeng merah itu.
„Baiklah,” kata Ong Tiong Yang.
„Mari kita berangkat.”
Orang bertopeng itu mengangguk, mereka meninggalkan tempat itu.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 48)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar