SAAT, itu pula Ang Bian memusatkan seluruh kekuatan sinkang yang ada padanya, ia melancarkan totokan dan juga cengkeraman yang cepat, untuk merubuhkan lawannya.
Namun kepandaian Ang Bian masih terpaut sedikit dengan orang bermuka seperti teng korak itu, yang lebih unggul sedikit tenaga sinkangnya, dengan demikian usaha dari Ang Bian yang berusaha mendesak lawannya selau gagal.
Namun kepandaian Ang Bian masih terpaut sedikit dengan orang bermuka seperti teng korak itu, yang lebih unggul sedikit tenaga sinkangnya, dengan demikian usaha dari Ang Bian yang berusaha mendesak lawannya selau gagal.
Sedangkan orang bermuka seperti tengkorak itu, walaupun menang sedikit tenaga sinkangnya, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak pada Ang Bian, karena mereka se-imbang selalu saling tindih dan saling tekan bergantian dengan meaampergunakan sinkang mereka.
Walaupun sinkangnya terpaut :sedikit dengan orang bermuka seperti tengkorak tersebut, tokh Ang Bian memiliki iimu yang aneh-aneh, setiap serangan yang dilarcarkannya memang tidak pernah dapat diduga.
Keadaanseperti ini membuat orang bermuka seperti tengkorak itu jadi penasaran sekali.
Suatu kali ia telah berteriak sambil berjingkrak: „Jika aku Tok Cun Hoa tidak bisa merubuhkanmu, biarlah untuk selanjutnya aku akan meninggalkan rumah ini……!”
Berbareng dengan teriakannya, tampak Tok Cun Hoa atau orang bermuka seperti tengkorak itu, mulai dengan totokan dan juga tikaman jari tangan yang berlainan dibandingkan dengan yang semula, dimana kedua tangannya ber-gerak2 cepat sekali mengincar bagian2 tubuh lawannya yang lemah.
Keadaan demikian membuat mereka tenggelam semakin dalam, karena mereka terlibat dalam pertempuran yang tidak berkeputusan.
Detik-detik seperti itu membuat OngTiong Yang memandang dengan mata lebar, akhirnya jadi nekad.
Ketika melihat tangan Ang Bian saling tindih dengan kedua tangan Tok Cun Hoa, saat itu Ong Tiong Yang menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat ketengah udara dengan gerakan yang gesit sekali.
Gerakan yang dilakukannya merupakan gerakan yang benar2 meyakinkan, karena ia tahu, ia harus menyelinap dibagian yang lemah dari kedua tenaga saling terjang itu.
Ong Tiong Yang bermaksud akan, mempergunakan setail merubuhkan seribu tail.
Dengan caranya seperti itu memang memaksa Ong Tiong Yang harus bertindak dengan tepat.
Yaitu harus menyelinap kebagian yang paling lemah.
Karena sekali saja ia meleset dan melompat ketempat yang salah, kebagian tenaga dalam yang saling berhimpitan, tentu dirinya bisa celaka.
Ang Bian dan Tok Cun Hoa saling menekan, tetapi mereka tidak berhasil merubuhkan lawan masing2, membuat mereka jadi hanya berdiri dengan tangan masing2 melekat satu dengan yang lainnya.
Justru disaat itu Ong Tiong Yang telah melompat ketengah gelanggang dan mempergunakan tangan kiri mendorong perlahan pada sikut tangan Ang Bian, sedangkan tangan kanannya menyentil sikut tangan dari Tok Cun Hoa tahu2 dua kekuatan tenaga lwekang yang tengah saling tindih itu buyar dan kedua tangan dari kedua orang yang tengah salting bertempur itu jatuh ditempat kosong.
Keadaan demikian yang terjadinya begitu tiba-tiba membuat Ang Bian maupun Tok Cun Hoa kaget bukan main, mereka mengeluarkan suara seruan tertahan, dan melompat mundur kebelakang.
Setelah berhesil memisahkan kedua jago yang tengah bertarung itu, yang semula seperti seekor gajah dengan seekor harimau, yang tengah saling terkam, Ong Tiong Yang menghela napas dalam-dalam.
“Sudahilah pertempuran ini……. sudahilah pertempuran yang tidak ada manfaatnya ini ………!” kata Ong Tiong Yang kemudian.
Tetapi Ang Bian maupun juga Tok Cun Hoa telah berkata dengan tawar: “Engkau tidak perlu mencampuri urusan kami……..!”
Melihat kedua orang itu seperti juga memang telah nekad dan bersiap-siap hendak saling terjang lagi, Ong Tiong Yang cepat2 merangkapkan sepasang tangannya, ia membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Ang Bian dan Tok Cun Hoa bergantian.
Dengan memandang muka Pinto, maulah berhenti bertempur …………. janganlah meneruskan pertempuran yang tidak ada gunanya ini……..!”
Tok Cun Hoa trrtawa dingin. ,,Kalian berdua merupakan maling2 kecil yang memasuki rumah orang dengan cara memaksa apakah perbuatan itu perbuatan terpuji…….. ? Sedangkan aku sebagai pemilik rumah ini memang berhak untuk mempertahankan rumahku, mencegah agar tidak ada orang yang berbuat kurang ajar padaku …..!”
Ong Tiong Yang mengangguk sambil tersenym.
,,Apa yang dikatakan oleh Tok Giesu memang benar, kami yang salah……!” kate Ong Tiong Yang.
„Ong Cin jin, kepada manusia monyet seperti dia, kita tidak perlu mempergunakan banyak aturan………minggirlah engkau Ong Cinjin,
biar aku menghajarnaya biar dia tahu rasa………. agar dilain waktu ia tidak bersikap angkuh dan sekebendak bati seperti ini.
Tok Cun Hoa juga membentak : „Ya, kau minggirlah tojin muda, karena jika tidak jangan menyalah aku jika nanti aku kesalahan tangan melukaimu……!”
Melihat keadaan tidak meggembirakan seperti itu, di mana kedua jago-jago ini siap bertempur lagi, Ong Tiong Yang jadi menghela napas dalam-dalam.
,,Baiklah jika demikian,” katanya.
„Kalau kalian memang tidak mau saling mengalah. Pinto juga tidak bisa mengatakan apapun juga hanya sayangnya……….!” dan Ong Tiong Yang tidak mereruskan perkataannya.
„Sayang apa?” tanya Tok Cun Hoa dengan suara yang tawar.
„Ya, sayang apa ?” tanya Ang Bian, yang rupanya juga ingin mendengar kelanjutan dari perkataan Ong Tiong Yang.
Ong Tiong Yang menghela napas, ia tertatawa sambil katanya : „Pinto merupakan tojin muda yang tidak masuk dalam hitungan dimata jiewie Loci anpwe….., tetapi berilah kesempatan kepada Boanpwe untuk menyatakan isi hati boanpwe …….. jika memang dalam urusan ini Lo cianpwe berdua masih tetap melakukan pertempuran, jelas hal tersebut tidak menguntungkan untuk kalian berdua, disamping itu, bukankah sayang tenaga sinkang kalian dihamburkan begitu macam…….? Bukankah lebih baik jika kepandaian dan tenaga yang ada itu dipergunakan sebaik mungkin, yaitu disalurkan untuk melakukan perbuatan2 mulia dan luhur?”
Ang Bian tertawa mendengar perkataan Ons Tiong Yang.
“Benar Ong Cinjin, apa yang engkau kata kan memang benar !” katanya.
Tetapi sebaliknya dengan Tok Cun Hoa, mukanya berubah jadi keras.
“Hemm………., jika memang begitu, engkau ingin mengartikan bahwa aku tadi telah bertanding hanya melakukan kejahatan belaka ?”
“Bukan begitu maksudku,” kata Ong Tiong Yang sabar.
„Lalu apa maksudmu ?” tanya Tok Cun Hoa sambil memandang tajam.
„Pinto merasa sayang jika tenaga dan kepandaian dari kalian berdua dipergunakan untuk hal2 yang tidak memberikan manfaatnya apa2 bukankah lebih bijaksana jika kepandaian kalian dipergunakan untu perbuatan2 baik ?”
Ditanya begitu, Tok Cun Hoa berdiam diri sejenak, tetapi kemudian ia menggelengkan kepalanya sambil katanya : „Tidak…. tidak aku tadi melakukan apa yang bisa kulakukan buat menjaga hakku sebagai pemilik rumah ini.”
Ong Tiong Yang meagangguk.
,.Benar tetapi tidakkah locianpwe merasa malu, jika urusan sekecil itu saja dilakukan untuk bertempur dengan mempergunakan kepandaian yang begitu tinggi…….?”
,,Mengapa barus malu ?”
„Bukankah Pinto telah katakan, jika memang kepandaian itu dipergunakan untuk melakukan perbuatan baik dan penuh keadilan, itu lebib bermanfaat……..?”
„Cisss…….., engkau tidak perlu banyak mengoceh dihadapanku, tojin muda!” kata Tok Cun Hoa kemudian.
,,Kenapa……..?” tanya Ong Tiong Yang sabar.
,,Aku tidak mau mendengar ocehaamu…”
„Menga pa begitu?”
,,Karena ocehanmu itu tidak ada artinya dan engkau hanya berusaha untuk memperdayakan diriku saja, engkau tentu berdiri memihak dipihak kawanmu itu bukankah kalian datang ber-sama2 dan memiliki kesalahan ber-sama2 tentu dengan berbagai alasan engkau hendak membela pihakmu………!”
Ong Tiong Yang menghela napas dalam2.
„Tetapi locianpwe, sesuagguhnya Pinto telah berkata dari hal yang sebenarnya, karena memang Pinto merasa sayang jika kepandaiaa setinggi itu hanya dipergunakan untuk btrtempur menyelesaikan urusan kecil belaka………!”
„Hemm……..,” mendengus Tok Cum Hoa.
,,Karena itu, jika saja locianpwe hendak melakukan urusan besar deogan mempergunakan kepandaian yang tinggi itu, manfaat yang bisa ditarik tentu lebih besar”
Locianpwe telah melatih diri cukup lama untuk memiliki kepandaian vang tinggi seperti itu, dengan demikian mengapa harus mempertaruhkan jiwa bertempur mati2an hanya disebabkan urusan kecil begini……?”
Ditanya begitu, Tok Cuo Hoa jadi tercengang sejenak, tetapi kemudian ia menyahuti : ,,Baiklah, apa saranmu ?”
“Begini, jika saja locianpwe bisa mempergunakan kepandaianmu itu untuk melakukan perbuatan besar membela keadilan, bukankah akan banyak orang yang tartolong dari tidasan sikuat yang jahat.”
,,Hemm……” mendengus Tok Cun Hoa, ia tidak mengatakan apapun juga.
,,Dan juga, jika memang lo cianpwe bisa menyalurkan kepandaian itu untuk membela seseorang yang tengah dalam kesulitan, itu merupakan suatu-pahala dan jasa yang tidak-kecil, dimana lo Cianpwe akan merasa babagia karena bisa menolong seseorang yang tengah dalam kesulitan keluar dari kesulitan itu sendiri……..!”
Tok Cun Hoa telah tertawa tawar.
,,Jika mendengar perkataan kau tojin muda, engkau ingin mempengaruhi diriku…………!”
,,Mempengaruhi diri lo Cianpwe ?” tanya Ong Tiong Yang.
,,Tok Cun Hoa mengangguk, ,,Ya……..!”
,,Mengapa begitu ?”
,,Karena engkau berusaha mempengaruhi diriku dengan kata-katamu…….!”
,,Tetapi Pinto justru tidak memiliki”masud seperti itu !”
,,Hemm……., sekarang ini engkau tidak perlu terlalu banyak mengoceh, tetapi yang jelas aku tidak menyukai kehadiran kalian dirumahku…….!”
,,Jika memang begitu, bukankah kami bisa pergi dari tempat ini ?”
Tok Cun Hoa kembali tertawa dingin, ia melirik kepada Ang Bian, lalu katanya dengan suara yang tawar :
“Apakah kita akan melanjutkan pertandingan kita ?” tanyanya.
Ang Bian juga tertawa dingin.
,,Sudah kukatakan sejak tadi aku banya memandang muka terangnya Ong Cinjin, jika tidak, aku akan mengadu jiwa dengan kau ……!”
“Hemm…….., jika demikian mari kita bertempur lagi!”‘ kata Tak Cun Hoa.
Begitulah kedua orang tersebut jadi berdiri berhadapan lagi, mereka siap untuk bertempur.
Ong Tiong Yang menghela napas dalam2 tampak wajahoya jadi muram.
,,Jika memang kalian tetap dengan peudiriaa kalian, Pinto tidak bisa mengatakan apa-apa……” katanya deagan mengandung penyesalan.
Sedangkan waktu itu tampak Ang Bian telah berkata tawar : ,,Ong Cinjin, kau tunggu sebentar, aku akan membereskan orang ini dulu.”
„Membereskan bagaimana ?” tanya Ong Tiong Yang tidak mengerti.
„Mambereskan orang ini agar ia tidak terlalu jual lagak……!” Dan setelah berkata, Ang Bian bersiap-siap untuk menerjang.
Tetapi Ong Tiong Yang cepat2 berkata :
,,Ang Bian Kiesu, jika memang Kiesu mau memberi muka kepadaku, sudahilah pertempuran itu, mari kita, berangkat meninggalkan tempat ini. Apa saja yang ingin dikatakan oleh Tok Kiesu, jangan diambil dihati….!”
„Tetapi aku tidak mau terlalu menjual lagak !” kata Ang Bian.
Sedangkan Tok Cun Hoa yang mendengar percakapan mereka segera mengeluarkan suara tertawa yang keras.
Ia berkata deagan suara dingin : „Hemm….., jika memang engkau masih penasaran, mari, mari kita main-main sampai seribu jurus lagi……..!”
Tantangannya itu bukan hanya sampai disitu saja, melainkan Tok Cun Hoa membarengi dengan totokan2 jarinya pada tubuh lawannya.
Tetapi Ang Bian tertawa menerima serangan ,yang dilancarkan lawannya.
„Engkau sesungguhnya memiliki kepandaian yang tidak berarti, telah lebih dari seratus jurus kita bertampur, tetapi engkau masih belum bisa merubuhkan diriku, maka mana yang bisa engkau banggakan………..?”
Mendengar itu, tampak Tok Cun Hoa telah berusaha untuk dapat mendesak lawannya dengan hebat.
Namun sejauh itu Ang Bian bisa menghadapinya, dengan mulutnya tidak hentinya meageluarkan suara ejekan.
Kemarahan Tok Cun Hoa telah meluap sampai dikepala, ia berapa kali telah berjingkrak dan tenaga serangannya juga bertambah kuat.
Ong Tiong Yang menghela napas dalam-dalam, dan ia menggumam :
„Sayang….sayang…..sekali……!” katanya.
„Jika saja mereka berdua bisa barsahabat, tentu kepandaian mereka yang tinggi seperti itti, tidak akan sia2………!”
Tetapi Ong Tiong Yang memang tidak berdaya untuk memisahkan mereka, terlebih sekarang mernang kedua orang itu telah mroempergunakan tenaga sinkang kelas berat, dimana semakin lama tenaga sinkang yang mereka pergunakan itu semakin dahsyat.
—oo0oo—
(Bersambung Ke Bagian 51)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar